Born in East Java Indonesia 1967, Rudi Julianto Graduated from the "Indonesia Institute of Art" in 1990.
He started growing bonsai as a hobby in 1987, he is self-thought and
considers nature as his best teacher. The satisfaction he gains from
collecting from the wild, nursing the collected tree, and then creating a
different natural form is unlike anything else he has experienced.
Rudi has over 100 bonsai of various tropical species, all created by
himself, displayed in his garden. Semi cascade is his favorite of all
styles, but he derives inspiration from viewing bonsai as well as Mother
Nature.
When asked how important is drawing in bonsai styling, he replies,
"The planing of styling a wild tree to become an artful creation
includes extensive drawing to begin the process. Following the drawing
as a guideline and putting an ample amount of time into care and love
for the tree will ultimately give us the result that we are looking for.
Senin, 26 Mei 2014
BONSAI INDAH UNIK DAN MEMILIKI NILAI EKONOMI YANG MENGGIURKAN
Bonsai merupakan salah satu tanaman yang sangat di gemari banyak orang, sebab selain keindahannya juga mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, hingga saat ini banyak masyarakat mulai melirik usaha membuat bonsai, yang memang mempunyai keindahan dan keunikan tersendiri, ini adalah contoh kecil bonsai asal indonesia .
BONSAI INDAH ALA BUDI SULISTYO
Menjelajahi Alam Bonsai Budi Sulistyo
SH / Str Agung Natanael
MAESTRO BONSAI - Budi Sulistyo, salah seorang maestro dan penbonsai
senior di Indonesia, di kediamannya di kawasan Puri Kembangan, Jakarta
Barat, Jumat (7/2).
Budi Sulistyo adalah salah satu maestro bonsai Indonesia yang dikenal di dunia.
Maestro bonsai Indonesia, Budi
Sulistyo, tak hanya nama saja. Di kediaman yang luasnya sekitar 450
meter, tepat di belakangnya ada taman dengan lanskap bonsai dan kolam
ikan.
Di dak rumahnya, ada taman dua tingkat yang luasnya separuh
rumah. Isinya bermacam bonsai, hampir semuanya sudah jadi, tampak
sempurna akar, batang utama, cabang, hingga ranting.
Budi Sulistyo tak hanya dikenal
pebonsai di Indonesia, tetapi juga di dunia. Ia bahkan kerap melawat
ke mancanegara dan berbagai daerah di Indonesia.
Ia mulai membonsai
sejak remaja. "Ini bonsai beringin, saya memeliharanya sejak
1979. Usianya hampir sama dengan Anda," katanya saat berbincang
di taman lantai tiga rumahnya, Jumat (7/2).
Ia berkisah, sejak muda ia memelihara
beringin yang didapatkan di jalan-jalan. Semasa menyelesaikan kuliah
di Universitas Gadjah Mada (UGM) dan IKIP Sanata Dharma, ia getol
memelihara tanaman untuk mengisi kekosongan waktu.
"Beringin
kecil taruh di pot, tiba-tiba teman datang dan menegur, kamu pelihara
bonsai ya. Dulu saya yang berpikir spiritual tentang dunia beringin,
tiba-tiba berpikir, wah ini bonsai," ujar lelaki kelahiran 25
Februari 1952 tersebut .
Dari situlah, Budi bersama seorang
kawannya mengenal seorang perempuan tua pencinta bonsai di
Yogyakarta, yang memelihara bonsai ukuran besar. Kendati bentuknya
masih sederhana. di masa itu sudah termasuk bagus. Saat itulah ia
semakin menyukai bonsai.
Budi kemudian sempat bekerja sebagai
konsultan di Bandung. dan Di kontrakannya dia pun memelihara bonsai.
Sementara itu, bonsainya tetap terpelihara di rumah orang tuanya.
Barulah ketika menikah dan menetap pada 1981, bonsainya dikumpulkan
dan semakin banyak.
Pada sekitar 1980, dalam sebuah pameran
ia sempat melihat karya Sugito Sigit, pendiri Perkumpulan Penggemar
Bonsai I(PPBI) ndonesia yang memiliki bonsai beringin dengan
akar-akar gantung.
"Di sana saya melihat dunia bonsai di Jakarta
sudah maju. Saya cari alamat beliau (Sugito Sigit). Tahun 1982, saya
menjadi anggota dan ketika itu ada perpecahan sehingga anggotanya
hanya tujuh orang," ujar Budi.
Budi mengaku mempelajari bonsai
otodidak. Dari kecil, ia sudah menyukai tanaman bahkan memelihara
tanaman yang disukai ibunya, seperti pohon pisang hingga anggur.
Pada
usia 30-an, dia mulai aktif. Pada masa itu, dia dan kawan-kawan
memulai pameran di Pusat Kebudayaan Jepang sehingga anggotanya
mencapai 50 orang. Dia bersama kawan-kawan pada masa itu pun membuka
kursus.
Pada masa itulah, Ismail Saleh yang
menjabat menteri kehakiman pada pemerintahan Presiden Soeharto ikut
menjadi Penasihat PPBI. Ketika itu, gairah bonsai di Indonesia
meningkat dinamis.
Pada 1988, Budi mengirimkan foto bonsai
dalam sebuah perlombaan bonsai internasional di Osaka, Jepang, Ia
menang. Budi juga mengisi acara pengetahuan bonsai di TVRI.
Acara
yang berisi delapan hingga sepuluh episode itu disiarkan berulang
hingga sepuluh tahun. Semua kegiatan yang dilakukan setiap pencinta
bonsai membuat bonsai ketika itu memiliki banyak pencinta.
Rencana menggelar bonsai di Bali dalam
momen Asia-Pacific Bonsai Suiseki Convention and Exhibition (ASPAC)
pada 1991 pun disiapkan. Budi dan kawan-kawan bahkan sudah
mempromosikan acara itu dalam acara Bonsai Clubs International yang
dilakukan di Hawaii pada 1990.
“Di Nusa Dua, Bali, itula pertama
kali diadakan pameran bonsai internasional di Indonesia. Kendati
masyarakat Indonesia yang datang hanya kalangan tertentu, penbonsai
dari 15 negara datang. Kami membuat sejarah di sana karena di Asia,
kecuali Jepang, itulah pertama kali ada convention bonsai,” ujar
lelaki yang bekerja di bidang properti ini.
Diundang Melatih
Budi pertama kali
diundang melatih bonsai di Bombay, India, 1992. Mereka mengundangnya
setelah kegiatan bonsai internasional di Bali. Pengajar bonsai dari
Indonesia dibutuhkan karena ketika itu India membutuhkan pengajar
bonsai dari negara yang sama-sama beriklim tropis, yang jenis
pepohonannya hampir sama.
Impian Budi adalah memasyarakatkan
bonsai. Tanaman indah dan mungil ini dapat membuang pikiran yang
suntuk seusai bekerja. Indah dan tenang ketika menikmati bonsai.
“Bonsai bagi saya itu bukan urusan duit, tapi membuang stres. Ilmu
selalu saya sebarkan kepada siapa saja yang ingin belajar, siapa pun
orangnya," ujarnya.
Menurutnya, seni tanaman indah ini
berbeda dengan yang lain. Pohon itu hidup dan berkembang. Karena itu,
ego, pikiran, dan kehendak estetik kita dapat dimasukkan ke dalam
bonsai. “Bila menyukai bonsai, kita akan detail memperhatikan
batang dan cabang. Kita juga mencari gerak dasar pohon, termasuk
memperhatikan pertumbuhan dan kesehatan pohon,” ujarnya.
Alasan lain dia menyukai bonsai karena
seni bertanam yang satu ini menyalurkan rasa cintanya kepada
lingkungan. “Dengan bermain bonsai, saya memiliki banyak teman.
Bonsai juga dapat menjadi teman yang setia dan tak pernah
meninggalkan saya. Saya akan mencintai bonsai sampai mati,” ujar
suami Titik Megawati dan ayah dari Christine (32) dan Monique (30)
ini sambil terkekeh.
Berbagi Lewat Buku
Budi Sulistyo mengaku ingin membagikan
ilmunya lewat buku. Orang dapat mengetahui dunia bonsai dengan
membaca buku. "Karena itu, saya menerbitkan buku pertama saya
berjudul Bonsai pada 1988," ujar lelaki yang kemudian
menerbitkan buku lain yang berjudul Estetika Bonsai dan yang terakhir
berjudul Galeri Bonsai. “Itu terbit dalam bahasa Inggris dan bahasa
Indonesia,” ujarnya.
Maestro bonsai yang juga suka
mengoleksi karya seni dan menyukai traveling ini bahkan sedang
menyiapkan buku keempatnya. Dia melihat ada perbedaan fenomena besar
antara negeri tropis dan subtropis sehingga buku untuk negeri tropis
pun dibutuhkan.
Indonesia, misalnya, sebagai negeri tropis memiliki
banyak kekayaan alam, termasuk pepohonan sehingga trennya kerap
bergeser. Indonesia tak hanya mengikuti Jepang dan China yang
memiliki pinus, namun juga memiliki cemara udang dan santigi.
Karakter kedua pohon ini hampir sama dengan pinus. “Namun,
perkembangan pohon pinus lebih lambat dari cemara udang,” ujarnya.
Untuk orang awam, Budi berharap,
pengenalan pada dunia bonsai membuat masyarakat makin mencintai
lingkungan. Selain itu, para penbonsai selama ini nyatanya kerap
menciptakan ekonomi kreatif untuk masyarakat di sekelilingnya.
Selain
menyerap lapangan kerja untuk para pegawai lapak bonsai, ini
mendukung pekerjaan lain, seperti untuk menyediakan pupuk, menyiapkan
pot, juga membuka kesempatan para penjual lapak tanaman. “Jadi,
bonsai tak hanya berguna untuk diri sendiri, tetapi juga berguna bagi
masyarakat,” tutur Budi.
Sumber : Sinar Harapan
http://sinarharapan.co/news/read/32145/menjelajahi-alam-bonsai-budi-sulistyo
Selasa, 20 Mei 2014
BETERNAK SAPI PEDAGING
1. SEJARAH SINGKAT
Sapi yang ada sekarang ini
berasal dari Homacodontidae yang dijumpai pada babak Palaeoceen.
Jenis-jenis primitifnya ditemukan pada babak Plioceen di India. Sapi
Bali yang banyak dijadikan komoditi daging/sapi potong pada awalnya
dikembangkan di Bali dan kemudian menyebar ke beberapa wilayah seperti: Nusa Tenggara Barat (NTB), Sulawesi.
2. SENTRA PETERNAKAN
Sapi Bali, sapi Ongole, sapi
PO (peranakan ongole) dan sapi Madura banyak terdapat di wilayah Nusa
Tenggara Barat (NTB), Sulawesi. Sapi jenis Aberdeen angus banyak
terdapat di Skotlandia.
Sapi Simental banyak terdapat di Swiss. Sapi Brahman berasal dari India dan banyak dikembangkan di Amerika.
3. J E N I S
Jenis-jenis sapi potong yang
terdapat di Indonesia saat ini adalah sapi asli Indonesia dan sapi yang
diimpor. Dari jenis-jenis sapi potong itu, masing-masing mempunyai
sifat-sifat yang khas, baik ditinjau dari bentuk luarnya (ukuran tubuh,
warna bulu) maupun dari genetiknya (laju pertumbuhan).
Sapi-sapi
Indonesia yang dijadikan sumber daging adalah sapi Bali, sapi Ongole,
sapi PO (peranakan ongole) dan sapi Madura. Selain itu juga sapi
Aceh yang banyak diekspor ke Malaysia (Pinang). Dari populasi sapi potong yang ada, yang penyebarannya dianggap merata masing-masing adalah: sapi Bali, sapi PO, Madura dan Brahman.
Aceh yang banyak diekspor ke Malaysia (Pinang). Dari populasi sapi potong yang ada, yang penyebarannya dianggap merata masing-masing adalah: sapi Bali, sapi PO, Madura dan Brahman.
Sapi
Bali berat badan mencapai 300-400 kg. dan persentase karkasnya 56,9%.
Sapi Aberdeen angus (Skotlandia) bulu berwarna hitam, tidak bertanduk,
bentuk tubuh rata seperti papan dan dagingnya padat, berat badan umur
1,5 tahun dapat mencapai 650 kg, sehingga lebih cocok untuk dipelihara
sebagai sapi potong. Sapi Simental (Swiss) bertanduk kecil, bulu
berwarna coklat muda atau kekuning-kuningan. Pada bagian muka, lutut
kebawah dan jenis gelambir, ujung ekor berwarna putih.
Sapi
Brahman (dari India), banyak dikembangkan di Amerika. Persentase
karkasnya 45%. Keistimewaan sapi ini tidak terlalu selektif terhadap
pakan yang diberikan, jenis pakan (rumput dan pakan tambahan) apapun
akan dimakannya, termasuk pakan yang jelek sekalipun. Sapi potong ini
juga lebih kebal terhadap gigitan caplak dan nyamuk serta tahan panas.
4. MANFAAT
Memelihara sapi potong sangat
menguntungkan, karena tidak hanya menghasilkan daging dan susu, tetapi
juga menghasilkan pupuk kandang dan
sebagai tenaga kerja. Sapi juga dapat digunakan meranih gerobak, kotoran sapi juga mempunyai nilai ekonomis, karena termasuk pupuk organik yang dibutuhkan oleh semua jenis tumbuhan. Kotoran sapi dapat menjadi sumber hara yang dapat memperbaiki struktur tanah sehingga menjadi lebih gembur dan subur.
sebagai tenaga kerja. Sapi juga dapat digunakan meranih gerobak, kotoran sapi juga mempunyai nilai ekonomis, karena termasuk pupuk organik yang dibutuhkan oleh semua jenis tumbuhan. Kotoran sapi dapat menjadi sumber hara yang dapat memperbaiki struktur tanah sehingga menjadi lebih gembur dan subur.
Semua organ tubuh sapi dapat dimanfaatkan antara lain:
1) Kulit, sebagai bahan industri tas, sepatu, ikat pinggang, topi, jaket.
2) Tulang, dapat diolah menjadi bahan bahan perekat/lem, tepung tulang dan barang kerajinan
3) Tanduk, digunakan sebagai bahan kerajinan seperti: sisir, hiasan dinding dan masih banyak manfaat sapi bagi kepentingan manusia.
5. PERSYARATAN LOKASI
Lokasi yang ideal untuk
membangun kandang adalah daerah yang letaknya cukup jauh dari pemukiman
penduduk tetapi mudah dicapai oleh kendaraan. Kandang harus terpisah
dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan sinar matahari
harus dapat menembus pelataran kandang serta dekat dengan lahan
pertanian. Pembuatannya dapat dilakukan secara berkelompok di tengah
sawah atau ladang.
6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau
tunggal, tergantung dari jumlah sapi yang dimiliki. Pada kandang tipe
tunggal, penempatan sapi dilakukan pada satu baris atau satu jajaran,
sementara kandang yang bertipe ganda penempatannya dilakukan pada dua
jajaran yang saling berhadapan atau saling bertolak belakang. Diantara
kedua jajaran tersebut biasanya dibuat jalur untuk jalan.
Pembuatan kandang untuk tujuan penggemukan
(kereman) biasanya berbentuk tunggal apabila kapasitas ternak yang
dipelihara hanya sedikit. Namun, apabila kegiatan penggemukan sapi
ditujukan untuk komersial, ukuran kandang harus lebih luas dan lebih
besar sehingga dapat menampung jumlah sapi yang lebih banyak.
Lantai kandang harus
diusahakan tetap bersih guna mencegah timbulnya berbagai penyakit.
Lantai terbuat dari tanah padat atau semen, dan mudah dibersihkan dari
kotoran sapi. Lantai tanah dialasi dengan jerami kering sebagai alas
kandang yang hangat.
Seluruh bagian kandang dan peralatan yang pernah dipakai harus disuci
hamakan terlebih dahulu dengan desinfektan, seperti creolin, lysol, dan
bahanbahan lainnya.Ukuran kandang yang dibuat untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5×2 m atau 2,5×2 m, sedangkan untuk sapi betina dewasa adalah 1,8×2 m dan untuk anak sapi cukup 1,5×1 m per ekor, dengan tinggi atas + 2-2,5 m dari tanah. Temperatur di sekitar kandang 25-40 derajat C (rata-rata 33 derajat C) dan kelembaban 75%. Lokasi pemeliharaan dapat dilakukan pada dataran rendah (100-500 m) hingga dataran tinggi (> 500 m).
Kandang untuk pemeliharaan sapi harus bersih dan tidak lembab. Pembuatan kandang harus memperhatikan beberapa persyaratan pokok yang meliputi konstruksi, letak, ukuran dan perlengkapan kandang.
1) Konstruksi dan letak kandang
Konstruksi
kandang sapi seperti rumah kayu. Atap kandang berbentuk kuncup dan
salah satu/kedua sisinya miring. Lantai kandang dibuat padat, lebih
tinggi dari pada tanah sekelilingnya dan agak miring kearah selokan di
luar kandang.
Maksudnya adalah agar air yang tampak, termasuk kencing
sapi mudah mengalir ke luar lantai kandang tetap kering.
sapi mudah mengalir ke luar lantai kandang tetap kering.
Bahan konstruksi kandang adalah kayu gelondongan/papan yang berasal
dari kayu yang kuat. Kandang sapi tidak boleh tertutup rapat, tetapi agak
terbuka agar sirkulasi udara didalamnya lancar.
dari kayu yang kuat. Kandang sapi tidak boleh tertutup rapat, tetapi agak
terbuka agar sirkulasi udara didalamnya lancar.
Termasuk dalam rangkaian penyediaan pakan sapi adalah air minum yang
bersih. Air minum diberikan secara ad libitum, artinya harus tersedia dan
tidak boleh kehabisan setiap saat.
bersih. Air minum diberikan secara ad libitum, artinya harus tersedia dan
tidak boleh kehabisan setiap saat.
Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter
dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang. Pembuatan
kandang sapi dapat dilakukan secara berkelompok di tengah sawah/ladang.
dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang. Pembuatan
kandang sapi dapat dilakukan secara berkelompok di tengah sawah/ladang.
2) Ukuran Kandang
Sebelum membuat kandang sebaiknya
diperhitungkan lebih dulu jumlah sapi yang akan dipelihara. Ukuran
kandang untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5 x 2 m. Sedangkan
untuk seekor sapi betina dewasa adalah 1,8 x 2 m dan untuk seekor anak
sapi cukup 1,5×1 m.
3) Perlengkapan Kandang
Termasuk dalam perlengkapan kandang adalah
tempat pakan dan minum, yang sebaiknya dibuat di luar kandang, tetapi
masih dibawah atap. Tempat pakan dibuat agak lebih tinggi agar pakan
yang diberikan tidak diinjak-injak/ tercampur kotoran. Tempat air minum
sebaiknya dibuat permanen berupa bak semen dan sedikit lebih tinggi dari
pada permukaan lantai.
Dengan
demikian kotoran dan air kencing tidak tercampur didalamnya.
Perlengkapan lain yang perlu disediakan adalah sapu, sikat, sekop,
sabit, dan tempat untuk memandikan sapi. Semua peralatan tersebut adalah
untuk membersihkan kandang agar sapi terhindar dari gangguan penyakit
sekaligus bisa dipakai untuk memandikan sapi.
7. Pembibitan
Syarat ternak yang harus diperhatikan adalah:
1) Mempunyai tanda telinga, artinya pedet tersebut telah terdaftar dan lengkap silsilahnya.
2) Matanya tampak cerah dan bersih.
3) Tidak terdapat tanda-tanda sering butuh, terganggu pernafasannya serta dari hidung tidak keluar lendir.
4) Kukunya tidak terasa panas bila diraba.
5) Tidak terlihat adanya eksternal parasit pada kulit dan bulunya.
6) Tidak terdapat adanya tanda-tanda mencret pada bagian ekor dan dubur.
7) Tidak ada tanda-tanda kerusakan kulit dan kerontokan bulu.
8) Pusarnya bersih dan kering, bila masih lunak dan tidak berbulu menandakan bahwa pedet masih berumur kurang lebih dua hari.
Untuk menghasilkan
daging, pilihlah tipe sapi yang cocok yaitu jenis sapi Bali, sapi
Brahman, sapi PO, dan sapi yang cocok serta banyak dijumpai di daerah
setempat. Ciri-ciri sapi potong tipe pedaging adalah sebagai berikut:
1) tubuh dalam, besar, berbentuk persegi empat/bola.
2) kualitas dagingnya maksimum dan mudah dipasarkan.
3) laju pertumbuhannya relatif cepat.
4) efisiensi bahannya tinggi.
6.3. Pemeliharaan
Pemeliharaan sapi potong mencakup penyediaan pakan (ransum) dan pengelolaan kandang. Fungsi kandang dalam pemeliharaan sapi adalah :
a) Melindungi sapi dari hujan dan panas matahari.
b) Mempermudah perawatan dan pemantauan.
c) Menjaga keamanan dan kesehatan sapi.
Pakan merupakan sumber energi utama untuk pertumbuhan dan pembangkit
tenaga. Makin baik mutu dan jumlah pakan yang diberikan, makin besar
tenaga yang ditimbulkan dan masih besar pula energi yang tersimpan dalam
bentuk daging.Pemeliharaan sapi potong mencakup penyediaan pakan (ransum) dan pengelolaan kandang. Fungsi kandang dalam pemeliharaan sapi adalah :
a) Melindungi sapi dari hujan dan panas matahari.
b) Mempermudah perawatan dan pemantauan.
c) Menjaga keamanan dan kesehatan sapi.
- Sanitasi dan Tindakan Preventif
Pada pemeliharaan secara intensif sapi-sapi dikandangkan sehingga peternak mudah mengawasinya, sementara pemeliharaan secara ekstensif pengawasannya sulit dilakukan karena sapi-sapi yang dipelihara dibiarkan hidup bebas. - Pemberian Pakan
Pada
umumnya, setiap sapi membutuhkan makanan berupa hijauan. Sapi dalam
masa pertumbuhan, sedang menyusui, dan supaya tidak jenuh memerlukan
pakan yang memadai dari segi kualitas maupun kuantitasnya.
Pemberian
pakan dapat dilakukan dengan 3 cara: yaitu penggembalaan (Pasture
fattening), kereman (dry lot faatening) dan kombinasi cara pertama dan
kedua.
Penggembalaan dilakukan dengan melepas sapi-sapi di padang rumput,
yang biasanya dilakukan di daerah yang mempunyai tempat penggembalaan
cukup luas, dan memerlukan waktu sekitar 5-7 jam per hari. Dengan cara
ini, maka tidak memerlukan ransum tambahan pakan penguat karena sapi
telah memakan bermacam-macam jenis rumput.Pakan dapat diberikan dengan cara dijatah/disuguhkan yang yang dikenal dengan istilah kereman. Sapi yang dikandangkan dan pakan diperoleh dari ladang, sawah/tempat lain. Setiap hari sapi memerlukan pakan kira-kira sebanyak 10% dari berat badannya dan juga pakan tambahan 1% – 2% dari berat badan. Ransum tambahan berupa dedak halus atau bekatul, bungkil kelapa, gaplek, ampas tahu. yang diberikan dengan cara dicampurkan dalam rumput ditempat pakan. Selain itu, dapat ditambah mineral sebagai penguat berupa garam dapur, kapus. Pakan sapi dalam bentuk campuran dengan jumlah dan perbandingan tertentu ini dikenal dengan istilah ransum.
Pemberian pakan sapi yang terbaik adalah kombinasi antara penggembalaan dan keraman. Menurut keadaannya, jenis hijauan dibagi
menjadi 3 katagori, yaitu hijauan segar, hijauan kering, dan silase. Macam hijauan segar adalah rumput-rumputan, kacang-kacangan (legu minosa) dan tanaman hijau lainnya. Rumput yang baik untuk pakan sapi adalah rumput gajah, rumput raja (king grass), daun turi, daun lamtoro.
Hijauan
kering berasal dari hijauan segar yang sengaja dikeringkan dengan
tujuan agar tahan disimpan lebih lama. Termasuk dalam hijauan kering
adalah jerami padi, jerami kacang tanah, jerami jagung, dsb. yang biasa
digunakan pada musim kemarau. Hijauan ini tergolong jenis pakan yang
banyak mengandung serat kasar.
Hijauan segar dapat diawetkan menjadi silase. Secara singkat
pembuatan silase ini dapat dijelaskan sebagai berikut: hijauan yang akan
dibuat silase ditutup rapat, sehingga terjadi proses fermentasi. Hasil
dari proses inilah yang disebut silase. Contoh-contoh silase yang telah
memasyarakat antara lain silase jagung, silase rumput, silase jerami
padi, dll.- Pemeliharaan Kandang
Kotoran ditimbun di tempat lain agar
mengalami proses fermentasi (+1-2 minggu) dan berubah menjadi pupuk
kandang yang sudah matang dan baik. Kandang sapi tidak boleh tertutup
rapat (agak terbuka) agar sirkulasi udara didalamnya berjalan lancar.
Air minum yang bersih harus tersedia setiap saat. Tempat pakan dan
minum sebaiknya dibuat di luar kandang tetapi masih di bawah atap.
Tempat pakan dibuat agak lebih tinggi agar pakan yang diberikan tidak
diinjak-injak atau tercampur dengan kotoran. Sementara tempat air minum
sebaiknya dibuat permanen berupa bak semen dan sedikit lebih tinggi
daripada permukaan lantai. Sediakan pula peralatan untuk memandikan
sapi.
7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Penyakit
1. Penyakit antraks
Penyebab: Bacillus anthracis yang menular melalui kontak langsung, makanan/minuman atau pernafasan.
Gejala:
(1) demam tinggi, badan lemah dan gemetar; (2) gangguan pernafasan; (3)
pembengkakan pada kelenjar dada, leher, alat kelamin dan badan penuh
bisul; (4) kadang-kadang darah berwarna merah hitam yang keluar melalui
hidung, telinga, mulut, anus dan vagina; (5) kotoran ternak cair dan
sering bercampur darah; (6) limpa bengkak dan berwarna kehitaman.
Pengendalian: vaksinasi, pengobatan antibiotika, mengisolasi sapi yang terinfeksi serta mengubur/membakar sapi yang mati.
2. Penyakit mulut dan kuku (PMK) atau penyakit Apthae epizootica (AE)
Penyebab: virus ini menular melalui kontak langsung melalui air kencing, air susu, air liur dan benda lain yang tercemar kuman AE.
Gejala: (1) rongga mulut, lidah, dan telapak kaki atau tracak melepuh serta terdapat tonjolan bulat berisi cairan yang bening; (2) demam atau panas, suhu badan menurun drastis; (3) nafsu makan menurun bahkan tidak mau makan sama sekali; (4) air liur keluar berlebihan.
Gejala: (1) rongga mulut, lidah, dan telapak kaki atau tracak melepuh serta terdapat tonjolan bulat berisi cairan yang bening; (2) demam atau panas, suhu badan menurun drastis; (3) nafsu makan menurun bahkan tidak mau makan sama sekali; (4) air liur keluar berlebihan.
Pengendalian: vaksinasi dan sapi yang sakit diasingkan dan diobati secara terpisah.
3. Penyakit ngorok/mendekur atau penyakit Septichaema epizootica (SE)
Penyebab: bakteri Pasturella multocida. Penularannya melalui makanan dan minuman yang tercemar bakteri.
Gejala:
(1) kulit kepala dan selaput lendir lidah membengkak, berwarna merah
dan kebiruan; (2) leher, anus, dan vulva membengkak; (3) paru-paru
meradang, selaput lendir usus dan perut masam dan berwarna merah tua;
(4) demam dan sulit bernafas sehingga mirip orang yang ngorok. Dalam
keadaan sangat parah, sapi akan mati dalam waktu antara 12-36 jam.
Pengendalian: vaksinasi anti SE dan diberi antibiotika atau sulfa.
4. Penyakit radang kuku atau kuku busuk (foot rot)
Penyakit ini menyerang sapi yang dipelihara dalam kandang yang basah dan kotor.
Gejala: (1) mula-mula sekitar celah kuku bengkak dan mengeluarkan cairan putih keruh; (2) kulit kuku mengelupas; (3) tumbuh benjolan yang menimbulkan rasa sakit; (4) sapi pincang dan akhirnya bisa lumpuh.
Gejala: (1) mula-mula sekitar celah kuku bengkak dan mengeluarkan cairan putih keruh; (2) kulit kuku mengelupas; (3) tumbuh benjolan yang menimbulkan rasa sakit; (4) sapi pincang dan akhirnya bisa lumpuh.
7.2. Pengendalian
Pengendalian penyakit sapi yang paling baik menjaga kesehatan sapi dengan tindakan pencegahan. Tindakan pencegahan untuk menjaga kesehatan sapi adalah:
Pengendalian penyakit sapi yang paling baik menjaga kesehatan sapi dengan tindakan pencegahan. Tindakan pencegahan untuk menjaga kesehatan sapi adalah:
1. Menjaga kebersihan kandang beserta peralatannya, termasuk memandikan sapi.
2. Sapi yang sakit dipisahkan dengan sapi sehat dan segera dilakukan pengobatan.
3. Mengusakan lantai kandang selalu kering.
4. Memeriksa kesehatan sapi secara teratur dan dilakukan vaksinasi sesuai petunjuk.
8. P A N E N
8.1. Hasil Utama
Hasil utama dari budidaya sapi potong adalah dagingnya
Hasil utama dari budidaya sapi potong adalah dagingnya
8.2. Hasil Tambahan
Selain daging yang menjadi hasil budidaya, kulit dan kotorannya juga sebagai hasil tambahan dari budidaya sapi potong.
Selain daging yang menjadi hasil budidaya, kulit dan kotorannya juga sebagai hasil tambahan dari budidaya sapi potong.
9. PASCA PANEN
9.1. Stoving
Ada beberapa prinsip teknis yang harus diperhatikan dalam pemotongan sapi agar diperoleh hasil pemotongan yang baik, yaitu:
Ada beberapa prinsip teknis yang harus diperhatikan dalam pemotongan sapi agar diperoleh hasil pemotongan yang baik, yaitu:
1. Ternak sapi harus diistirahatkan sebelum pemotongan
2. Ternak sapi harus bersih, bebas dari tanah dan kotoran lain yang dapat mencemari daging.
3. Pemotongan
ternak harus dilakukan secepat mungkin, dan rasa sakit yang diderita
ternak diusahakan sekecil mungkin dan darah harus keluar secara tuntas.
4. Semua proses yang digunakan harus dirancang untuk mengurangi jumlah dan jenis mikroorganisme pencemar seminimal mungkin.
9.2. Pengulitan
Pengulitan pada sapi yang telah disembelih dapat dilakukan dengan menggunakan pisau tumpul atau kikir agar kulit tidak rusak. Kulit sapi dibersihkan dari daging, lemak, noda darah atau kotoran yang menempel. Jika sudah bersih, dengan alat perentang yang dibuat dari kayu, kulit sapi dijemur dalam keadaan terbentang. Posisi yang paling baik untuk penjemuran dengan sinar matahari adalah dalam posisi sudut 45 derajat.
Pengulitan pada sapi yang telah disembelih dapat dilakukan dengan menggunakan pisau tumpul atau kikir agar kulit tidak rusak. Kulit sapi dibersihkan dari daging, lemak, noda darah atau kotoran yang menempel. Jika sudah bersih, dengan alat perentang yang dibuat dari kayu, kulit sapi dijemur dalam keadaan terbentang. Posisi yang paling baik untuk penjemuran dengan sinar matahari adalah dalam posisi sudut 45 derajat.
9.3. Pengeluaran Jeroan
Setelah sapi dikuliti, isi perut (visceral) atau yang sering disebut dengan jeroan dikeluarkan dengan cara menyayat karkas (daging) pada bagian perut sapi.
Setelah sapi dikuliti, isi perut (visceral) atau yang sering disebut dengan jeroan dikeluarkan dengan cara menyayat karkas (daging) pada bagian perut sapi.
9.4. Pemotongan Karkas
Akhir
dari suatu peternakan sapi potong adalah menghasilkan karkas
berkualitas dan berkuantitas tinggi sehingga recahan daging yang dapat
dikonsumsipun tinggi. Seekor ternak sapi dianggap baik apabila dapat
menghasilkan karkas sebesar 59% dari bobot tubuh sapi tersebut dan
akhirnya akan diperoleh 46,50% recahan daging yang dapat dikonsumsi.
Sehingga dapat dikatakan bahwa dari seekor sapi yang dipotong tidak akan
seluruhnya menjadi karkas dan dari seluruh karkas tidak akan seluruhnya
menghasilkan daging yang dapat dikonsumsi manusia. Oleh karena itu,
untuk menduga hasil karkas dan daging yang akan diperoleh, dilakukan
penilaian dahulu sebelum ternak sapi potong. Di negara maju terdapat
spesifikasi untuk pengkelasan (grading) terhadap steer, heifer dan cow
yang akan dipotong.
Karkas
dibelah menjadi dua bagian yaitu karkas tubuh bagian kiri dan karkas
tubuh bagian kanan. Karkas dipotong-potong menjadi sub-bagian leher,
paha depan, paha belakang, rusuk dan punggung. Potongan tersebut
dipisahkan menjadi komponen daging, lemak, tulang dan tendon. Pemotongan
karkas harus mendapat penanganan yang baik supaya tidak cepat menjadi
rusak, terutama kualitas dan hygienitasnya. Sebab kondisi karkas
dipengaruhi oleh peran mikroorganisme selama proses pemotongan dan
pengeluaran jeroan.
Daging
dari karkas mempunyai beberapa golongan kualitas kelas sesuai dengan
lokasinya pada rangka tubuh. Daging kualitas pertama adalah daging di
daerah paha (round) kurang lebih 20%, nomor dua adalah daging daerah
pinggang (loin), lebih kurang 17%, nomor tiga adalah daging daerah
punggung dan tulang rusuk (rib) kurang lebih 9%, nomor empat adalah
daging daerah bahu (chuck) lebih kurang 26%, nomor lima adalah daging
daerah dada (brisk) lebih kurang 5%, nomor enam daging daerah perut
(frank) lebih kurang 4%, nomor tujuh adalah daging daerah rusuk bagian
bawah sampai perut bagian bawah (plate & suet) lebih kurang 11%, dan
nomor delapan adalah daging bagian kaki depan (foreshank) lebih kurang
2,1%. Persentase bagian-bagian dari karkas tersebut di atas dihitung
dari berat karkas (100%).
Persentase recahan karkas dihitung sebagai berikut:
Persentase recahan karkas = Jumlah berat recahan / berat karkas x 100 %
Istilah untuk sisa karkas yang dapat dimakan disebut edible offal,
sedangkan yang tidak dapat dimakan disebut inedible offal (misalnya:
tanduk, bulu, saluran kemih, dan bagian lain yang tidak dapat dimakan).
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
10.1. Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya sapi potong kereman setahun di Bangli skala 25 ekor pada tahun 1999 adalah sebagai berikut:
1) Biaya ProduksiPerkiraan analisis budidaya sapi potong kereman setahun di Bangli skala 25 ekor pada tahun 1999 adalah sebagai berikut:
a. Pembelian 25 ekor bakalan : 25 x 250 kg x Rp. 7.800,- Rp. 48.750.000,-
b. Kandang Rp. 1.000.000,-
c. Pakan
- Hijauan: 25 x 35 kg x Rp.37,50 x 365 hari Rp. 12.000.000,-
- Konsentrat: 25 x 2kg x Rp. 410,- x 365 hari Rp. 7.482.500,-- Hijauan: 25 x 35 kg x Rp.37,50 x 365 hari Rp. 12.000.000,-
d. Retribusi kesehatan ternak: 25 x Rp. 3.000,- Rp. 75.000,-
Jumlah biaya produksi Rp. 69.307.500,-
2) Pendapatan
a. Penjualan sapi kereman
Tambahan berat badan: 25 x 365 x 0,8 kg = 7.300 kg
Berat sapi setelah setahun: (25 x 250 kg) + 7.300 kg = 13.550 kg
Harga jual sapi hidup: Rp. 8.200,-/kg x 13.550 kg Rp. 111.110.000,-
Tambahan berat badan: 25 x 365 x 0,8 kg = 7.300 kg
Berat sapi setelah setahun: (25 x 250 kg) + 7.300 kg = 13.550 kg
Harga jual sapi hidup: Rp. 8.200,-/kg x 13.550 kg Rp. 111.110.000,-
b. Penjualan kotoran basah: 25 x 365 x 10 kg x Rp. 12,- Rp. 1.095.000,-
Jumlah pendapatan Rp. 112.205.000,-
3) Keuntungan
a. Tanpa memperhitungkan biaya tenaga internal keuntungan Penggemukan 25 ekor sapi selama setahun. Rp. 42.897.500,-
4) Parameter kelayakan usaha
a. B/C ratio = 1,61
10.2. Gambaran Peluang Agribisnis
Sapi potong mempunyai potensi ekonomi yang tinggi
baik sebagai ternak potong maupun ternak bibit. Selama ini sapi potong
dapat mempunyai kebutuhan daging untuk lokal seperti rumah tangga,
hotel, restoran, industri pengolahan, perdagangan antar pulau. Pasaran
utamanya adalah kota-kota besar seperti kota metropolitan Jakarta.
Konsumen untuk daging di Indonesia dapat digolongkan ke dalam beberapa segmen yaitu :
a) Konsumen Akhir
Konsumen akhir, atau disebut
konsumen rumah tangga adalah pembeli-pembeli yang membeli untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan individunya. Golongan ini mencakup
porsi yang paling besar dalam konsumsi daging, diperkirakan mencapai 98%
dari konsumsi total.
Mereka ini dapat dikelompokkan lagi ke dalam ova sub segmen yaitu :
1. Konsumen dalam negeri ( Golongan menengah keatas )
Segmen ini merupakan
segmen terbesar yang kebutuhan dagingnya kebanyakan dipenuhi dari
pasokan dalam negeri yang masih belum memperhatikan kualitas tertentu
sebagai persyaratan kesehatan maupun selera.
2. Konsumen asing
Konsumen
asing yang mencakup keluarga-keluarga diplomat, karyawan perusahaan dan
sebagian pelancong ini porsinya relatif kecil dan tidak signifikan. Di
samping itu juga kemungkinan terdapat konsumen manca negara yang selama
ini belum terjangkau oleh pemasok dalam negeri, artinya ekspor belum
dilakukan/jika dilakukan porsinya tidak signifikan.
b) Konsumen Industri
Konsumen
industri merupakan pembeli-pembeli yang menggunakan daging untuk diolah
kembali menjadi produk lain dan dijual lagi guna mendapatkan laba.
Konsumen ini terutama meliputi: hotel dan restauran dan yang jumlahnya
semakin meningkat
Adapun mengenai tata
niaga daging di negara kita diatur dalam inpres nomor 4 tahun 1985
mengenai kebijakansanakan kelancaran arus barang untuk menunjang
kegiatan ekonomi. Di Indonesia terdapat 3 organisasi yang bertindak
seperti pemasok daging yaitu :
a) KOPPHI (Koperasi Pemotongan Hewan Indonesia), yang mewakili pemasok produksi peternakan rakyat.
b) APFINDO (Asosiasi Peternak Feedlot (penggemukan) Indonesia), yang mewakili peternak penggemukan
c) ASPIDI (Asosiasi Pengusaha Importir Daging Indonesia).
11. DAFTAR PUSTAKA
· Abbas Siregar Djarijah. 1996, Usaha Ternak Sapi, Kanisius, Yogyakarta.
· Yusni Bandini. 1997, Sapi Bali, Penebar Swadaya, Jakarta.
· Teuku Nusyirwan Jacoeb dan Sayid Munandar. 1991, Petunjuk Teknis Pemeliharaan Sapi Potong, Direktorat Bina Produksi Peternaka
· Direktorat
Jenderal Peternakan Departemen Pertanian, Jakarta Undang Santosa. 1995,
Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi, Penebar Swadaya, Jakarta.
· Lokakarya Nasional Manajemen Industri Peternakan. 24 Januari 1994,Program Magister Manajemen UGM, Yogyakarta.
· Kohl, RL. and J.N. Uhl. 1986, Marketing of Agricultural Products, 5 th ed, Macmillan Publishing Co, New York.
12. KONTAK HUBUNGAN
1. Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS
Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829
Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829
2. Kantor
Menteri Negara Riset dan Teknologi, Deputi Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Iptek, Gedung II BPPT Lantai 6, Jl. M.H.Thamrin No. 8,
Jakarta 10340, Indonesia, Tel. +62 21 316 9166~69, Fax. +62 21 310 1952,
Situs Web:
Sumber :Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas
http://sutanmuda.wordpress.com/2008/07/22/budidaya-ternak-sapi-potong/
PENGGEMUKAN SAPI PEDAGING DENGAN NUTRISI
I. Pendahuluan.
Usaha peternakan sapi potong mayoritas masih dengan pola tradisional
dan skala usaha sambilan. Hal ini disebabkan oleh besarnya investasi
jika dilakukan secara besar dan modern, dengan
skala usaha kecilpun akan mendapatkan keuntungan yang baik jika
dilakukan dengan prinsip budidaya modern. PT. NATURAL NUSANTARA dengan
prinsip K-3 (Kuantitas, Kualitas dan Kesehatan) membantu budidaya
penggemukan sapi potong baik untuk skala usaha besar maupun kecil.II. Penggemukan
Penggemukan sapi potong adalah pemeliharaan sapi dewasa dalam keadaan kurus untuk ditingkatkan berat badannya melalui pembesaran daging dalam waktu relatif singkat (3-5 bulan).
Beberapa hal yang berkaitan dengan usaha penggemukan sapi potong adalah :
1. Jenis-jenis Sapi Potong.
Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :
A. Sapi Bali.
Cirinya berwarna merah dengan warna putih pada kaki dari lutut ke bawah dan pada pantat, punggungnya bergaris warna hitam (garis belut). Keunggulan sapi ini dapat beradaptasi dengan baik pada lingkungan yang baru.
B. Sapi Ongole.
Cirinya berwarna putih dengan warna hitam di beberapa bagian tubuh, bergelambir dan berpunuk, dan daya adaptasinya baik. Jenis ini telah disilangkan dengan sapi Madura, keturunannya disebut Peranakan Ongole (PO) cirinya sama dengan sapi Ongole tetapi kemampuan produksinya lebih rendah.
C. Sapi Brahman.
Cirinya berwarna coklat hingga coklat tua, dengan warna putih pada bagian kepala. Daya pertumbuhannya cepat, sehingga menjadi primadona sapi potong di Indonesia.
D. Sapi Madura.
Mempunyai ciri berpunuk, berwarna kuning hingga merah bata, terkadang terdapat warna putih pada moncong, ekor dan kaki bawah. Jenis sapi ini mempunyai daya pertambahan berat badan rendah.
E. Sapi Limousin.
Mempunyai ciri berwarna hitam bervariasi dengan warna merah bata dan putih, terdapat warna putih pada moncong kepalanya, tubuh berukuran besar dan mempunyai tingkat produksi yang baik
2. Pemilihan Bakalan.
Bakalan merupakan faktor yang penting, karena sangat menentukan hasil akhir usaha penggemukan.
Pemilihan bakalan memerlukan ketelitian, kejelian dan pengalaman. Ciri-ciri bakalan yang baik adalah :
- Berumur di atas 2,5 tahun.
- Jenis kelamin jantan.
- Bentuk tubuh panjang, bulat dan lebar, panjang minimal 170 cm tinggi pundak minimal 135 cm, lingkar dada 133 cm.
- Tubuh kurus, tulang menonjol, tetapi tetap sehat (kurus karena kurang pakan, bukan karena sakit).
- Pandangan mata bersinar cerah dan bulu halus.
- Kotoran normal
III. Tatalaksana Pemeliharaan.
3.1. Perkandangan.
Secara umum, kandang memiliki dua tipe, yaitu individu dan kelompok. Pada kandang individu, setiap sapi menempati tempatnya sendiri berukuran 2,5 X 1,5 m. Tipe ini dapat memacu pertumbuhan lebih pesat, karena tidak terjadi kompetisi dalam mendapatkan pakan dan memiliki ruang gerak terbatas, sehingga energi yang diperoleh dari pakan digunakan untuk hidup pokok dan produksi daging tidak hilang karena banyak bergerak. Pada kandang kelompok, bakalan dalam satu periode penggemukan ditempatkan dalam satu kandang. Satu ekor sapi memerlukan tempat yang lebih luas daripada kandang individu. Kelemahan tipe kandang ini yaitu terjadi kompetisi dalam mendapatkan pakan sehingga sapi yang lebih kuat cenderung cepat tumbuh daripada yang lemah, karena lebih banyak mendapatkan pakan.
3.2. Pakan.
Berdasarkan kondisi fisioloigis dan sistem pencernaannya, sapi digolongkan hewan ruminansia, karena pencernaannya melalui tiga proses, yaitu secara mekanis dalam mulut dengan bantuan air ludah (saliva), secara fermentatif dalam rumen dengan bantuan mikrobia rumen dan secara enzimatis setelah melewati rumen.
Penelitian menunjukkan bahwa penggemukan dengan mengandalkan pakan berupa hijauan saja, kurang memberikan hasil yang optimal dan membutuhkan waktu yang lama. Salah satu cara mempercepat penggemukan adalah dengan pakan kombinasi antara hijauan dan konsentrat. Konsentrat yang digunakan adalah ampas bir, ampas tahu, ampas tebu, bekatul, kulit biji kedelai, kulit nenas dan buatan pabrik pakan. Konsentrat diberikan lebih dahulu untuk memberi pakan mikrobia rumen, sehingga ketika pakan hijauan masuk rumen, mikrobia rumen telah siap dan aktif mencerna hijauan. Kebutuhan pakan (dalam berat kering) tiap ekor adalah 2,5% berat badannya. Hijauan yang digunakan adalah jerami padi, daun tebu, daun jagung, alang-alang dan rumput-rumputan liar sebagai pakan berkualitas rendah dan rumput gajah, setaria kolonjono sebagai pakan berkualitas tinggi.
Penentuan kualitas pakan tersebut berdasarkan tinggi rendahnya kandungan nutrisi (zat pakan) dan kadar serat kasar. Pakan hijauan yang berkualitas rendah mengandung serat kasar tinggi yang sifatnya sukar dicerna karena terdapat lignin yang sukar larut oleh enzim pencernaan.
Oleh karena itu PT. NATURAL NUSANTARA membantu peternak dengan mengeluarkan produk suplemen khusus ternak yaitu VITERNA Plus, POC NASA, dan HORMONIK.
Produk ini menggunakan teknologi asam amino yang diciptakan dengan pendekatan fisiologis tubuh sapi, yaitu dengan meneliti berbagai nutrisi yang dibutuhkan ternak.
VITERNA Plus mengandung berbagai nutrisi yang dibutuhkan ternak, yaitu :
- Mineral-mineral sebagai penyusun tulang, darah
dan berperan dalam sintesis enzim, yaitu N, P, K,
Ca, Mg, Cl dan lain-lain.
- Asam-asam amino, yaitu Arginin, Histidin, Leusin, Isoleusin dan lain-lain sebagai penyusun protein, pembentuk sel dan organ tubuh.
- Vitamin lengkap yang berfungsi untuk berlangsungnya proses fisiologis tubuh yang normal dan meningkatkan ketahanan tubuh sapi dari serangan penyakit.
- Asam – asam organik essensial, diantaranya asam propionat, asam asetat dan asam butirat.
POC NASA mengandung berbagai mineral penting untuk pertumbuhan ternak, seperti N, P, K, Ca, Mg, Fe dan lain-lain serta dilengkapi protein dan lemak nabati, mampu meningkatkan pertumbuhan sapi, ketahanan tubuh, mengurangi kadar kolesterol daging dan mengurangi bau kotoran.
Sedangkan HORMONIK berfungsi membantu memacu dan meningkatkan bobot ternak sapi.
Cara Praktis Aplikasi Produk
1. Larutkan 1 botol VITERNA Plus (500cc) dan POC NASA (500 cc) dalam 1 wadah khusus. Aduk/kocok hingga merata kemudian tambahkan dalam larutan tersebut 20 cc atau 2 tutup HORMONIK. Kembali aduk hingga merata.
2. Berikan kepada ternak sapi dengan dosis 10 cc/ekor dengan interval 2 kali sehari (pagi dan sore) dengan cara dicampurkan dalam pakan konsentrat atau air minum.
3.3. Pengendalian Penyakit.
Dalam pengendalian penyakit, yang lebih utama dilakukan adalah pencegahan penyakit daripada pengobatan, karena penggunaan obat akan menambah biaya produksi dan tidak terjaminnya keberhasilan pengobatan yang dilakukan. Usaha pencegahan yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan sapi adalah :
a. Pemanfaatan kandang karantina. Sapi bakalan yang baru hendaknya dikarantina pada suatu kandang terpisah, dengan tujuan untuk memonitor adanya gejala penyakit tertentu yang tidak diketahui pada saat proses pembelian. Disamping itu juga untuk adaptasi sapi terhadap lingkungan yang baru. Pada waktu sapi dikarantina, sebaiknya diberi obat cacing karena berdasarkan penelitian sebagian besar sapi di Indonesia (terutama sapi rakyat) mengalami cacingan. Penyakit ini memang tidak mematikan, tetapi akan mengurangi kecepatan pertambahan berat badan ketika digemukkan. Waktu mengkarantina sapi adalah satu minggu untuk sapi yang sehat dan pada sapi yang sakit baru dikeluarkan setelah sapi sehat. Kandang karantina selain untuk sapi baru juga digunakan untuk memisahkan sapi lama yang menderita sakit agar tidak menular kepada sapi lain yang sehat.
b. Menjaga kebersihan sapi bakalan dan kandangnya. Sapi yang digemukkan secara intensif akan menghasilkan kotoran yang banyak karena mendapatkan pakan yang mencukupi, sehingga pembuangan kotoran harus dilakukan setiap saat jika kandang mulai kotor untuk mencegah berkembangnya bakteri dan virus penyebab penyakit.
c. Vaksinasi untuk bakalan baru. Pemberian vaksin cukup dilakukan pada saat sapi berada di kandang karantina. Vaksinasi yang penting dilakukan adalah vaksinasi Anthrax.
Beberapa jenis penyakit yang dapat meyerang sapi potong adalah cacingan, Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), kembung (Bloat) dan lain-lain.
IV. Produksi Daging.
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi daging adalah
1. Pakan.
Pakan yang berkualitas dan dalam jumlah yang optimal akan berpengaruh baik terhadap kualitas daging. Perlakuan pakan dengan NPB akan meningkatkan daya cerna pakan terutama terhadap pakan yang berkualitas rendah sedangkan pemberian VITERNA Plus memberikan berbagai nutrisi yang dibutuhkan ternak sehingga sapi akan tumbuh lebih cepat dan sehat.
2. Faktor Genetik.
Ternak dengan kualitas genetik yang baik akan tumbuh dengan baik/cepat sehingga produksi daging menjadi lebih tinggi.
3. Jenis Kelamin.
Ternak jantan tumbuh lebih cepat daripada ternak betina, sehingga pada umur yang sama, ternak jantan mempunyai tubuh dan daging yang lebih besar.
4. Manajemen.
Pemeliharaan dengan manajemen yang baik membuat sapi tumbuh dengan sehat dan cepat membentuk daging, sehingga masa penggemukan menjadi lebih singkat.
Abror Yudi Prabowo
Service Order STOKIS CENTER NASA G-077
0818 4646 06
<!–
var prefix = ‘ma’ + ‘il’ + ‘to’;
var path = ‘hr’ + ‘ef’ + ‘=’;
var addy49366 = ‘ay_prabowo’ + ‘@’ + ‘yahoo’ + ‘.’ + ‘com’;
document.write( ‘<a ‘ + path + ‘\” + prefix + ‘:’ + addy49366 + ‘\’>’ );
document.write( addy49366 );
document.write( ‘<\/a>’ );
//–>
Budidaya Sapi Potong Dengan Teknologi NASA
Usaha peternakan sapi
potong mayoritas masih dengan pola tradisional dan skala usaha
sambilan. Hal ini disebabkan oleh besarnya investasi jika dilakukan
secara besar dan modern. PT. NATURAL NUSANTARA dengan prinsip K-3
(Kuantitas, Kualitas dan Kesehatan) membantu budidaya penggemukan sapi
potong baik untuk skala usaha besar maupun kecil dengan mengeluarkan
suplemen khusus ternak yaitu VITERNA Plus. Produk ini menggunakan
teknologi asam amino yang diciptakan dengan pendekatan fisiologis tubuh
sapi, yaitu dengan meneliti berbagai nutrisi yang dibutuhkan ternak.VITERNA Plus mengandung berbagai nutrisi yang dibutuhkan ternak, yaitu :
- Mineral-mineral sebagai penyusun tulang, darah dan berperan dalam sintesis enzim, yaitu N, P, K, Ca, Mg, Cl dan lain-lain.
- Asam-asam amino, yaitu Arginin, Histidin, Leusin, Isoleusin dan lain-lain sebagai penyusun protein, pembentuk sel dan organ tubuh.
- Vitamin lengkap yang berfungsi untuk berlangsungnya proses fisiologis tubuh yang normal dan meningkatkan ketahanan tubuh sapi dari serangan penyakit.
- Asam – asam organik essensial, diantaranya asam propionat, asam asetat dan asam butirat.
Diambil dari berbagai sumber.
Sumber:http://sutanmuda.wordpress.com/2008/07/22/budidaya-ternak-sapi-potong-dengan-nutrisi/
REJEKI OKE DARI BUDIDAYA IKAN NILA
1. SEJARAH SINGKAT
Ikan nila merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh
memanjang dan pipih kesamping dan warna putih kehitaman. Ikan nila berasal
dari Sungal Nil dan danau-danau sekitarnya. Sekarang ikan ini telah tersebar ke
negara-negara di lima benua yang beriklim tropis dan subtropis. Sedangkan di
wilayah yang beriklim dingin, ikan nila tidak dapat hidup baik Ikan nila disukai
oleh berbagai bangsa karena dagingnya enak dan tebal seperti daging ikan
kakap merah.
Bibit ikan didatangkan ke Indonesia secara resmi oleh Balai Penelitian
Perikanan Air Tawar pada tahun 1969. Setelah melalui masa penelitian dan
adaptasi, barulah ikan ini disebarluaskan kepada petani di seluruh Indonesia.
Nila adalah nama khas Indonesia yang diberikan oleh Pemerintah melalui
Direktur Jenderal Perikanan.
2. SENTRA PERIKANAN
Di Indonesia ikan nila telah dibudidayakan di seluruh propinsi.
3. JENIS
Klasifikasi ikan nila adalah sebagai berikut:
Kelas : Osteichthyes
Sub-kelas : Acanthoptherigii
Crdo : Percomorphi
Sub-ordo : Percoidea
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus.
Terdapat 3 jenis nila yang dikenal, yaitu: nila biasa, nila merah (nirah) dan nila
albino.
4. MANFAAT
Sebagai sumber penyediaan protein hewani.
5. PERSYARATAN LOKASI
a) Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung,
tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar
dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.
b) Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5%
untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
c) Ikan nila cocok dipelihara di dataran rendah sampai agak tinggi (500 m dpl).
d) Kualitas air untuk pemeliharaan ikan nila harus bersih, tidak terlalu keruh dan
tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik.
Kekeruhan air yang disebabkan oleh pelumpuran akan memperlambat
pertumbuhan ikan. Lain halnya bila kekeruhan air disebabkan oleh adanya
plankton. Air yang kaya plankton dapat berwarna hijau kekuningan dan hijau
kecokelatan karena banyak mengandung Diatomae. Sedangkan
plankton/alga biru kurang baik untuk pertumbuhan ikan. Tingkat kecerahan
air karena plankton harus dikendalikan yang dapat diukur dengan alat yang
disebut piring secchi (secchi disc). Untuk di kolam dan tambak, angka
kecerahan yang baik antara 20-35 cm.
e) Debit air untuk kolam air tenang 8-15 liter/detik/ha. Kondisi perairan tenang
dan bersih, karena ikan nila tidak dapat berkembang biak dengan baik di air
arus deras.
f) Nilai keasaman air (pH) tempat hidup ikan nila berkisar antara 6-8,5.
Sedangkan keasaman air (pH) yang optimal adalah antara 7-8.
g) Suhu air yang optimal berkisar antara 25-30 derajat C.
h) Kadar garam air yang disukai antara 0-35 per mil.
6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
1) Kolam
Sarana berupa kolam yang perlu disediakan dalam usaha budidaya ikan nila
tergantung dari sistim pemeliharaannya (sistim 1 kolam, 2 kolam dlsb).
Adapun jenis kolam yang umum dipergunakan dalam budidaya ikan nila
antara lain:
a) Kolam pemeliharaan induk/kolam pemijahan
Kolam ini berfungsi sebagai kolam pemijahan, kolam sebaiknya berupa
kolam tanah yang luasnya 50-100 meter persegi dan kepadatan kolam
induk hanya 2 ekor/m2. Adapun syarat kolam pemijahan adalah suhu air
berkisar antara 20-22 derajat C; kedalaman air 40-60 cm; dasar kolam
sebaiknya berpasir.
b) Kolam pemeliharaan benih/kolam pendederan
Luas kolam tidak lebih dari 50-100 meter persegi. Kedalaman air kolam
antara 30-50 cm. Kepadatan sebaiknya 5-50 ekor/meter persegi. Lama
pemeliharaan di dalam kolam pendederan/ipukan antara 3-4 minggu,
pada saat benih ikan berukuran 3-5 cm.
c) Kolam pembesaran
Kolam pembesaran berfungsi sebagai tempat untuk memelihara dan
membesarkan benih selepas dari kolam pendederan. Adakalanya dalam
pemeliharaan ini diperlukan beberapa kolam pembesaran, yaitu:
1. Kolam pembesaran tahap I berfungsi untuk memelihara benih ikan
selepas dari kolam pendederan. Kolam ini sebaiknya berjumlah antara
2-4 buah dengan luas maksimum 250-500 meter persegi/kolam.
Pembesaran tahap I ini tidak dianjurkan memakai kolam semen, sebab
benih ukuran ini memerlukan ruang yang luas. Setelah benih menjadi
gelondongan kecil maka benih memasuki pembesaran tahap kedua
atau langsung dijual kepada pera petani.
2. Kolam pembesaran tahap II berfungsi untuk memelihara benih
gelondongan besar. Kolam dapat berupa kolam tanah atau sawah.
Keramba apung juga dapat digunakan dengan mata jaring 1,25–1,5 cm.
Jumlah penebaran pembesaran tahap II sebaiknya tidak lebih dari 10
ekor/meter persegi.
3. Pembesaran tahap III berfungsi untuk membesarkan benih. Diperlukan
kolam tanah antara 80-100 cm dengan luas 500-2.000 meter persegi.
d) Kolam/tempat pemberokan
Pembesaran ikan nila dapat pula dilakukan di jaring apung, berupa Hapa
berukuran 1 x 2 m sampai 2 x 3 m dengan kedalaman 75-100 cm. Ukuran
hapa dapat disesuaikan dengan kedalaman kolam. Selain itu sawah yang
sedang diberokan dapat dipergunakan pula untuk pemijahan dan
pemeliharaan benih ikan nila. Sebelum digunakan petak sawah diperdalam
dahulu agar dapat menampung air sedalam 50-60 cm, dibuat parit selebar 1-
1,5 m dengan kedalaman 60-75 cm.
2) Peralatan
Alat-alat yang biasa digunakan dalam usaha pembenihan ikan nila
diantaranya adalah: jala, waring (anco), hapa (kotak dari jaring/kelambu
untuk menampung sementara induk maupun benih), seser, ember-ember,
baskom berbagai ukuran, timbangan skala kecil (gram) dan besar (kg),
cangkul, arit, pisau serta piring secchi (secchi disc) untuk mengukur kadar
kekeruhan.
Sedangkan peralatan lain yang digunakan untuk memanen/menangkap ikan
nila antara lain adalah warring/scoopnet yang halus, ayakan panglembangan
diameter 100 cm, ayakan penandean diameter 5 cm, tempat menyimpan
ikan, keramba kemplung, keramba kupyak, fish bus (untuk mengangkut ikan
jarak dekat), kekaban (untuk tempat penempelan telur yang bersifat
melekat), hapa dari kain tricote (untuk penetasan telur secara terkontrol) atau
kadang-kadang untuk penangkapan benih, ayakan penyabetan dari
alumunium/bambu, oblok/delok (untuk pengangkut benih), sirib (untuk
menangkap benih ukuran 10 cm keatas), anco/hanco (untuk menangkap
ikan), lambit dari jaring nilon (untuk menangkap ikan konsumsi), scoopnet
(untuk menangkap benih ikan yang berumur satu minggu keatas), seser
(gunanya= scoopnet, tetapi ukurannya lebih besar), jaring berbentuk
segiempat (untuk menangkap induk ikan atau ikan konsumsi).
3) Persiapan Media
Yang dimaksud dengan persiapan adalah melakukan penyiapan media untuk
pemeliharaan ikan, terutama mengenai pengeringan, pemupukan dlsb.
Dalam menyiapkan media pemeliharaan ini, yang perlu dilakukan adalah
pengeringan kolam selama beberapa hari, lalu dilakukan pengapuran untuk
memberantas hama dan ikan-ikan liar sebanyak 25-200 gram/meter persegi,
diberi pemupukan berupa pupuk buatan, yaitu urea dan TSP masing-masing
dengan dosis 50-700 gram/meter persegi, bisa juga ditambahkan pupuk
buatan yang berupa urea dan TSP masing-masing dengan dosis 15 gram
dan 10 gram/meter persegi.
6.2. Pembibitan
1) Pemilihan Bibit dan Induk
Ciri-ciri induk bibit nila yang unggul adalah sebagai berikut:
a) Mampu memproduksi benih dalam jumlah yang besar dengan kwalitas
yang tinggi.
b) Pertumbuhannya sangat cepat.
c) Sangat responsif terhadap makanan buatan yang diberikan.
d) Resisten terhadap serangan hama, parasit dan penyakit.
e) Dapat hidup dan tumbuh baik pada lingkungan perairan yang relatif buruk.
f) Ukuran induk yang baik untuk dipijahkan yaitu 120-180 gram lebih per
ekor dan berumur sekitar 4-5 bulan.
Adapun ciri-ciri untuk membedakan induk jantan dan induk betina adalah
sebagai berikut:
a) Betina
1. Terdapat 3 buah lubang pada urogenetial yaitu: dubur, lubang
pengeluaran telur dan lubang urine.
2. Ujung sirip berwarna kemerah-merahan pucat tidak jelas.
3. Warna perut lebih putih.
4. Warna dagu putih.
5. Jika perut distriping tidak mengeluarkan cairan.
b) Jantan
1. Pada alat urogenetial terdapat 2 buah lubang yaitu: anus dan lubang
sperma merangkap lubang urine.
2. Ujung sirip berwarna kemerah-merahan terang dan jelas.
3. Warna perut lebih gelap/kehitam-hitaman.
4. Warna dagu kehitam-hitaman dan kemerah-merahan.
5. Jika perut distriping mengeluarkan cairan.
Ikan nila sangat mudah kawin silang dan bertelur secara liar. Akibatnya,
kepadatan kolam meningkat. Disamping itu, ikan nila yang sedang beranak
lambat pertumbuhan sehingga diperlukan waktu yang lebih lama agar
dicapai ukuran untuk dikonsumsi yang diharapkan.
Untuk mengatasi kekurangan ikan nila di atas, maka dikembang metode
kultur tunggal kelamin (monoseks). Dalam metode ini benih jantan saja yang
dipelihara karena ikan nila jantan yang tumbuh lebih cepat dan ikan nila
betina. Ada empat cara untuk memproduksi benih ikan nila jantan yaitu:
a) Secara manual (dipilih)
b) Sistem hibridisasi antarjenis tertentu
c) Merangsang perubahan seks dengan hormon
d) Teknik penggunaan hormon seks jantan ada dua cara.
1. Perendaman
2. Perlakuan hormon melalui pakan
2) Pembenihan dan Pemeliharaan Benih
Pada usaha pembenihan, kegiatan yang dilakukan adalah :
a) Memelihara dan memijahkan induk ikan untuk menghasilkan burayak
(anak ikan).
b) Memelihara burayak (mendeder) untuk menghasilkan benih ikan yang
lebih besar.
Usaha pembenihan biasanya menghasilkan benih yang berbeda-beda
ukurannya. Hal ini berkaitan dengan lamanya pemeliharaan benih. Benih
ikan nila yang baru lepas dan mulut induknya disebut “benih kebul”. Benih
yang berumur 2-3 minggu setelah menetas disebut benih kecil, yang disebut
juga putihan (Jawa Barat). Ukurannya 3-5 cm. Selanjutnya benih kecil
dipelihara di kolam lain atau di sawah. Setelah dipelihara selama 3-1 minggu
akan dihasilkan benih berukuran 6 cm dengan berat 8-10 gram/ekor. Benih
ini disebut gelondongan kecil. Benih nila merah. Berumur 2-3 minggu,
ukurannya ± 5 cm. Gelondongan kecil dipelihara di tempat lain lagi selama 1-
1,5 bulan. Pada umur ini panjang benih telah mencapai 10-12 cm dengan
berat 15-20 gram. Benih ini disebut gelondongan besar.
6.3. Pemeliharaan Pembesaran
Dua minggu sebelum dan dipergunakan kolam harus dipersiapkan. Dasar
kolam dikeringkan, dijemur beberapa hari, dibersihkan dari rerumputan dan
dicangkul sambil diratakan. Tanggul dan pintu air diperbaiki jangan sampai
teriadi kebocoran. Saluran air diperbaiki agar jalan air lancar. Dipasang
saringan pada pintu pemasukan maupun pengeluaran air. Tanah dasar dikapur
untuk memperbaiki pH tanah dan memberantas hamanya. Untuk mi
dipergunakan kapur tohor sebanyak 100-300 kg/ha (bila dipakai kapur panas,
Ca 0). Kalau dipakai kapur pertanian dosisnya 500-1.000 kg/ha. Pupuk
kandang ditabur dan diaduk dengan tanah dasar kolam. Dapat juga pupuk
kandang dionggokkan di depan pintu air pemasukan agar bila diairi dapat
tersebar merata. Dosis pupuk kandang 1-2 ton/ha. Setelah semuanya siap,
kolam diairi. Mula-mula sedalam 5-10 cm dan dibiarkan 2-3 hari agar teriadi
mineralisasi tanah dasar kolam.Lalu tambahkan air lagi sampai kedalaman 80-
100 cm. Kini kolam siap untuk ditebari induk ikan.
1) Pemupukan
Pemupukan dengan jenis pupuk organik, anorganik (Urea dan TSP), serta
kapur. Cara pemupukan dan dosis yang diterapkan sesuai dengan standar
yang ditentukan oleh dinas perikanan daerah setempat, sesuai dengan
tingkat kesuburan di tiap daerah.
Beberapa hari sebelum penebaran benih ikan, kolam harus dipersiapkan
dahulu. Pematang dan pintu air kolam diperbaiki, kemudian dasar kolam
dicangkul dan diratakan.
Setelah itu, dasar kolam ditaburi kapur sebanyak 100-150 kg/ha.
Pengapuran berfungsi untuk menaikkan nilai pH kolam menjadi 7,0-8,0 dan
juga dapat mencegah serangan penyakit. Selanjutnya kolam diberi pupuk
organik sebanyak 300-1.000 kg/ha. Pupuk Urea dan TSP juga diberikan
sebanyak 50 kg/ha. Urea dan TSP diberikan dengan dicampur terlebih
dahulu dan ditebarkan merata di dasar kolam.
Selesai pemupukan kalam diairi sedalam 10 cm dan dibiarkan 3-4 hari agar
terjadi reaksi antara berbagai macam pupuk dan kapur dengan tanah. Han
kelima air kolam ditambah sampai menjadi sedalam 50 cm. Setelah sehari
semalam, air kolam tersebut ditebari benih ikan. Pada saat itu fitoplankton
mulai tumbuh yang ditandai dengan perubahan warna air kolam menjadi
kuning kehijauan. Di dasar kolam juga mulai banyak terdapat organisme
renik yang berupa kutu air, jentik-jentik serangga, cacing, anak-anak siput
dan sebagainya. Selama pemeliharaan ikan, air kolam diatur sedalam 75-
100 cm. Pemupukan susulan harus dilakukan 2 minggu sekali, yaitu pada
saat makanan alami sudah mulai habis.
Pupuk susulan ini menggunakan pupuk organik sebanyak 500 kglha. Pupuk
itu dibagi menjadi empat dan masing-masing dimasukkan ke dalam
keranjang bambu. Kemudian keranjang diletakkan di dasar kolam, dua bush
di kin dan dua buah di sisi kanan aliran air masuk. Sedangkan yang dua
keranjang lagi diletakkan di sudut-sudut kolam.
Urea dan TSP masing-masing sebanyak 30 kg/ha diletakkan di dalam
kantong plastik yang diberi lubang-lubang kecil agar pupuk sedikit demi
sedikit. Kantong pupuk tersebut digantungkan sebatang bambu yang
dipancangkan di dasar kolam. Posisi ng terendam tetapi tidak sampai ke
dasar kolam. Selain pukan ulang. ikan nila juga harus tetap diberi dedak dan
katul. pemupukan di atas dapat dilakukan untuk kolam air tawar, payau atau
sawah yang diberakan.
2) Pemberian Pakan
Pemupukan kolam telah merangsang tumbuhnya fitoplankton, zooplankton,
maupun binatang yang hidup di dasar, seperti cacing, siput, jentik-jentik
nyamuk dan chironomus (cuk). Semua itu dapat menjadi makanan ikan nila.
Namun, induk ikan nila juga masih perlu pakan tambahan berupa pelet yang
mengandung protein 30-40% dengan kandungan lemak tidak lebih dan 3%.
Pembentukan telur pada ikan memerlukan bahan protein yang cukup di
dalam pakannya. Perlu pula ditambahkan vitamin E dan C yang berasal dan
taoge dan daun-daunan/sayuran yang duris-iris. Boleh juga diberi makan
tumbuhan air seperti ganggeng (Hydrilla). Banyaknya pelet sebagai pakan
induk kira-kira 3% berat biomassa per han. Agar diketahui berat bio massa
maka diambil sampel 10 ekor ikan, ditimbang, dan dirata-ratakan beratnya.
Berat rata-rata yang diperoleh dikalikan dengan jumlah seluruh ikan di dalam
kolam. Misal, berat rata-rata ikan 220 gram, jumlah ikan 90 ekor maka berat
biomassa 220 x 90 = 19.800 g. Jumlah ransum per han 3% x 19.800 gram =
594 gram. Ransum ini diberikan 2-3 kali sehari. Bahan pakan yang banyak
mengandung lemak seperti bungkil kacang dan bungkil kelapa tidak baik
untuk induk ikan. Apalagi kalau han tersebut sudah berbau tengik. Dedak
halus dan bekatul boleh diberikan sebagai pakan. Bahan pakan seperti itu
juga berfungsi untuk menambah kesuburan kolam.
3) Pemeliharaan Kolam/Tambak
Sistem dan intensitas pemeliharaan ikan nila tergantung pada tempat
pemeliharaan dan input yang tersedia.Target produksi harus disesuaikan
dengan permintaan pasar. Biasanya konsumen menghendaki jumlah dan
ukuran ikan yang berbeda-beda. Intensitas usaha dibagi dalam tiga tingkat,
yaitu
a) Sistem ekstenslf (teknologi sederhana)
- Sistem ekstensif merupakan sistem pemeliharaan ikan yang belum
berkembang. Input produksinya sangat sederhana. Biasanya dilakukan
di kolam air tawar. Dapat pula dilakukan di sawah. Pengairan
tergantung kepada musim hujan. Kolam yang digunakan biasanya
kolam pekarangan yang sempit. Hasil ikannya hanya untuk konsumsi
keluarga sendiri. Sistem pemeliharaannya secara polikultur. Sistem ini
telah dipopulerkan di wilayah desa miskin.
- Pemupukan tidak diterapkan secara khusus. Ikan diberi pakan berupa
bahan makanan yang terbuang, seperti sisa-sisa dapur limbah
pertanian (dedak, bungkil kelapa dll.).
- Perkiraan pemanenan tidak tentu. Ikan yang sudah agak besar dapat
dipanen sewaktu-waktu. Hasil pemeliharaan sistem ekstensif sebenar
cukup lumayan, karena pemanenannya bertahap. Untuk kolam
herukuran 2 x 1 x 1 m ditebarkan benih ikan nila sebanyak 20 ruang
berukuran 30 ekor. Setelah 2 bulan diambil 10 ekor, dipelihara 3 bulan
kemudian beranak, demikian seterus. Total produksi sistem ini dapat
mencapai 1.000 kg/ha/tahun 2 bln. Penggantian air kolam
menggunakan air sumur. Penggantian dilakukan seminggu sekali.
b) Sistem semi-Intensif (teknologi madya)
- Pemeliharaan semi-intensif dapat dilakukan di kolam, di tambak, di
sawah, dan di jaring apung. Pemeliharaan ini biasanya digunakan untuk
pendederan. Dalam sistem ini sudah dilakukan pemupukan dan
pemberian pakan tambahan yang teratur.
- Prasarana berupa saluran irigasi cukup baik sehingga kolam dapat
berproduksi 2-3 kali per tahun. Selain itu, penggantian air juga dapat
dilakukan secara rutin. Pemeliharaan ikan di sawah hanya
membutuhkan waktu 2-2,5 bulan karena bersamaan dengan tanaman
padi atau sebagai penyelang. OIeh karena itu, hasil ikan dan sawah
ukurannya tak lebih dari 50 gr. Itu pun kalau benih yang dipelihara
sudah berupa benih gelondongan besar.
- Budi daya ikan nila secara semi-intensif di kolam dapat dilakukan
secara monokultur maupun secara polikultur. Pada monokultur
sebaiknya dipakai sistem tunggal kelamin. Hal mi karena nila jantan
lebih cepat tumbuh dan ikan nila betina.
- Sistem semi-intensif juga dapat dilakukan secara terpadu (intergrated),
artinya kolam ikan dikelola bersama dengan usaha tani lain maupun
dengan industri rumah tangga. Misal usaha ternak kambing, itik dan
sebagainya. Kandang dibuat di atas kolam agar kotoran ternak menjadi
pupuk untuk kolam.
- Usaha tani kangkung, genjer dan sayuran lainnya juga dapat dipelihara
bersama ikan nila. Limbah sayuran menjadi pupuk dan pakan
tambahan bagi ikan. Sedangkan lumpur yang kotor dan kolam ikan
dapat menjadi pupuk bagi kebun sayuran.
- Usaha huler/penggilingan padi mempunyai hasil sampingan berupa
dedak dan katul. Oleh karena itu, sebaiknya dibangun kolam ikan di
dekat penggilingan tersebut.
- Hasil penelitian Balai Penelitian Perikanan sistem integrated dapat
menghasilkan ikan sampai 5 ton atau lebih per 1 ha/tahun.
c) Sistem intensif (teknologi maju)
- Sistem pemeliharaan intensif adalah sistem pemeliharaan ikan paling
modern. Produksi ikan tinggi sampai sangat tinggi disesuaikan dengan
kebutuhan pasar.
- Pemeliharaan dapat dilakukan di kolam atau tambak air payau dan
pengairan yang baik. Pergantian air dapat dilakukan sesering mungkin
sesuai dengan tingkat kepadatan ikan. Volume air yang diganti setiap
hari sebanyak 20% atau bahkan lebih.
- Pada usaha intensif, benih ikan nita yang dipelihara harus tunggal dain
jantan saja. Pakan yang diberikan juga harus bermutu.
- Ransum hariannya 3% dan berat biomassa ikan per hari. makanan
sebaiknya berupa pelet yang berkadar protein 25-26%, lemak 6-8%.
Pemberian pakan sebaiknya dilakukan oleh teknisinya sendiri dapat diamati
nafsu makan ikan-ikan itu. Pakan yang diberikan knya habis dalam waktu 5
menit. Jika pakan tidak habis dalam waktu 5 menit berarti ikan mendapat
gangguan. Gangguan itu berupa serangan penyakit, perubahan kualitas air,
udara panas, terlalu sering diberi pakan.
7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Hama
a) Bebeasan (Notonecta)
Berbahaya bagi benih karena sengatannya. Pengendalian: menuangkan
minyak tanah ke permukaan air 500 cc/100 meter persegi.
b) Ucrit (Larva cybister)
Menjepit badan ikan dengan taringnya hingga robek. Pengendalian: sulit
diberantas; hindari bahan organik menumpuk di sekitar kolam.
c) Kodok
Makan telur telur ikan. Pengendalian: sering membuang telur yang
mengapung; menagkap dan membuang hidup-hidup.
d) Ular
Menyerang benih dan ikan kecil. Pengendalian: lakukan penangkapan;
pemagaran kolam.
e) Lingsang
Memakan ikan pada malam hari. Pengendalian:pasang jebakan berumpun.
f) Burung
Memakan benih yang berwarna menyala seperti merah, kuning.
Pengendalian: diberi penghalang bambu agar supaya sulit menerkam; diberi
rumbai-rumbai atau tali penghalang.
7.2. Penyakit
a) Penyakit pada kulit
Gejala: pada bagian tertentu berwarna merah, berubah warna dan tubuh
berlendir. Pengendalian: (1) direndam dalam larutan PK (kalium
permanganat) selama 30-60 menit dengan dosis 2 gram/10 liter air,
pengobatan dilakukan berulang 3 hari kemudian. (2) direndam dalam
Negovon (kalium permanganat) selama 3 menit dengan dosis 2-3,5 %.
b) Penyakit pada insang
Gejala: tutup insang bengkak, Lembar insang pucat/keputihan.
Pengendalian: sama dengan di atas.
c) Penyakit pada organ dalam
Gejala: perut ikan bengkak, sisik berdiri, ikan tidak gesit. Pengendalian:
sama dengan di atas.
Secara umum hal-hal yang dilakukan untuk dapat mencegah timbulnya
penyakit dan hama pada budidaya ikan nila:
a) Pengeringan dasar kolam secara teratur setiap selesai panen.
b) Pemeliharaan ikan yang benar-benar bebas penyakit.
c) Hindari penebaran ikan secara berlebihan melebihi kapasitas.
d) Sistem pemasukan air yang ideal adalah paralel, tiap kolam diberi satu pintu
pemasukan air.
e) Pemberian pakan cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya.
f) Penanganan saat panen atau pemindahan benih hendaknya dilakukan
secara hati-hati dan benar.
g) Binatang seperti burung, siput, ikan seribu (lebistus reticulatus peters)
sebagai pembawa penyakit jangan dibiarkan masuk ke areal perkolaman.
PANEN
Pemanenan ikan nila dapat dilakukan dengan cara: panen total dan panen
sebagian.
a) Panen total
Panen total dilakukan dengan cara mengeringkan kolam, hingga ketinggian
air tinggal 10 cm. Petak pemanenan/petak penangkapan dibuat seluas 1 m
persegi di depan pintu pengeluaran (monnik), sehingga memudahkan dalam
penangkapan ikan. Pemanenan dilakukan pagi hari saat keadaan tidak
panas dengan menggunakan waring atau scoopnet yang halus. Lakukan
pemanenan secepatnya dan hati-hati untuk menghindari lukanya ikan.
b) Panen sebagian atau panen selektif
Panen selektif dilakukan tanpa pengeringan kolam, ikan yang akan dipanen
dipilih dengan ukuran tertentu. Pemanenan dilakukan dengan menggunakan
waring yang di atasnya telah ditaburi umpan (dedak). Ikan yang tidak terpilih
(biasanya terluka akibat jaring), sebelum dikembalikan ke kolam sebaiknya
dipisahkan dan diberi obat dengan larutan malachite green 0,5-1,0 ppm
selama 1 jam.
9. PASCAPANEN
Penanganan pascapanen ikan nila dapat dilakukan dengan cara penanganan
ikan hidup maupun ikan segar.
a) Penanganan ikan hidup
Adakalanya ikan konsumsi ini akan lebih mahal harganya bila dijual dalam
keadaan hidup. Hal yang perlu diperhatikan agar ikan tersebut sampai ke
konsumen dalam keadaan hidup, segar dan sehat antara lain:
1. Dalam pengangkutan gunakan air yang bersuhu rendah sekitar 20 derajat
C.
2. Waktu pengangkutan hendaknya pada pagi hari atau sore hari.
3. Jumlah kepadatan ikan dalam alat pengangkutan tidak terlalu padat.
b) Penanganan ikan segar
Ikan segar mas merupakan produk yang cepat turun kualitasnya. Hal yang
perlu diperhatikan untuk mempertahankan kesegaran antara lain:
1. Penangkapan harus dilakukan hati-hati agar ikan-ikan tidak luka.
2. Sebelum dikemas, ikan harus dicuci agar bersih dan lendir.
3. Wadah pengangkut harus bersih dan tertutup. Untuk pengangkutan jarak
dekat (2 jam perjalanan), dapat digunakan keranjang yang dilapisi dengan
daun pisang/plastik. Untuk pengangkutan jarak jauh digunakan kotak dan
seng atau fiberglass. Kapasitas kotak maksimum 50 kg dengan tinggi
kotak maksimum 50 cm.
3. Ikan diletakkan di dalam wadah yang diberi es dengan suhu 6-7 derajat C.
Gunakan es berupa potongan kecil-kecil (es curai) dengan perbandingan
jumlah es dan ikan=1:1. Dasar kotak dilapisi es setebal 4-5 cm. Kemudian
ikan disusun di atas lapisan es ini setebal 5-10 cm, lalu disusul lapisan es
lagi dan seterusnya. Antara ikan dengan dinding kotak diberi es, demikian
juga antara ikan dengan penutup kotak.
c) Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pananganan benih adalah
sebagai berikut:
1) Benih ikan harus dipilih yang sehat yaitu bebas dari penyakit, parasit dan
tidak cacat. Setelah itu, benih ikan baru dimasukkan ke dalam kantong
plastik (sistem tertutup) atau keramba (sistem terbuka).
2) Air yang dipakai media pengangkutan harus bersih, sehat, bebas hama
dan penyakit serta bahan organik lainya. Sebagai contoh dapat digunakan
air sumur yang telah diaerasi semalam.
3) Sebelum diangkut benih ikan harus diberok dahulu selama beberapa hari.
Gunakan tempat pemberokan berupa bak yang berisi air bersih dan
dengan aerasi yang baik. Bak pemberokan dapat dibuat dengan ukuran 1
m x 1 m atau 2 m x 0,5 m. Dengan ukuran tersebut, bak pemberokan
dapat menampung benih ikan mas sejumlah 5000–6000 ekor dengan
ukuran 3-5 cm. Jumlah benih dalam pemberokan harus disesuaikan
dengan ukuran benihnya.
4) Berdasarkan lama/jarak pengiriman, sistem pengangkutan benih terbagi
menjadi dua bagian, yaitu:
1. Sistem terbuka
Dilakukan untuk mengangkut benih dalam jarak dekat atau tidak
memerlukan waktu yang lama. Alat pengangkut berupa keramba.
Setiap keramba dapat diisi air bersih 15 liter dan dapat untuk
mengangkut sekitar 5000 ekor benih ukuran 3-5 cm.
2. Sistem tertutup
Dilakukan untuk pengangkutan benih jarak jauh yang memerlukan
waktu lebih dari 4-5 jam, menggunakan kantong plastik. Volume media
pengangkutan terdiri dari air bersih 5 liter yang diberi buffer
Na2(hpo)4.1H2O sebanyak 9 gram. Cara pengemasan benih ikan yang
diangkut dengan kantong plastik: (1) masukkan air bersih ke dalam
kantong plastik kemudian benih; (3) hilangkan udara dengan menekan
kantong plastik ke permukaan air; (3) alirkan oksigen dari tabung
dialirkan ke kantong plastik sebanyak 2/3 volume keseluruhan rongga
(air:oksigen=1:2); (4) kantong plastik lalu diikat. (5) kantong plastik
dimasukkan ke dalam dos dengan posisi membujur atau ditidurkan.
Dos yang berukuran panjang 0,50 m, lebar 0,35 m, dan tinggi 0,50 m
dapat diisi 2 buah kantong plastik.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan setelah benih sampai di tempat tujuan
adalah sebagai berikut:
- Siapkan larutan tetrasiklin 25 ppm dalam waskom (1 kapsul tertasiklin
dalam 10 liter air bersih).
- Buka kantong plastik, tambahkan air bersih yang berasal dari kolam
setempat sedikit demi sedikit agar perubahan suhu air dalam kantong
plastik terjadi perlahan-lahan.
- Pindahkan benih ikan ke waskom yang berisi larutan tetrasiklin selama 1-
2 menit.
- Masukan benih ikan ke dalam bak pemberokan. Dalam bak pemberokan
benih ikan diberi pakan secukupnya. Selain itu, dilakukan pengobatan
dengan tetrasiklin 25 ppm selama 3 hari berturut-turut. Selain tetrsikli
dapat juga digunakan obat lain seperti KMNO4 sebanyak 20 ppm atau
formalin sebanyak 4% selama 3-5 menit.
- Setelah 1 minggu dikarantina, tebar benih ikan di kolam budidaya.
-
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
10.1.Analisa Usaha Budidaya
Perkiraan analisis usaha budidaya ikan nila selama 1 bulan pada tahun 1999 di
daerah Jawa Barat adalah sebagai berikut:
a) Biaya produksi
1. Sewa kolam Rp. 120.000,-
2. Benih ikan nila 4000 ekor, @ Rp.200,- Rp. 800.000,-
3. Pakan
- Dedak 8 karung @ Rp.800,- Rp. 6.400,-
4. Obat dan pupuk
- Kotoran ayam 4 karung, @ Rp.7.000,- Rp. 28.000,-
- Urea dan TSP 10 kg, @ Rp.1.800,- Rp. 18.000,-
- Kapur 30 kg, @ Rp. 1.200,- Rp. 36.000,-
5. Peralatan Rp. 100.000,-
6. Tenaga kerja 1 orang @ Rp. 7500,- Rp. 225.000,-
7. Biaya tak terduga 10% Rp. 133.340,-
Jumlah biaya produksi Rp.1.466.740,-
b) Pendapatan benih ikan 85%,4000 ekor @ Rp.700,- Rp.2.380.000,-
c) Keuntungan Rp. 913.260,-
d) Parameter kelayakan usaha
B/C ratio 1,62
10.2.Gambaran Peluang Agribisnis
Dengan adanya luas perairan umum di Indonesia yang terdiri dari sungai, rawa,
danau alam dan buatan seluas hampir mendekati 13 juta ha merupakan potensi
alam yang sangat baik bagi pengembangan usaha perikanan di Indonesia.
Disamping itu banyak potensi pendukung lainnya yang dilaksanakan oleh
pemerintah dan swasta dalam hal permodalan, program penelitian dalam hal
pembenihan, penanganan penyakit dan hama dan penanganan pasca panen,
penanganan budidaya serta adanya kemudahan dalam hal periizinan import.
Walaupun permintaan di tingkal pasaran lokal akan ikan nila dan ikan air tawar
lainnya selalu mengalami pasang surut, namun dilihat dari jumlah hasil
penjualan secara rata-rata selalu mengalami kenaikan dari tahun ke tahun.
Apabila pasaran lokal ikan nila mengalami kelesuan, maka akan sangat
berpengaruh terhadap harga jual baik di tingkat petani maupun di tingkat grosir
di pasar ikan. Selain itu penjualan benih ikan nila boleh dikatakan hampir tak
ada masalah, prospeknya cukup baik. Selain adanya potensi pendukung dan
faktor permintaan komoditi perikanan untuk pasaran lokal, maka sektor
perikanan merupakan salah satu peluang usaha bisnis yang cerah.
11. DAFTAR PUSTAKA
a) Sugiarto Ir, 1988, Teknik Pembenihan Ikan Mujair dan Nila. Penerbit CV.
Simplex (Anggota IKAPI)”.
b) Rahardi, F. 1993. Kristiawati, Regina. Nazaruddin. Agribisnis Perikanan,
Penerbit Swadaya, Jakarta.
12. KONTAK HUBUNGAN
Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS;
Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829
Jakarta, Maret 2000
Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas
Sumber: http://sutanmuda.wordpress.com/2008/07/08/budidaya-ikan-nila/
Langganan:
Postingan (Atom)
Label
- Asal usul Valentine Day (1)
- Bantahan Untuk MKG (1)
- Bebek (2)
- Bonsai (3)
- Buah Jambu (1)
- Buah-buahan (5)
- Budi daya (1)
- Budi daya lele (1)
- Doa Mustajab (1)
- Flora fauna (1)
- Hakikat Manusia (1)
- Hal hukum tani (1)
- Hama tanaman (1)
- Hortikultura (3)
- Ikan NiLa (1)
- Indahnya Islam (2)
- Jangkrik (2)
- Jimat (1)
- Kemiri (1)
- Kisah sahabat Nabi (2)
- Manfaat Bunga (1)
- Media Tanam (1)
- Penjernih Air (1)
- Penyakit Tan.Padi (1)
- Pertanian (1)
- Sapi Potong (2)
- Serba Serbi (3)
- Syahadatain (1)
- Syaikh Siti Jenar (2)
- Tanaman Pangan (1)
- Tasawuf (1)
- Tauhid (4)
- Teknologi Pertanian (1)
- Ternak kambing (2)