Pusat pusat pengolahan air perkotaan atau
municipal water treatment dengan skala besar mengolar air dengan cara
menambahkan senyawa kimia penggumpal (coogulants) ke dalam air kotor
yang akan diolah. Dengan cara tersebut partikel partikel yang berada di dalam air akan menjadi suatu gumpalan yang ;lebih besar
lalu mengendap. Baru kemudia air di bagian atas yang bersih dipisahkan
untuk digunakan keperluan sehari-hari. Namun demikian, zat kimia
penggumpal yang baik tidak mudah dijumpai di berbagai daerah terpencil.
Andaipn ada pasti harganya tidak terjangkau oelh masyarakat setempat.
Salah atu alternatif yang tersedia secara local
adalah pengunaan keunggulan alami dari tanaman yang barangkali dapat
diperoleh di sekitar kita. Penelitian dari the Environmental
Enggineering Group di Universitas Leicester, Inggris, telah lama
mempelajari potensi penggunaan berbagai koagulan alami dlam proses
pengolahan air skala kecil, menengah dan besar,
Penelitian mereka di
pusatkan terhadap potensi koagulan dari tepng biji tanaman Moringa
oleifera. Tanaman tersebut banyak tumbuh di India bagian utara, tetapi
sekarang sudah menyebar kemana-mana keseluruh kawasan tropis, termasuk
Indonesia. Di Indonesia tanaman tersebut dikenal sebagai tanaman kelor
dengan daun yang kecil-kecil.
Moringa oleifera
Sinonim : Moringa Pterygosperma, Faertn.
Nama local : Kelor
(Indonesia, Jawa, Sunda, Bali, Lampung), Kerol (Buru); Marangghi
(Madura), Moltong (Flores), Kelo (Gorontalo); Keloro (Bugis), Kawano
(Sumba), Ongge (Bima); Hau fo (Timor).
Kelor (moringa oliefera)
termasuk jenis tumbuhan perdu yang dapat memiliki ketingginan batang 7
-11 meter. Di jawa, Kelor sering dimanfaatkan sebagai tanaman pagar
karena berkhasiat untuk obat-obatan. Pohon Kelor tidak terlalu besar.
Batang kayunya getas (mudah patah) dan cabangnya jarang tetapi mempunyai
akar yang kuat. Batang pokoknya berwarna kelabu. Daunnya berbentuk
bulat telur dengan ukuran kecil-kecil bersusun majemuk dalam satu
tangkai. Kelor dapat berkembang biak dengan baik pada daerah yang
mempunyai ketinggian tanah 300-500 meter di atas permukaan laut.
Bunganya berwarna putih kekuning kuningan dan tudung pelepah bunganya
berwarna hijau. Bunga kelor keluar sepanjang tahun dengan aroma bau
semerbak. Buah kelor berbentuk segi tiga memanjang yang disebut klentang
(Jawa). Buahnya pula berbentuk kekacang panjang berwarna hijau dan
keras serta berukuran 120 cm panjang. Sedang getahnya yang telah berubah
warna menjadi coklat disebut blendok (Jawa).
Budidaya
tanaman Moringa atau kelor memerlukan pemeliharaan yang sangat minimal
dan dapat tahan pada musim kering yang panjang. Cepat tumbuh sampai
ketinggian 4-10 meter, berbunga, dan menghasilkan buah hanya dalam waktu
1 tahun sejak ditanam. Tanaman tersebut tumbuh cepat baik dari biji
maupun dari stek, bahkan bila ia ditanam di lahan yang gersang yang
tidak subur. Sehingga baik bila dikembangkan di lahan-lahan kritis yang
mengalami musim kekeringan yang panjang.
Penjernihan air
Biji
kelor dibiarkan sampai matang atau tua di pohon dan baru dipanen
setelah kering. Sayap bijinya yang ringan serta kulit bijinya mudah
dipisahkan sehingga meninggalkan biji yang putih. Bila terlalu kering di
pohon, polong biji akan pecah dan bijinya dapat melayang “terbang” ke
mana-mana.
Biji
tak berkulit tersebut kemudian dihancurkan dan ditumbuk sampai halus
sehingga dapat dihasilkan bubuk biji Moringa. Jumlah bubuk biji moringa
atau kelor yang diperlukan untuk pembersihan air bagi keperluan rumah
tangga sangat tergantung pada seberapa jauh kotoran yang terdapat di
dalamnya. Untuk menangani air sebanyak 20 liter (1 jeriken), diperlukan
jumlah bubuk biji kelor 2 gram atau kira-kira 2 sendok teh (5 ml).
Tambahkan
sedikit air bersih ke dalam bubuk biji sehingga menjadi pasta. Letakkan
pasta tersebut ke dalam botol yang bersih dan tambahkan ke dalamnya
satu cup (200 ml) lagi air bersih, lalu kocok selama lima menit hingga
campur sempurna. Dengan cara tersebut, terjadilah proses aktivitasi
senyawa kimia yang terdapat dalam bubuk biji kelor.
Saringlah
larutan yang telah tercampur dengan koagulan biji kelor tersebut
melalui kain kasa dan filtratnya dimasukkan ke dalam air 20 liter
(jeriken) yang telah disiapkan sebelumnya, dan kemudian diaduk secara
pelan-pelan selama 10-15 menit.
Selama
pengadukan, butiran biji yang telah dilarutkan akan mengikat dan
menggumpalkan partikel-partikel padatan dalam air beserta mikroba dan
kuman-kuman penyakit yang terdapat di dalamnya sehingga membentuk
gumpalan yang lebih besar yang akan mudah tenggelam mengendap ke dasar
air. Setelah satu jam, air bersihnya dapat diisap keluar untuk keperluan
keluarga.
Efisiensi proses
Proses
pembersihan tersebut menurut hasil penelitian yang telah dilaporkan
mampu memproduksi bakteri secara luar biasa, yaitu sebanyak 90-99,9%
yang melekat pada partikel- partikel padat, sekaligus menjernihkan air,
yang relatif aman (untuk kondisi serba keterbatasan) serta dapat
digunakan sebagai air minum masyarakat setempat.
Namun
demikian, beberapa mikroba patogen masih ada peluang tetap berada di
dalam air yang tidak sempat terendapkan, khususnya bila air awalnya
telah tercemar secara berat. Idealnya bagi kebutuhan air minum yang
pantas, pemurnian lebih lanjut masih perlu dilakukan, baik dengan cara
memasak atau dengan penyaringan dengan cara filtrasi pasir yang
sederhana.
Di sunting dari blog “kharistya.wordpress.com
Bahan yang digunakan berupa galon cat bekas atau kaleng-kaleng bekas yang disusun bertumpuk dan diberi lubang. Untuk kaleng teratas yang pertama menampung air mengalir berisi kapas filter, kaleng kedua berisi batu zeolit aktif yang sudah direbus 5 jam, kemudian kaleng dibawahnya berisi arang tempurung kelapa aktif. Setelah melewati berbagai tahapan ini, maka air yang keluar menjadi bersih. Batu zeolit juga mudah ditemukan di toko-toko aquarium dan harganya juga murah. “Alat ini bisa untuk menyaring air sungai yang kotor, juga air hujan. Caranya tampung air hujan, lalu disaring dengan PAT maka sifat licin atau ayit dari air hujan bisa hilang.
Menurut Hj. Soelidarmi, yang sudah pensiun menjadi seorang hakim ini, beberapa kelebihan yang terdapat dalam alat ini adalah:
- Mudah perawatannya dan berdaya guna tinggi.
- Telah diuji oleh balai teknik kesehatan lingkungan Departemen Kesehatan RI.
- Biasa digunakan di Rumah Tangga, air minum karyawan maupun industri, dll.
- Dapat menghilangkan bau, Mg, Fe, Kuning, kapur, dll.
- Biaya per liter tak lebih dari Rp 100,-
- Kapasitas 40 menit = 1000 Liter
Rabu jam 10.00 – 14.00 WIB di kantor LABH Konstitusi
Jl. Prof. Dr. Sardjito no. 11 Yogyakarta.
Alamat Rumah:
Hj. Soelidarmi, SH.
Plumbon No. 280 RT 11 RW 15
Banguntapan, Bantul
HP : 08164895129
http://sutanmuda.wordpress.com/2008/07/09/penjernih-air-untuk-rumah-tangga/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar