Kemudian, mereka menunjukkan rumah Sang Khalifah yang terlihat seperti
rumah kaum tak berpunya. Lantas, ia mendatanginya dan menanyakan
keberadaan Amirul Mukminin. Alangkah terkejutnya ia saat mendengar
jawaban dari keluarga Umar: "Itu dia di sana sedang tertidur di bawah
pohon."
Tentu bukan tanpa alasan bagi seorang dengan gelar Amirul Mukminin
(pemimpin kaum Mukmin) yang kekuasaannya terbentang dari Mesir sampai
Irak untuk memilih sebatang pohon sebagai istananya.
Selain agar rakyat dapat dengan mudah menemui dan mengadu padanya, juga
karena ia mempelajari hal itu dari Sang Teladan, Nabi Muhammad
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.
Dahulu, Umar pernah menemui Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam
ketika beliau bangun dari pelepah kurma tempatnya berbaring. Umar
melihat guratan pelepah kurma membekas di punggung Nabi Muhammad
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Ia pun menangis. Dengan lembut Nabi
Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bertanya: "Apa yang membuatmu
menangis?" Umar menjawab: "Wahai Rasulullah, sungguh Raja Kisra dan
Kaisar Romawi dalam keadaan (kafir). Mereka (bergelimang harta), sedang
Engkau ialah Utusan Allah (tetapi tidak memiliki apa-apa)." Dengan bijak
Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: "Wahai Umar,
tidakkah engkau rida jika mereka mendapat dunia dan bagi kita akhirat?"
Pelajaran ini tidak pernah dilupakan oleh Umar seumur hidupnya.
Umar bukannya tidak mampu untuk membangun istana atau hidup mewah bak
seorang raja. Tetapi, Umar lebih memilih kesederhanaan sebagai perhiasan
dirinya.
Bagaimana tidak, ia adalah khalifah yang memperoleh gaji hanya sebatas
kebutuhan pokoknya, memakan roti yang hampir mengeras, dan memiliki dua
belas tambalan pada pakaian lusuhnya. Ia adalah pemimpin yang bergantian
mengendarai keledai bersama budaknya dalam penaklukkan Kota Al-Quds.
Sungguh, Umar telah mengajarkan kepada kita bahwa menjadi pemimpin tak
harus bergelimang fasilitas. Maka, ia pun tidak pernah menuntut berbagai
fasilitas untuk tugas kepemimpinannya. Karena ia tahu,
fasilitas-fasilitas yang ia nikmati tidak lain hanyalah ujian yang akan
dipertanggungjawabkan di hadapan Allah kelak. Wallahu 'alam bish shawab.
(republika.co.id)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar