Menjelajahi Alam Bonsai Budi Sulistyo
Budi Sulistyo adalah salah satu maestro bonsai Indonesia yang dikenal di dunia.
Maestro bonsai Indonesia, Budi
Sulistyo, tak hanya nama saja. Di kediaman yang luasnya sekitar 450
meter, tepat di belakangnya ada taman dengan lanskap bonsai dan kolam
ikan.
Di dak rumahnya, ada taman dua tingkat yang luasnya separuh
rumah. Isinya bermacam bonsai, hampir semuanya sudah jadi, tampak
sempurna akar, batang utama, cabang, hingga ranting.
Budi Sulistyo tak hanya dikenal
pebonsai di Indonesia, tetapi juga di dunia. Ia bahkan kerap melawat
ke mancanegara dan berbagai daerah di Indonesia.
Ia mulai membonsai
sejak remaja. "Ini bonsai beringin, saya memeliharanya sejak
1979. Usianya hampir sama dengan Anda," katanya saat berbincang
di taman lantai tiga rumahnya, Jumat (7/2).
Ia berkisah, sejak muda ia memelihara
beringin yang didapatkan di jalan-jalan. Semasa menyelesaikan kuliah
di Universitas Gadjah Mada (UGM) dan IKIP Sanata Dharma, ia getol
memelihara tanaman untuk mengisi kekosongan waktu.
"Beringin
kecil taruh di pot, tiba-tiba teman datang dan menegur, kamu pelihara
bonsai ya. Dulu saya yang berpikir spiritual tentang dunia beringin,
tiba-tiba berpikir, wah ini bonsai," ujar lelaki kelahiran 25
Februari 1952 tersebut .
Dari situlah, Budi bersama seorang
kawannya mengenal seorang perempuan tua pencinta bonsai di
Yogyakarta, yang memelihara bonsai ukuran besar. Kendati bentuknya
masih sederhana. di masa itu sudah termasuk bagus. Saat itulah ia
semakin menyukai bonsai.
Budi kemudian sempat bekerja sebagai
konsultan di Bandung. dan Di kontrakannya dia pun memelihara bonsai.
Sementara itu, bonsainya tetap terpelihara di rumah orang tuanya.
Barulah ketika menikah dan menetap pada 1981, bonsainya dikumpulkan
dan semakin banyak.
Pada sekitar 1980, dalam sebuah pameran
ia sempat melihat karya Sugito Sigit, pendiri Perkumpulan Penggemar
Bonsai I(PPBI) ndonesia yang memiliki bonsai beringin dengan
akar-akar gantung.
"Di sana saya melihat dunia bonsai di Jakarta
sudah maju. Saya cari alamat beliau (Sugito Sigit). Tahun 1982, saya
menjadi anggota dan ketika itu ada perpecahan sehingga anggotanya
hanya tujuh orang," ujar Budi.
Budi mengaku mempelajari bonsai
otodidak. Dari kecil, ia sudah menyukai tanaman bahkan memelihara
tanaman yang disukai ibunya, seperti pohon pisang hingga anggur.
Pada
usia 30-an, dia mulai aktif. Pada masa itu, dia dan kawan-kawan
memulai pameran di Pusat Kebudayaan Jepang sehingga anggotanya
mencapai 50 orang. Dia bersama kawan-kawan pada masa itu pun membuka
kursus.
Pada masa itulah, Ismail Saleh yang
menjabat menteri kehakiman pada pemerintahan Presiden Soeharto ikut
menjadi Penasihat PPBI. Ketika itu, gairah bonsai di Indonesia
meningkat dinamis.
Pada 1988, Budi mengirimkan foto bonsai
dalam sebuah perlombaan bonsai internasional di Osaka, Jepang, Ia
menang. Budi juga mengisi acara pengetahuan bonsai di TVRI.
Acara
yang berisi delapan hingga sepuluh episode itu disiarkan berulang
hingga sepuluh tahun. Semua kegiatan yang dilakukan setiap pencinta
bonsai membuat bonsai ketika itu memiliki banyak pencinta.
Rencana menggelar bonsai di Bali dalam
momen Asia-Pacific Bonsai Suiseki Convention and Exhibition (ASPAC)
pada 1991 pun disiapkan. Budi dan kawan-kawan bahkan sudah
mempromosikan acara itu dalam acara Bonsai Clubs International yang
dilakukan di Hawaii pada 1990.
“Di Nusa Dua, Bali, itula pertama
kali diadakan pameran bonsai internasional di Indonesia. Kendati
masyarakat Indonesia yang datang hanya kalangan tertentu, penbonsai
dari 15 negara datang. Kami membuat sejarah di sana karena di Asia,
kecuali Jepang, itulah pertama kali ada convention bonsai,” ujar
lelaki yang bekerja di bidang properti ini.
Diundang Melatih
Budi pertama kali
diundang melatih bonsai di Bombay, India, 1992. Mereka mengundangnya
setelah kegiatan bonsai internasional di Bali. Pengajar bonsai dari
Indonesia dibutuhkan karena ketika itu India membutuhkan pengajar
bonsai dari negara yang sama-sama beriklim tropis, yang jenis
pepohonannya hampir sama.
Impian Budi adalah memasyarakatkan
bonsai. Tanaman indah dan mungil ini dapat membuang pikiran yang
suntuk seusai bekerja. Indah dan tenang ketika menikmati bonsai.
“Bonsai bagi saya itu bukan urusan duit, tapi membuang stres. Ilmu
selalu saya sebarkan kepada siapa saja yang ingin belajar, siapa pun
orangnya," ujarnya.
Menurutnya, seni tanaman indah ini
berbeda dengan yang lain. Pohon itu hidup dan berkembang. Karena itu,
ego, pikiran, dan kehendak estetik kita dapat dimasukkan ke dalam
bonsai. “Bila menyukai bonsai, kita akan detail memperhatikan
batang dan cabang. Kita juga mencari gerak dasar pohon, termasuk
memperhatikan pertumbuhan dan kesehatan pohon,” ujarnya.
Alasan lain dia menyukai bonsai karena
seni bertanam yang satu ini menyalurkan rasa cintanya kepada
lingkungan. “Dengan bermain bonsai, saya memiliki banyak teman.
Bonsai juga dapat menjadi teman yang setia dan tak pernah
meninggalkan saya. Saya akan mencintai bonsai sampai mati,” ujar
suami Titik Megawati dan ayah dari Christine (32) dan Monique (30)
ini sambil terkekeh.
Berbagi Lewat Buku
Budi Sulistyo mengaku ingin membagikan
ilmunya lewat buku. Orang dapat mengetahui dunia bonsai dengan
membaca buku. "Karena itu, saya menerbitkan buku pertama saya
berjudul Bonsai pada 1988," ujar lelaki yang kemudian
menerbitkan buku lain yang berjudul Estetika Bonsai dan yang terakhir
berjudul Galeri Bonsai. “Itu terbit dalam bahasa Inggris dan bahasa
Indonesia,” ujarnya.
Maestro bonsai yang juga suka
mengoleksi karya seni dan menyukai traveling ini bahkan sedang
menyiapkan buku keempatnya. Dia melihat ada perbedaan fenomena besar
antara negeri tropis dan subtropis sehingga buku untuk negeri tropis
pun dibutuhkan.
Indonesia, misalnya, sebagai negeri tropis memiliki
banyak kekayaan alam, termasuk pepohonan sehingga trennya kerap
bergeser. Indonesia tak hanya mengikuti Jepang dan China yang
memiliki pinus, namun juga memiliki cemara udang dan santigi.
Karakter kedua pohon ini hampir sama dengan pinus. “Namun,
perkembangan pohon pinus lebih lambat dari cemara udang,” ujarnya.
Untuk orang awam, Budi berharap,
pengenalan pada dunia bonsai membuat masyarakat makin mencintai
lingkungan. Selain itu, para penbonsai selama ini nyatanya kerap
menciptakan ekonomi kreatif untuk masyarakat di sekelilingnya.
Selain
menyerap lapangan kerja untuk para pegawai lapak bonsai, ini
mendukung pekerjaan lain, seperti untuk menyediakan pupuk, menyiapkan
pot, juga membuka kesempatan para penjual lapak tanaman. “Jadi,
bonsai tak hanya berguna untuk diri sendiri, tetapi juga berguna bagi
masyarakat,” tutur Budi.
Sumber : Sinar Harapan
http://sinarharapan.co/news/read/32145/menjelajahi-alam-bonsai-budi-sulistyo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar