Selasa, 20 Mei 2014

PENJERNIH AIR TRADISIONAL YANG EFEKTIF UNTUK RUMAH TANGGA

Pusat pusat pengolahan air perkotaan atau municipal water treatment dengan skala besar mengolar air dengan cara menambahkan senyawa kimia penggumpal (coogulants) ke dalam air kotor yang akan diolah. Dengan cara tersebut partikel partikel yang berada di dalam air akan menjadi suatu gumpalan yang ;lebih besar lalu mengendap. Baru kemudia air di bagian atas yang bersih dipisahkan untuk digunakan keperluan sehari-hari. Namun demikian, zat kimia penggumpal yang baik tidak mudah dijumpai di berbagai daerah terpencil. Andaipn ada pasti harganya tidak terjangkau oelh masyarakat setempat.
Salah atu alternatif yang tersedia secara local adalah pengunaan keunggulan alami dari tanaman yang barangkali dapat diperoleh di sekitar kita. Penelitian dari the Environmental Enggineering Group di Universitas Leicester, Inggris, telah lama mempelajari potensi penggunaan berbagai koagulan alami dlam proses pengolahan air skala kecil, menengah dan besar,
Penelitian mereka di pusatkan terhadap potensi koagulan dari tepng biji tanaman Moringa oleifera. Tanaman tersebut banyak tumbuh di India bagian utara, tetapi sekarang sudah menyebar kemana-mana keseluruh kawasan tropis, termasuk Indonesia. Di Indonesia tanaman tersebut dikenal sebagai tanaman kelor dengan daun yang kecil-kecil.
Moringa oleifera
Sinonim : Moringa Pterygosperma, Faertn.
Nama local : Kelor (Indonesia, Jawa, Sunda, Bali, Lampung), Kerol (Buru); Marangghi (Madura), Moltong (Flores), Kelo (Gorontalo); Keloro (Bugis), Kawano (Sumba), Ongge (Bima); Hau fo (Timor).





Tanaman tersebut juga dikenal sebagai tanaman “drumstick” karena bentuk polong buahnya yang memanjang meskipun ada juga yang menybut sebai horseradish” karena rasa akarnya menyerupai “radish”.
Kelor (moringa oliefera) termasuk jenis tumbuhan perdu yang dapat memiliki ketingginan batang 7 -11 meter. Di jawa, Kelor sering dimanfaatkan sebagai tanaman pagar karena berkhasiat untuk obat-obatan. Pohon Kelor tidak terlalu besar. Batang kayunya getas (mudah patah) dan cabangnya jarang tetapi mempunyai akar yang kuat. Batang pokoknya berwarna kelabu. Daunnya berbentuk bulat telur dengan ukuran kecil-kecil bersusun majemuk dalam satu tangkai. Kelor dapat berkembang biak dengan baik pada daerah yang mempunyai ketinggian tanah 300-500 meter di atas permukaan laut. Bunganya berwarna putih kekuning kuningan dan tudung pelepah bunganya berwarna hijau. Bunga kelor keluar sepanjang tahun dengan aroma bau semerbak. Buah kelor berbentuk segi tiga memanjang yang disebut klentang (Jawa). Buahnya pula berbentuk kekacang panjang berwarna hijau dan keras serta berukuran 120 cm panjang. Sedang getahnya yang telah berubah warna menjadi coklat disebut blendok (Jawa).
Budidaya tanaman Moringa atau kelor memerlukan pemeliharaan yang sangat minimal dan dapat tahan pada musim kering yang panjang. Cepat tumbuh sampai ketinggian 4-10 meter, berbunga, dan menghasilkan buah hanya dalam waktu 1 tahun sejak ditanam. Tanaman tersebut tumbuh cepat baik dari biji maupun dari stek, bahkan bila ia ditanam di lahan yang gersang yang tidak subur. Sehingga baik bila dikembangkan di lahan-lahan kritis yang mengalami musim kekeringan yang panjang.
Penjernihan air
Biji kelor dibiarkan sampai matang atau tua di pohon dan baru dipanen setelah kering. Sayap bijinya yang ringan serta kulit bijinya mudah dipisahkan sehingga meninggalkan biji yang putih. Bila terlalu kering di pohon, polong biji akan pecah dan bijinya dapat melayang “terbang” ke mana-mana.
Biji tak berkulit tersebut kemudian dihancurkan dan ditumbuk sampai halus sehingga dapat dihasilkan bubuk biji Moringa. Jumlah bubuk biji moringa atau kelor yang diperlukan untuk pembersihan air bagi keperluan rumah tangga sangat tergantung pada seberapa jauh kotoran yang terdapat di dalamnya. Untuk menangani air sebanyak 20 liter (1 jeriken), diperlukan jumlah bubuk biji kelor 2 gram atau kira-kira 2 sendok teh (5 ml).
Tambahkan sedikit air bersih ke dalam bubuk biji sehingga menjadi pasta. Letakkan pasta tersebut ke dalam botol yang bersih dan tambahkan ke dalamnya satu cup (200 ml) lagi air bersih, lalu kocok selama lima menit hingga campur sempurna. Dengan cara tersebut, terjadilah proses aktivitasi senyawa kimia yang terdapat dalam bubuk biji kelor.
Saringlah larutan yang telah tercampur dengan koagulan biji kelor tersebut melalui kain kasa dan filtratnya dimasukkan ke dalam air 20 liter (jeriken) yang telah disiapkan sebelumnya, dan kemudian diaduk secara pelan-pelan selama 10-15 menit.
Selama pengadukan, butiran biji yang telah dilarutkan akan mengikat dan menggumpalkan partikel-partikel padatan dalam air beserta mikroba dan kuman-kuman penyakit yang terdapat di dalamnya sehingga membentuk gumpalan yang lebih besar yang akan mudah tenggelam mengendap ke dasar air. Setelah satu jam, air bersihnya dapat diisap keluar untuk keperluan keluarga.
Efisiensi proses
Proses pembersihan tersebut menurut hasil penelitian yang telah dilaporkan mampu memproduksi bakteri secara luar biasa, yaitu sebanyak 90-99,9% yang melekat pada partikel- partikel padat, sekaligus menjernihkan air, yang relatif aman (untuk kondisi serba keterbatasan) serta dapat digunakan sebagai air minum masyarakat setempat.
Namun demikian, beberapa mikroba patogen masih ada peluang tetap berada di dalam air yang tidak sempat terendapkan, khususnya bila air awalnya telah tercemar secara berat. Idealnya bagi kebutuhan air minum yang pantas, pemurnian lebih lanjut masih perlu dilakukan, baik dengan cara memasak atau dengan penyaringan dengan cara filtrasi pasir yang sederhana.
Di sunting dari blog “kharistya.wordpress.com
HJ. Soelidarmi Penemu alat Penjernih Air
Jika ditempat anda selalu mengalami masalah dengan air bersih, kini ada solusinya. Siapa sangka disaat usianya memasuki masa pensiun, Hj. Soelidarmi mampu menciptakan sebuah alat yang bisa dibilang sangat bermanfaat bagi siapa saja. Alat temuannya adalah Penjernih Air Traditional atau Traditional Water Purefier. Alat ini bisa diterapkan dimana saja, dengan bahan-bahan yang murah dan mudah didapat.
Bahan yang digunakan berupa galon cat bekas atau kaleng-kaleng bekas yang disusun bertumpuk dan diberi lubang. Untuk kaleng teratas yang pertama menampung air mengalir berisi kapas filter, kaleng kedua berisi batu zeolit aktif yang sudah direbus 5 jam, kemudian kaleng dibawahnya berisi arang tempurung kelapa aktif. Setelah melewati berbagai tahapan ini, maka air yang keluar menjadi bersih. Batu zeolit juga mudah ditemukan di toko-toko aquarium dan harganya juga murah. “Alat ini bisa untuk menyaring air sungai yang kotor, juga air hujan. Caranya tampung air hujan, lalu disaring dengan PAT maka sifat licin atau ayit dari air hujan bisa hilang.
Menurut Hj. Soelidarmi, yang sudah pensiun menjadi seorang hakim ini, beberapa kelebihan yang terdapat dalam alat ini adalah:
  1. Mudah perawatannya dan berdaya guna tinggi.
  2. Telah diuji oleh balai teknik kesehatan lingkungan Departemen Kesehatan RI.
  3. Biasa digunakan di Rumah Tangga, air minum karyawan maupun industri, dll.
  4. Dapat menghilangkan bau, Mg, Fe, Kuning, kapur, dll.
  5. Biaya per liter tak lebih dari Rp 100,-
  6. Kapasitas 40 menit = 1000 Liter
Jadwal Konsultasi Gratis
Rabu jam 10.00 – 14.00 WIB di kantor LABH Konstitusi
Jl. Prof. Dr. Sardjito no. 11 Yogyakarta.
Alamat Rumah:
Hj. Soelidarmi, SH.
Plumbon No. 280 RT 11 RW 15
Banguntapan, Bantul
HP : 08164895129 


http://sutanmuda.wordpress.com/2008/07/09/penjernih-air-untuk-rumah-tangga/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar