Selasa, 03 Juni 2014

TIPS & TRIK BUDIDAYA LELE


Budidaya lele
  1. Usaha Pembenihan
  • Pastikan benih yang anda produksi ada pembelinya.
  • Pastikan indukan lele adalah jenis yang unggul dalam kwalitas maupun kwantitas dan akan memperoleh hasil yang maksimal apabila kita mengetahui bahwa indukan jantan adalah lebih tua usia nya minimal 1 minggu dari induk betina.
  • Jangan memijahkan indukan (jantan & betina) dari hasil indukan yang sama.
  • Kuasai tehnik pemijahan yang baik dan benar agar tidak gagal dalam memijah.
  • Kuasai tehnik pemeliharaan benih agar tidak gagal panen.
  • Kuasai tehnik perawatan indukan agar induk selalu siap memijah sesuai dengan kebiasaan dialam nya.
  • Pastikan  mudah memperoleh Cacing Sutera sebagai pakan awal benih, apabila mengalami kesulitan memperoleh cacing sutera dapat disiasati dengan menggunakan Fengli-0- yg diseduh dengan air hangat kemudian dibentuk bulat-bulat sebesar kelereng.
  • §  Jangan menjual benih yang pada sortir ke.1 berukuran dibawah 3-4 kepada pembudidaya pembesaran karena, benih ukuran tersebut akan sangat lambat pertumbuhannya sehingga membuat “kapok” untuk membeli benih  lagi kepada Anda. Agar tidak mubazir benih ukuran tersebut sebaiknya dijadikan pakan bagi ikan lele yang lebih besar (di-kanibal-kan) sehingga akan mengurangi biaya pakan. 

2. Usaha Pembesaran/Lele konsumsi
  • Pastikan Lele Konsumsi anda ada yang membeli/menampung hasil produksi.
  • Usaha pembesaran/lele Konsumsi sebaiknya dimulai dari lele ukuran 9-12  karena akan lebih cepat dipanen.
  • Ciri-ciri lele ukuran 9-12 yang cepat besar memiliki kepala dan perut yang besar sehingga terlihat buntet. Sedangkan ciri-ciri lele yang lambat pertumbuhannya akan terlihat ramping.
  • Disarankan segmen/usaha pembesaran memiliki indukan sendiri minimal 1 set (8jantan+8betina) agar dapat diketahui benih yg berkualitas (KW.1 & KW.2) yang dipelihara krn lebih cepat masa pertumbuhannya dan dapat dipanen dalam waktu 100-120 hari.
  • Cukup 1.000 s/d 3.000 (panen lele konsumsi 100 s/d 300 kg) ekor benih unggul yang dipelihara, sedangkan sisanya jadikan sebagai pakan tambahan untuk benih yang unggul (di-kanibal-kan).
  • Benih beri pakan yang murah harganya namun baik kwalitasnya, pakan tambahan seperti tumbuhan Azolla sangat diperlukan karena dapat membantu pertumbuhan benih, mengurangi biaya pakan dan meningkatkan keuntungan.
PANDUAN LENGKAP BUDIDAYA LELE
Sebelum melakukan usaha Budidaya Lele, perlu diperhatikan beberapa langkah/tindakan yang mungkin belum pernah dijelaskan oleh pengarang/penerbit buku maupun ditempat-tempat pelatihan Lele, dalam menunjang keberhasilan usaha budidaya lele, baik usaha skala kecil maupun skala besar.
Langkah/tindakan berikut ini adalah dimaksudkan selain keberhasilan secara maksimal namun dapat juga menekan biaya produksi yang cukup besar khususnya untuk usaha pembenihan.
Panduan yang dijelaskan dibawah ini adalah, uraian secara lengkap dengan kata lain dijelaskan dari A sampai Z atau urutan dari mulai persiapan awal, pemijahan, perawatan benih, perawatan induk, pemberian pakan, penyortiran sampai dengan panen benih/bibit ataupun panen lele pedaging/konsumsi. Selain itu disini dijelaskan pula secara singkat pengenalan beberapa jenis penyakit pada lele dan bagaimana cara penanganannya serta beberapa hewan dan tanaman yg menjadi penghambat bagi usaha budidaya lele.
Kami tidak menyarankan Pemijahan dengan cara lainnya selain pemijahan cara alami karena, pemijahan cara alami jauh lebih murah, mudah dan benih tidak terkontaminasi.
Adapun langkah-langkah tersebut sebagai berikut :
  1. PERSIAPAN KOLAM CACING SUTERA
Siapkan/buat lubang atau terpal untuk membuat Cacing Sutera berukuran panjang 5m, lebar 1m, tinggi 20cm. Untuk lubang yang langsung dibuat diatas tanah, batasi seluruh tepi nya dengan batako/bata merah dan dasarnya diberi “floor” semen pasir dengan maksud agar air tidak merembes kedalam tanah. Untuk lubang yang dilapisi terpal cukup dibuat serapih mungkin agar air tidak bocor. Setelah selesai pembuatan kolam cacing sutera, beri atap diatas nya sebagai penahan terik matahari. Kemudian siapkan pula saluran air masuk dan  keluar. Pembuatan kolam cacing sutera sangat diperlukan karena, dalam satu kali pemijahan diperlukan biaya tidak kurang dari Rp.300.000,- untuk membeli cacing sutera sebagai pakan awal benih/anak lele. Dengan tersedianya cacing sutera tersebut tentu dapat mengurangi biaya produksi.

  1. MEDIA CACING SUTERA
Siapkan kotoran kambing dan kotoran ayam petelur  masing-masing 5 karung untuk dimasukan kedalam lubang yang telah dibuat dan dicampur dengan Lumpur sebanyak 10 ember ukuran 20 liter yang diambil/diperoleh dari saluran air kotor  untuk membuat “Cacing Sutera”, kemudian aduk secara merata. Diamkan selama 2 hari lalu beri air yang mengalir secara terus menerus seukuran selang berdiameter 1 cm, dengan ketinggian air 2 cm dari permukaan kolam. Dalam kurun waktu 10 s/d 15 hari akan timbul cacing sutera yang pada waktunya akan sangat diperlukan sebagai makanan benih/anak Lele setelah berumur 6 sampai dengan 12 hari.
       3.   PRODUKSI KEONG MAS
Siapkan/buat kolam panjang 3 meter lebar 2 meter untuk memproduksi keong mas sebagai makanan tambahan bagi induk lele, dengan kedalaman kolam 1,5 meter dan diisi air setinggi 70 cm lalu masukan keong mas sebanyak 20 kg dan diberi pakan berupa daun talas, daun singkong (ketela batang), daun papaya, daun ubi (ketela rambat), daun dan batang pisang atau bangkai ikan. Jangan dipanen dahulu keong mas tersebut bila, belum terlihat 4 kali lipat banyak nya, biasanya akan sebanyak itu bila telah 1 bulan lamanya dipelihara.

  1. KOLAM PEMBENIHAN/PEMBESARAN
Siapkan/buat kolam untuk pembenihan ukuran panjang 4m, lebar 3 m dan tinggi 40 cm atau panjang 5 m, lebar 2 m dan tinggi 40cm, sedangkan kolam untuk pembesaran (konsumsi/pedaging) ukuran panjang dan lebar nya sama namun tinggi nya 1 m. Kolam dapat dibuat dengan cara sederhana misalnya, kolam terbuat dari terpal dan dinding nya  bambu/kayu. Apabila kolam terbuat dari tembok maka, seluruh permukaan kolam harus licin karena apabila permukaan kolam tidak licin, akan mengakibatkan luka pada perut ikan. Bagi yang telah memiliki kolam tembok sedangkan permukaan kolamnya tidak licin, dapat disiasati dengan cara, isi kolam tembok dengan tanah yang tidak keras dengan ketebalan tanah 5 cm. Adapun jumlah kolam tergantung pada kebutuhan yang disesuaikan dengan segmen usaha nya, apakah skala besar/kecil atau pembenihan/pembesaran saja.

  1. PERSIAPAN KOLAM PENDEDERAN
Isi air sampai dengan ketinggian antara 20 cm – 30cm kolam yang telah dibuat tersebut selama minimal 5 hari dengan maksud agar timbul lumut pada kolam tersebut kemudian air tersebut dibuang dan diganti dengan air yang baru. Khusus kolam yang terbuat dari tembok, jangan dibersihkan dengan cara disikat permukaannya, namun cukup disemprot air saja sampai bersih. Setelah itu isi air kembali kolam tersebut untuk menaruh kakaban yang ditelori setelah induk Lele memijah. Ketinggian permukaan air perlu diperhatikan dimana anda tinggal atau berada, apakah daerah pegunungan atau pesisir pantai.
Untuk daerah/tempat yang berada pada ketinggian dibawah 300 meter dari permukaan laut (dpl), ketinggian permukaan air kolam minimal 30 cm. Untuk daerah/tempat yang berada pada ketinggian 300 s/d 500 meter (dpl), ketinggian permukaan air kolam maksimal 25 cm. Untuk daerah/tempat yang berada pada ketinggian diatas 500 meter dpl, ketinggian permukaan air kolam 15-20 cm.
Jangan memberi cairan herbal atau sejenisnya kedalam kolam, karena cairan herbal menyebabkan cepat tumbuhnya cacing plankton yang berakibat akan mengganggu pertumbuhan bahkan dapat membunuh benih/anak lele yang baru menetas. Cairan herbal dapat diberikan setelah benih lele berumur 7 hari,sehingga apabila tumbuh cacing plankton akan menjadi makanan tambahan bagi benih/anak lele.
  1. KAKABAN DAN KOLAM PEMIJAHAN
Siapkan kakaban untuk memijah dengan ukuran  lebar 40 cm, panjang 150 cm dan banyak nya disesuaikan dengan kebutuhan. Untuk 1 kolam pemijahan dengan ukuran panjang 5 m dan lebar 2 m umum nya diperlukan sebanyak 14 kakaban. Tinggi kolam pemijahan minimal 1 meter.
  1. PERSIAPAN PEMIJAHAN
Pasang/susun kakaban kedalam kolam pemijahan dengan rapat (antar ujung ijuk/kakaban saling bertemu), kemudian beri/pasang bambu yang selanjutnya beri pemberat agar kakaban tidak mengambang. Jangan memberi pemberat yang tepi nya runcing karena akan melukai induk Lele ketika aktif untuk bertelur. Setelah itu isi air kolam tersebut sampai dengan ketinggian air antara 20-25 cm.

  1. INDUKAN SIAP MEMIJAH
Masukan dan cukup sepasang indukan Lele yang sudah gonad/siap memijah, bagi pembudidaya yang masih pemula tentu sangat riskan karena khawatir tidak terjadi pemijahan sehingga bisa dilakukan dengan 2 jantan dan 3 betina (kawin massal). Lele Betina bila siap pijah ditandai dengan, pada bagian perut dari mulai batok kepala belakang sampai dengan sirip + 10 cm terlihat membesar karena berisi telur, bila di usap akan terasa lembek, selain itu satu hal yg amat penting adalah warna lubang untuk mengeluarkan telur berwarna merah merekah.  Lele Jantan bila siap pijah ditandai dengan, bila di usap-usap pada bagian sirip atas dari depan ke belakang dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah, maka sirip bagian atas tersebut akan berdiri. Memasukan Lele yang akan dipijahkan, harus dilakukan antara  jam 3 – 4 sore. Pada malam harinya antara jam 8 malam sampai dengan jam 4 pagi, induk Lele akan bertelur.

  1. PEMINDAHAN KAKABAN
Pada keesokan hari nya antara jam 4 sore, pindahkan kakaban satu persatu ke kolam penetasan/pendederan dengan cara dibalik ( kakaban bagian atas berada dibawah ) Banyak nya kakaban per kolam penetasan maksimal 3 kakaban, Kemudian pindahkan induk Lele yang telah bertelur ke kolam khusus induk. Jangan memberi pakan kepada anak Lele dari mulai menetas sampai berumur 4 hari.
Disini adalah masa kritis antara 4-5hari bagi benih berhasil atau tidaknya dipanen dikemudian hari, Anda harus rajin setiap antara jam 7-8 pagi untuk mengontrol permukaan air kolam kalau-kalau ada induk ucrit yang bertelur, bila terlihat telurnya mengambang segera diangkat/serok agar tidak menetas.


10.  PENGANGKATAN KAKABAN
Setelah 4 hari telur menetas angkat kakaban antara jam 7-8 pagi, dengan maksud agar tidak dihinggapi oleh sejenis kumbang yang biasa bertelur diatas kakaban dan bila telur nya menetas akan menjadi “UCRIT” yaitu, binatang/hama yang biasa memakan/membunuh anak Lele yang berumur antara 1 – 7 hari. Telur Ucrit bila mengambang diatas air nampak seperti bintik-bintik hitam, apabila diangkat dari permukaan air nampak seperti jeli. Selain “Ucrit” ada satu jenis hama lagi yang tidak kalah dahsyat nya membunuh benih/anak lele yaitu “Kini-kini”, kini-kini adalah telur Capung yang menetas dikolam penetasan benih/anak lele sebelum ber-metamorfosa menjadi Capung. Selanjunya apabila mengangkat kakaban lebih dari 4 hari akan mengalami kendala, karena biasa nya anak Lele setelah berumur lebih dari 4 hari akan bermain didalam atau diatas kakaban, sehingga apabila diangkat akan banyak anak Lele yang ikut terangkat. Setelah kakaban diangkat masukan daun pisang kedalam kolam berikut pelepahnya sebanyak 2-3 tangkai dengan cara terbalik menyimpan daun pisang nya sebagai pengganti kakaban karena, anak Lele yang masih berumur antara 4-10 hari masih memerlukan tempat berteduh. Apabila pembudidaya memiliki modal yang cukup, sebaiknya diatas kolam pemijahan ditutup dengan jaring dengan ukuran lubang jaring 2 mm.


  1. PAKAN AWAL BENIH/ANAK LELE
Setelah benih/anak Lele berumur 4 hari, beri pakan berupa kuning telur ayam sampai dengan hari ke 5. Pemberian pakan berupa kuning telur dengan maksud selain benih/anak lele memperoleh vitamin awal, namun juga mulut anak lele masih sangat kecil sehingga dengan diberi kuning telur yang dihancurkan akan terbiasa rakus dengan pakan yang berbau amis.  Setelah itu beri pakan Cacing Sutera sampai dengan hari ke 12 yang diambil dari kolam pembuatan Cacing Sutera (Nomor urut 2 ) dengan cara, serok cacing sutera dari dalam kolam secukup nya kemudian bersihkan dengan menggunakan serokan tersebut dengan cara diayak diatas air agar kotoran yang ada menjadi larut kedalam air, setelah itu simpan cacing sutera yang telah dibersihkan kedalam ember lalu ditutup  dan jangan diberi air, dalam waktu 2-3 jam akan timbul/terpisah cacing sutera dengan kotoran yang berada didalam ember (cacing sutera murni). Angkat cacing sutera secara perlahan-lahan kedalam wadah/tempat khusus, untuk diberikan ke benih/anak lele. Jangan memberi makan cacing sutera yang telah mati karena akan menyebabkan kolam menjadi bau dan timbul bibit penyakit yang pada akhirnya bibit/anak lele akan mati. Pemberian pakan Cacing Sutera dapat dilakukan berulang-ulang apabila cacing sutera tersebut telah habis. Cacing Sutera cukup diberikan sampai dengan benih/anak lele berumur 12 hari.
Apabila dirasakan  sulit membuat media cacing sutera karena kendala tidak cukup lahan atau mengalami kendala karena pada waktu tertentu seperti musim hujan sulit memperoleh cacing sutera, maka benih dapat langsung diberikan pakan pellet bubuk (powder) dari semenjak hari ke 4 sampai dengan hari ke 15, seperti pada point 12 berikut ini.

12.  PAKAN PELET BUBUK (POWDER)
Pada hari ke 13 sampai dengan hari ke 15, bibit/anak lele diberi pakan pelet bubuk (Powder) dengan cara, seduh dan aduk secara merata pelet bubuk dengan air hangat secukup nya jangan sampai terlalu encer, kemudian buat/bentuk pelet tersebut bulat-bulat sebesar kelereng setelah itu masukan ke kolam benih/anak lele pada tempat-tempat dimana benih/anak lele biasa berkumpul. Untuk kolam berukuran 2 meter x 5 meter atau 3 meter x 4 meter cukup diberikan sebanyak 12 butir saja. Pakan tersebut perlu dibuat seperti tersebut diatas, karena benih/anak lele pada umur tersebut masih beraktifitas/mencari makan didasar kolam. Jangan memberi pakan terlalu banyak karena apabila dalam waktu 12 jam pakan tersebut tidak habis, akan menjadi amoniak yang menyebabkan air kolam menjadi bau dan dapat menghambat pertumbuhan benih/anak lele. Apabila hal tersebut terjadi maka langkah yang harus dilakukan adalah, keluarkan air dasar kolam sampai sisa 5 cm kemudian isi lagi dengan air jernih setinggi 20 cm. Pemberian pakan tersebut cukup satu hari satu kali kira-kira jam 8 – 9 pagi.

13.  PAKAN UKURAN CRUMBLE
Setelah selama 3 hari yaitu, dari hari ke 13 sampai dengan hari ke 15 diberi pakan seperti uraian diatas, pada hari ke 16 sampai dengan hari ke 20 benih/anak lele diberi pakan pelet bubuk namun lebih besar ukuranya (Crumble) dengan cara, taburi sedikit demi sedikit (menggunakan jari telunjuk,jari tengah dan ibu jari lengan) pellet bubuk (Crumble) tersebut pada permukaan air secara merata dan jangan berlebihan.

Pemberian pakan pelet bubuk (Crumble) pada awal pemberian sebaiknya dilakukan pada malam hari karena, benih/anak lele baru memulai aktifitasnya dipermukaan air ketika memasuki usia antara 10 – 12 hari, sehingga apabila diberi pakan pada malam hari akan langsung merespon/memakan pakan bubuk (Crumble) tersebut.
14.  CAMPURAN CRUMBLE DAN PELET 2:1
Pada hari ke 21 sampai dengan hari ke 25, benih/anak lele diberi pakan campuran antara pakan bubuk (Crumble) dengan pakan pellet FF.999 atau PF.1000. Perbandingan campuran pakan bubuk (Crumble) dengan Pelet adalah, 2 bagian pakan bubuk (Crumble) dan 1 bagian pakan pelet FF.999 atau PF.1000. (2:1).
15. SORTIR KE. 1
Hari ke 26 adalah sortir pertama yang bertujuan untuk memisahkan ataupun mendapatkan ukuran yang sama benih/anak lele dalam satu kolam. Waktu penyortiran yang baik adalah pada pukul 7-8 pagi hari. Dalam sortir pertama benih/anak lele memiliki ukuran beragam dari mulai ukuran lebih kecil dari 2-3 3-5 sampai dengan 4-6. Sebelum melakukan penyortiran, ada beberapa langkah atau perlu dipersiapkan yaitu, Surutkan air kolam sampai dengan sisa air didalam kolam 5 cm lalu siapkan baskom/drum plastic sebanyak yang diperlukan dan telah diisi air bersih berikut baskom sortir ukuran 4-6 dan serokan. Setelah air didalam kolam surut, serok bibit/anak lele dan jangan terlalu penuh isi serokan tersebut kemudian tuang bibit/anak lele kedalam baskom sortir yang diletakan didalam baskom/drum plastik. Jentikan jari telunjuk dan ibu jari lengan kedalam air agar benih/anak lele yang berukuran lebih kecil dari ukuran 4-6 cm segera keluar dari baskom sortir karena mendengar jentikan jari sedangkan benih/anak lele yang tertinggal di baskom sortir simpan di baskom/drum plastik lainnya. Lakukan berulang-ulang sampai benih/anak lele tidak ada yang tertinggal didalam kolam, kemudian kuras dan isi kolam-kolam tersebut dengan air bersih untuk dimasukan benih/anak lele sesuai dengan ukuran yang sama dalam satu kolam nya. Jangan menaruh benih/anak lele terlampau banyak dalam satu kolam, jumlah isi benih/anak lele yang disarankan dalam satu kolam baik itu kolam berukuran 2 m x 5 m ataupun 3 m x 4 m untuk ukuran benih 3-5 cm sebanyak 5.000 ekor, sedangkan untuk benih/anak lele berukuran 4-6 cm sebanyak 4.000 ekor. Hal tersebut dilakukan agar isi kolam tidak terlampu padat yang mengakibatkan pertumbuhannya kurang pesat.
Ukuran benih/anak lele dibawah 2-3 jangan dipelihara karena kalaupun dipelihara pertumbuhannya akan sangat lambat sehingga menghabiskan biaya produksi. Agar benih/anak lele tersebut tidak mubazir maka dapat dimanfaat sebagai pakan bagi benih/anak lele yang lebih besar karena sifat dari ikan lele yang kanibal. Sedangkan benih/anak lele ukuran 3-5 dan 4-6 dapat dipelihara sampai ukuran daging/konsumsi atau  dijual, karena banyak  pembudidaya yang membeli benih/anak lele ukuran 3-5 dipelihara selama 3 minggu sampai berukuran 6-8 kemudian dijual kembali kepada pembudidaya lainnya yang membutuhkan benih/anak lele ukuran tersebut.

16.  CAMPURAN PELET DAN CRUMBLE 2:1
Setelah tahapan penyortiran selesai dan benih/anak lele telah dimasukan kembali kedalam masing-masing kolam, pada sore hari sekitar jam 4 beri pakan seperti pada hari ke 21 sampai dengan hari ke 25 namun porsinya adalah 2 bagian pakan pellet FF.999 atau PF.1.000 dan 1 bagian pakan bubuk (Crumble) selama 3 hari.
  1. PAKAN TANPA CAMPURAN
Pada hari ke 29 sampai dengan hari ke 35 bibit/anak lele cukup diberi pakan FF.999 atau PF.1.000 dan tidak perlu dicampur lagi.
18.  SORTIR KE. 2
Hari ke 36 lakukan penyortiran ke 2, adapun tata cara penyortiran sama seperti penyortiran ke. 1 hanya baskom sortir yang berbeda, pada penyortiran ke 2 baskom sortir yang harus disediakan adalah ukuran 5-7,  6-8 dan 8-10cm karena akan banyak benih/anak lele ukuran 8-10 cm bahkan ada yang berukuran 15 cm. Setelah itu beri pakan ukuran Turbo Feed T.79-2 atau 781-2 sampai dengan hari ke 50. Jangan memisahkan benih/anak lele yang berukuran lebih besar dari pada yang lain (bongsor) untuk dijadikan calon indukan, karena syarat-syarat benih/anak lele yang dapat dijadikan indukan banyak klasifikasinya. Umumnya pembudidaya lele selalu memisahkan benih/anak lele yang “bongsor” untuk dijadikan induk, hal tersebut adalah salah besar, sehingga ketika induk tersebut memijah telur yang dihasilkan atau menetas tidak maksimal baik dalam jumlah maupun ukurannya. Demikian yang terjadi pada saat ini di kebanyakan tempat pembudidaya dan hal tersebut terjadi dikarenakan tidak berkualitas atau tidak memenuhi syarat-syarat bahan lele indukan, sehingga kwalitas dan kwantitasnya terus menurun.
Sampai dengan tahapan ini, pembudidaya sudah dapat dikatakan selesai apabila usaha yang dilakukan adalah penjualan benih/anak lele saja. Bagi pembaca/pembudidaya yang ingin memelihara benih/anak lele untuk ukuran pedaging/lele konsumsi dan dijual pada ukuran 1 kg 6-10 ekor, dapat mengikuti tahapan berikut dibawah ini. Apabila pembaca/pembudidaya yang mempunyai niat usaha pembesaran saja atau usaha lele pedaging/konsumsi, dapat memulai dari tahapan berikut, dan memulai usaha dari membeli benih lele ukuran 9-12.
19.  SORTIR KE. 3
Hari ke 51 lakukan penyortiran ke 3, adapun tata cara penyortiran sama seperti penyortiran ke. 2 namun baskom sortir yang harus dipersiapkan adalah ukuran 7-9 dan 9-12. Apabila ada benih/anak lele yang berukuran lebih kecil dari 7-9, sebaiknya jangan dilanjutkan untuk dipelihara karena pertumbuhannya sudah tentu akan lambat sehingga hanya menambah beban biaya produksi.
Setelah disortir benih/anak lele dimasukan ke kolam kembali untuk dilanjutkan pemeliharaannya kearah panen lele konsumsi.  Isi air kolam dengan tinggi air 40 cm dan jangan ditambah airnya selama 20 hari terkecuali surut karena penguapan. Benih yang ditanam untuk dipelihara kearah lele konsumsi sebaiknya berukuran 9-12, karena lebih cepat panen sehingga tidak terlalu lama memeliharanya dan maksimal 45 hari sudah bisa panen lele konsumsi ukuran 7 s/d 10 ekor/kg.
20. SORTIR KE. 4
Hari ke 75 lakukan peyortiran ke 4 atau terakhir, adapun tata cara peyortiran tidak sama seperti penyortiran sebelumnya karena ukuran ikan lele yang sudah mulai besar.Sarana yang harus dipersiapkan untuk sortir ke 4 yaitu, plastik terpal ukuran lebar 1 meter panjang 2 meter, papan atau balok 3 buah dengan panjang masing-masing 1 meter dan papan atau balok 2 buah dengan panjang masing-masing 2 meter, drum plastic 3 buah, slang air diameter 2 in, serokan khusus sortir lele konsumsi, bak plastic dan ember. Setelah semua peralatan tersedia, langkah selanjutnya adalah, surutkan air kolam dengan menggunakan selang hingga sisa ketinggian air didalam kolam 5 cm. Sambil menunggu air didalam kolam surut, atur/buat balok menjadi satu rangkaian dengan 2 ukuran segi empat, kemudian pasang terpal untuk meyimpan ikan lele yang telah diserok dari kolam.
Setelah air kolam surut, tangkap ikan dengan menggunakan serokan lalu simpan kedalam bak plasik, setelah bak plastic terisi ikan lele lalu tuangkan ikan tersebut ke atas rangkaian papan/balok yang telah dilapisi terpal untuk disortir (pisahkan) sesuai dengan ukuran besarnya lalu simpan kedalam drum plastic.
Setelah seluruh ikan didalam kolam ditangkap dan tidak ada yang tersisa, isi kembali kolam terbut sampai ketinggian air mencapai 40 cm, 5 s/d 10 cm merupakan air lama (sudah berwarna hijau), lalu masukan ikan sesuai dengan ukuran yang seragam ke masing-masing kolam.
Dengan telah selesainya tahapan ini maka sudah dapat diketahui kolam dan ikan yang mana yang akan dipanen terlebih dahulu karena telah diketahui besar  ukuran ikan masing-masing kolam.
21.  PANEN LELE KONSUMSI
Hari ke 95 adalah hari pertama panen lele konsumsi.
Tata cara panen lele konsumsi sama seperti tahapan sortir ke 4 namun pada tahapan ini bukan untuk memisahkan ukuran lele akan tetapi untuk langsung ditimbang hasilnya.
      22. PEMELIHARAAN INDUK
Pemeliharaan induk atau  perawatan induk amatlah penting, karena dengan induk yang sehat akan meningkatkan kwalitas maupun kwantitas dari benih lele yang dihasilkan. Agar induk lele sehat dan selalu siap memijah sesuai jadwal dari kebiasaannya di alam liar/alam aslinya, Penulis memberikan tip dan trik kepada pembudidaya ikan lele yang sangat mudah dan sederhana namun hasilnya maksimal yaitu :
a.   Usahakan dasar kolam baik itu kolam tembok maupun kolam terpal tempat menyimpan induk lele, diberi tanah yang gembur setinggi 5-10 cm dari dasar kolam. Disarankan kolam tempat menyimpan induk lele adalah  kolam tanah berukuran minimal 4 meter x 4 meter dan diisi sebanyak 8 pasang induk jantan dan betina.
b.   Tinggi kolam antara 100-120 cm dan ketinggian air antara 50-60 cm. Tidak perlu sirkulasi keluar masuk air, cukup disiapkan saluran pembuangan dan saluran pengisian air ke kolam bila saat nya diperlukan. Beri pakan tambahan selain pakan  pelet yang biasa diberikan, berupa keong mas dengan cara dicungkil/dikeluarkan daging nya atau dipecahkan cangkangnya dan daun pohon pepaya kering dari pohon pepaya yang tidak menghasilkan buah (pohon pepaya yang hanya berbunga saja). Daun pohon papaya kering yang dimakan oleh induk lele betina, selain induk lele sehat dan membuat subur dalam produktifitas telur namun dapat juga memberikan kekebalan terhadap penyakit dari anak/benih lele yang dihasilkan. Pemberian daun pepaya kering dari pohon pepaya yang tidak berbuah kami menyarankan wajib untuk dilakukan 1 minggu 1 kali sebanyak 2 -3 lembar, karena hal ini terbukti ampuh dapat membuat benih/lele kebal terhadap penyakit.

http://www.facebook.com/groups/kliniktani/doc/314489341916787/

ULAT MERUPAKAN MOMOK PADA JABON


Jabon yang berada di tempat terbuka dan monokultur relatif lebih rentan terhadap serangan ulat, namun tetap akan bisa pulih kembali setelah beberapa waktu
Ulat bisa dianggap sebagai hama atau bukan bagi jabon tergantung cara pandang dan perlakuan kita terhadap pohon

Hingga sekarang ini, Jabon memang relatif tahan terhadap penyakit. Seperti pada umumnya, tanaman spesies (bukan hasil rekayasa “pemuliaan”) memang lebih adaptif terhadap lingkungan. Tanaman yang mudah terkena penyakit secara massal biasanya merupakan hasil rekayasa. Namun tidak pada jabon.
Hanya saja soal hama, jabon memang mempunyai “musuh” yang selama ini cukup dianggap mengganggu, yakni ulat. Mulai dari ulat yang kecil sampai yang besar, setidaknya minimal ada 4 jenis ulat yang gemar melahap daun jabon, yang tadinya lebar-lebar kalau dimakan bisa habis.
Agak berbeda dengan umumnya, kami berpendapat dalam batas-batas tertentu ulat ini bukanlah hama. Jika didefinisikan hama sebagai hewan yang mengganggu tumbuhan dan sebagai pembudidaya tanaman kita tidak mengharapkannya, tinggal mengubah jalan berpikir kita sedikit   ulat-sekali lagi, dalam batas-batas tertentu-bukanlah hama, melainkan kawan.
Kok, bisa? Begini, berdasarkan pengalaman kami mensurvei jabon, hampir semua pohon dewasa, daunnya pasti dimakan ulat. Bedanya, daun itu dimakan banyak atau sedikit. Artinya, ulat ini adalah bagian dari mekanisme keseimbangan alam jabon, karena toh dimakan ulat jabon tersebut tetap hidup dan tumbuh dengan baik.
Kedua, setelah dimakan habis daunnya, asalkan masih hidup, daun jabon akan tumbuh secara serentak dan lebih lebat. Ini artinya, ada mekanisme pertahanan yang sudah dikembangkan dari generasi ke generasi.
Inti Manajemen Hama: Penyeimbangan Mekanisme Ekologis
Sebagai pembudidaya, kita memang ingin selalu untung. Maka tidak heran kita sering dilanda kepanikan yang luar biasa jika ada serangan ulat terhadap jabon kita. Namun kepanikan ini jangan sampai membuat kita gegabah mengambil langkah. Salah-salah tindakan kita akan menjadi awal pemborosan biaya.
Meskipun merupakan bagian mekanisme keseimbangan alamnya, kita harus tetap mengelola keberadaan ulat di jabon ini. Tindakan eradikasi, yakni dengan cara memusnahkan semua ulat yang ada di lahan bukanlah tindakan bijaksana. Side eksesnya sangat besar, karena dimana ada habitat ulat biasanya akan mengundang datangnya banyak jenis burung. Keberadaan pestisida yang berlebih di pohon jabon yang memang tumbuh tinggi sangat mengancam habitat burung ini. Anda tahu, burung adalah kawan kita untuk mengurangi hama ulat dan sejenisnya ini. Dalam jangka panjang, semakin menipisnya burung di habitat tersebut tentu akan merugikan kita.
Lalu tindakan arif seperti apakah yang harus kita lakukan? Beberapa tips yang bisa kita lakukan dalam manajemen hama ulat di jabon ini sebagai berikut:
-          Nutrisi tanah yang melimpah sejak penanaman
Ulat tidak selalu menjadi sebab, namun seringkali keberadaan hama dan penyakit di sebuah kebun yang berlebihan merupakan sebuah akibat itu sendiri. Cara mengelola tanah dan cara menanam kita yang “asal”, tidak memperhatikan aspek-aspek ekologis tentu akan sangat berpengaruh secara ekologis. Cepat atau lambat.
Tanaman yang ditaman dengan pengolahan tanah yang hanya mengandalkan bahan kimia mempunyai daya tahan yang lebih rendah jika dibandingkan dengan tanaman yang tumbuh di tanah yang kaya bahan organik dan biologis.
Memberi bahan kimia berlebihan pada tanah memang menyuburkan dalam tempo yang sangat cepat bagi tanaman. “Pupuk  kimia memang makanan buat tanaman, tapi bukan makanan buat tanah,” pendapat Romo Utomo, seorang pasto penganjur pertanian organik pada kami beberapa tahun lalu. Tanah yang diberi bahan organik akan lebih mempunyai kehidupan. “Tanah yang hidup akan bisa memberikan kehidupan yang lebih.”
Berdasarkan pengalaman lapangan, jabon yang tumbuh di lahan dengan bahan organik yang melimpah dan juga tentu bahan biologis seperti berbagai makhluk hidup mikroskopik di tanahnya, lebih mempunyai daya tahan terhadap ulat. Meskipun daunnya dimakan ulat, dia akan cepat memulihkan diri, daun tidak akan hilang semua. Daun lama masih ada dan diikuti dengan kemunculan daun baru secara terus menerus.
Jabon yang kurang subur, jika terkena ulat tentu akan semakin menyulitkan hidupnya. Ibaratnya, bertahan hidup saja susah ditambah lagi dengan beban serangan ulat.
-          Pembiaran daun jabon, hindari peranggasan
Anjuran menyesatkan yang masih banyak dilakukan oleh masyarakat adalah pemotongan cabang, atau peranggasan secara sengaja. Pada awal dulu, anjuran ini tidak hanya datang dari kalangan pembudidaya namun juga dari para ilmuan bidang kehutanan. Kami masih ingat betul anjuran ini datang dari banyak pihak. Tapi, berdasarkan pengalaman kami dan beberapa rekan kami, peranggasan ini tidak lebih bermanfaat dibandingkan dengan membiarkannya utuh.
Ketersediaan daun yang melimpah membantu menyediakan makanan bagi ulat dan hama lain yang menyukai daun ini. Semakin banyak cabang berarti semakin banyak daun yang masih tersedia. Jika ada ulat yang makan, makan akan ada yang tersisa, tidak cepat rusak semua. Membahayakan, jika daun terlalu sedikit dan ulat makan daun hingga ke ujung tunas primer.
Membiarkan cabang-cabang ini juga membantu memperbesar volume diameter batang primer. Daun berfungsi sebagai dapur makanan jabon, sehingga semakin banyak daun semakin banyak makanan yang bisa disalurkan ke seluruh batang.
Sifat Jabon yang mampu melakukan proses absisi, atau lebih dikenal dengan Self Pruning, yakni meranggaskan cabangnya sendiri secara alami dan batang utama tetap lurus dalam kondisi soliter, merupakan sinyal bagi kita untuk membiarkan cabang-cabang ini tetap tumbu sampai alami hingga saatnya rontok sendiri.
-          Hindari monokultur, Multikultur lebih ideal
Coba pelajari teori pertanian di dunia ini, seluruh bangsa dan dari zaman ke zaman, maka tidak akan pernah ditemukan bahwa monokultur lebih baik dibandingkan tumpangsari/Polykultur.
Keseimbangan ekologis yang berarti adalah merupakan modal keamanan tumbuh bagi makhluk hidup, terbentuk jika dan hanya jika ada ko-eksistensi, kemampuan hidup bersama, makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup yang lain.
Hukum dasarnya, semakin variatif makhluk hidup di sebuah habitat semakin seimbang dan semakin aman. Coba perhatikan jabon yang tumbuh di kawasan dekat hutan, kemungkinan terkena serangan ulat secara massal lebih kecil dibandingkan dengan jabon yang tumbuh di kawasan sawah. Jabon yang ditumpangsari dengan pohon lain pun relatif lebih aman dari serangan ulat dibandingkan dengan yang monokultur. Kodrat alam memang mengharuskan terjadi proses interaksi yang saling mempengaruhi antara makhluk hidup satu dengan lainnya.
Syukur, jika kita bisa mengelola kebun jabon yang dikombinasikan dengan peternakan. Kotoran padat dan cairnya akan menjadi sumber nutirisi yang berlimpah secara terus menerus, lahan menjadi gembur karena kaya akan bahan organik dan makhluk biologis mikroskopik, rumputpun bisa selalu diregenerasi oleh ternak. Kelihatannya sepele memang, tapi alam tidak pernah menyepelekan posisi sebuah makhluk hidup dalam siklusnya.
-          Tanaman pestisida nabati
Ada banyak tumbuhan yang secara alami membawa sifat sebagai bio-pestisida. Bahkan sebelum diramu sekalipun, keberadaan beberapa tanaman sudah merupakan “kontrol” bagi makhluk hidup lain.
Coba perhatikan mahoni, daunnya rimbun tidak disukai ulat. Begitu juga dengan mimba yang sangat pahit, kodratnya mampu menjadi berbagai macam obat bagi makhluk hidup lain. Termasuk mampu mencegah serangan beberapa jenis hama.
Dalam khasanah dunia pertanian organik yang pernah kami tekuni, pohon-pohon tersebut menjadi plasma nutfaf yang bisa digunakan sebagai bio-pestisida yang ampuh untuk beberapa jenis ulat.
Pada perkebunan jabon, beberapa pohon juga sangat membantu meminimalkan serangan ulat. Ada banyak jenis pohon lain yang mampu berperan sama, anda tinggal menggalinya sesuai dengan potensi lokal masing-masing.
-          Pembiaran musuh alami
Satu hal, ketika kita berniat mengebunkan jabon, berniatlah juga sebagai ibadah untuk menyediakan makan bagi berbagai macam jenis burung pemakan serangga. Keberadaan ulat di kebun jabon justru akan menjadi salah satu mata rantai makanan bagi berbagai macam jenis burung tersebut. Niat anda pasti akan dipahami alami ini, dan pada gilirannya alam berkonspirasi untuk mensukseskan investasi hijau anda.
Jangan pernah berpikir untuk membasmi hama dengan pestisida pemusnah massal secara membabi buta, bukan hanya ulat saja yang hilang, melainkan beberapa jenis burung dan makhluk hidup lain. Cara ini tidak menjadikan kebun jabon kita lebih aman, namun lebih membuka peluang bahaya lebih besar di depan.
Bagi kami, berkebun adalah memahami alam, dan kita adalah bagian dari alam itu sendiri yang harus mampu bersinergi. Menyakiti alam akan mendapatkan balasan yang sejajar. Kami percaya, memberkati alam maka alam akan memberkati kita.

Sumber:http://indoagrow.wordpress.com/2011/07/20/ulat-pada-jabon-momok/

Terobosan baru Teknologi Mesin Panen Padi Mini

Seiring dengan perkembangan teknologi, kini telah lahir mesin panen padi mini yang sangat cocok untuk dimiliki petani mandiri, sehingga pada saat panen padi petani bisa mengurangi biaya panen yang tinggi, dengan terciptanya mesin panen padi mini diharapkan masyarakat petani dapat lebih sejahtera.
Image
Mesin Panen Padi (Mini Combine Harvester) Futata terbaru dengan seri HH-5E untuk petani padi. Mesin ini memiliki dua fungsi yaitu sebagai mesin panen padi dan alat pengolah tanah (bajak). Mesin ini mampu memanen 1 hektar sawah dalam waktu 6-8 jam dengan hasil berupa gabah (GKP) yang langsung masuk kedalam karung. Di bandingkan dengan mesin pemanen yang sudah beredar di pasaran, mesin ini lebih banyak dicari oleh para petani, selain dapat berjalan pada sawah yang berair, mesin ini lebih tangguh jika berjalan pada tanah yang berlumpur, beratnya yang sangat ringan memungkinkan mesin ini untuk bermanufer dengan cepat pada segala medan, pengoperasiannya yang sederhana sehingga siapapun bisa untuk menjalankan mesin ini, sangat cocok pada lahan yang luas, sempit, miring, maupun pada lahan yang tak berbentuk. Berbeda dari generasi sebelumnya, kini mesin Futata HH-5E dilengkapi dengan double starterradiator danaccu. Futata HH5-E selain menggunakan ban karet juga menggunakan roda crawler karet untuk memperudah pengoperasian di lahan sawah.Adapun spesifikasi mesin ini adalah sebagai berikut :
Spesifikasi :
Mesin                     : Diesel engine 12.8 PK
Pendingin               : Radiator
Tangki                    : 6 liter
Bahan Bakar          : 0,9 liter/jam
Transmisi               : 3 kecepatan maju, 1 kecepatan mundur
Kapasitas              : 6 – 8 jam/hektar
Berat Mesin           : + 700 kg

Dimensi :
Panjang                 : 3650 mm
Lebar                     : 1605 mm
Tinggi                    : 1620 mm

Sumber: http://mitrapolimandiri.wordpress.com/2013/12/24/mesin-panen-padi-futata-hh-5e/

KENALI PENYAKIT PATAH LEHER (Pyricularia oryzae) PADA TANAMAN PADI

TANAMAN PADI MERUPAKAN TANAMAN YANG MENGHASILKAN BERAS DAN MERUPAKAN BAHAN PANGAN POKOK BAGI MASYARAKAT LUAS, DAN SEIRING AKAN KEBUTUHAN POKOK YANG SEMAKIN MENINGKAT MAKA KITA SANGAT PERLU MENGETAHUI LEBIH BANYAK TENTANG HAMA PENGGANGGU DAN CARA PENANGGULANGANNYA. BERIKUT INI MERUPAKAN SALAH SATU HAMA PENGGANGGU PADA TANAMAN PADI DAN PENANGGULANGANNYA.


Image
PENYEBAB :
Penyakit Patah Leher (Neck Root) merupakan penyakit yang disebabkan oleh meluasnya serangan jamur Pyricularia oryzae (P. grisea). Jamur ini menyerang tanaman padi pada masa vegetatif menimbulkan gejala Blas Daun (leaf blast) dengan ditandai adanya bintik-bintik kecil pada daun berwarna ungu kekuningan. Semakin lama bercak menjadi besar, berbentuk seperti belah ketupat dengan bagian tengahnya berupa titik berwarna putih atau kelabu dengan bagian tepi kecoklatan. Serangan pada fase generatif menyebabkan pangkal malai membusuk, berwarna kehitaman dan mudah patah (busuk leher/patah leher). Apabila serangan jamur Pyricularia oryzae terjadi sebelum pengisian biji mengakibatkan bulir gabah hampa/tidak berisi dan apabila serangan terjadi pada saat setelah pengisian biji mengakibatkan kualitas biji rendah dan pengisian bulir tidak sempurna. Selain menyerang bagian malai dan daun, jamur ini dapat menyerang batang sehingga batang padi menjadi busuk dan rebah.
 
FAKTOR-FAKTOR YANG  MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN :
Padi merupakan inang utama sebagai tempat berkembangnya jamur Pyricularia oryzae sehingga apabila tanaman padi tumbuh serempak di suatu hamparan dan sudah pernah ada gejala serangan sebelumnya maka besar kemungkinan blas ini akan segera menyebar apabila didukung oleh kelembapan dan suhu optimum yaitu antara 24º C – 28º C.
Pyricularia oryzae  menyerap  nutrisi tanaman padi untuk memperbanyak diri dan mempertahankan hidup. Bila menyerang pada daun muda, menyebabkan proses pertumbuhan tidak normal, beberapa daun menjadi kering dan mati.  Blas pada daun banyak menyebabkan kerusakan antara fase pertumbuhan hingga fase anakan maksimum. Infeksi pada daun setelah fase anakan maksimum biasanya tidak menyebabkan kehilangan hasil yang terlalu besar, namun infeksi pada awal pertumbuhan sering menyebabkan puso terutama varietas yang rentan. Penggunaan fungisida pada fase vegetatif sangat dianjurkan apabila guna menekan tingkat intensitas serangan blas daun dan juga dapat mengurangi infeksi pada tangkai malai (blas leher).
Pemupukan unsur Nitrogen dimusim penghujan yang tinggi juga akan memicu pertumbuhan Pyricularia oryzae. Pemupukan nitrogen yang tinggi menyebabkan ketersediaan nutrisi yang ideal dan lemahnya jaringan daun, sehingga spora blas pada awal pertumbuhan dapat menginfeksi optimal dan menyebabkan kerusakan serius pada tanaman padi.
Penanaman padi terutama pada musim tanam rendengan/hujan haruslah ekstra hati-hati. Dengan curah hujan yang tinggi serta adanya faktor angin memicu perkembangan blas dapat meluas dengan cepat. Pengelolaan jarak tanam yang terlalu rapat juga akan mempengaruhi kecepatan perluasan penyakit ini.
Penyebaran penyakit bisa melalui benih, angin sisa tanaman padi dilapangan dan inang lainnya terutaman tanaman dari golongan graminae/ rerumputan.

Pengendalian yang dianjurkan :
  1. Lakukan proses fermentasi pada sisa jerami setelah panen dengan Decom Plus untuk membunuh miselia Blas sehingga tidak berpotensi untuk berkembang dan sebagai pupuk organik untuk menjaga kesuburan tanah.
  2. Pemupukan yang seimbang dan penggunaan urea yang tidak berlebihan.
  3. Penggunaan Pupuk Organik Bionic Plus dalam budidaya sangat dianjurkan karena dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia, meningkatkan kesuburan tanah, menyehatkan tanaman dan meningkatkan kualitas serta kuantitas hasil panen secara bertahap.
  4. Perhatikan jarak tanam yang digunakan jangan sampai terlalu rapat, karena dapat mengakibatkan kelembaban yang tinggi di sekitar tanaman.
  5. Gunakan sistem tanam jajar legowo dalam budidaya padi.
  6. Kebersihan lahan harus dijaga terutama dari sisa tanaman dan inang yang sakit.
  7. Gunakan benih yang bebas penyakit.
  8. Gunakan fungisida nabati Bio INTas untuk mencegah dan mengendalikan penyakit blas dan patah leher.  
Sumber:http://mitrapolimandiri.wordpress.com/2013/04/12/penyakit-tanaman-padi-patah-leher-pyricularia-oryzae/

BUDIDAYA DAUN SINGKONG YANG MENGUNTUNGKAN


Daun singkong atau disebut Daun ubi ternyata lebih menguntungkan dikembangkan daripada mengharapkan umbi atau ubinya. Pasalnya, Daun singkong yang merupakan salah satu sayuran yang paling banyak digemari masyarakat lebih cepat dipanen dan dapat berulang kali dilakukan.
"Pasarannya sudah jelas, selain rumah makan ibu rumah tangga juga banyak yang suka mengonsumsi daun ubi," kata Ramlah AR warga Dusun III Desa Klambir yang kini mengembangkan tanaman daun singkong kepada MedanBisnis, Jumat (28/2).

Saat ini Ramlah menanam singkong spesial diambil daunnya di atas lahan seluas 1.600 meter persegi. "Daun singkong bisa di panen secara berkesinambungan selama 20 hari sekali selama 5 hingga 6 tahun. Sedangkan kalau kita panen ubi hanya bisa dilakukan sekali dalam setahun," jelasnya.

Ibu lima anak itu menyebutkan, mengembangkan tanaman daun singkong relatif mudah dan murah. Dari lahan seluas 1.600 meter persegi dia menananam 4. 000 stek batang singkong. Harga bibit per batang dibelinya Rp 1.000 dan dapat dipotong menjadi 10 bagian dengan ukuran masing-masing 15 cm. Dari 4.000 batang tersebut, Ramlah bisa berpenghasilan Rp 100 ribu perhari dengan harga jual daun singkong antara Rp 500 hingga Rp 800 per ikat.

"Agar daun tumbuh subur, hijau dan lembut, tanaman harus tetap diberi pupuk. Pemupukan dilakukan setahun setelah tanam dan pada usia tananam dua tahun dilakukan pemangkasan guna meremajakan pohon agar tunas muda kembali tumbuh," terangnya.

Aning, warga Desa Klambir Lima Kampung yang juga menekuni penanaman daun singkong mengaku lebih untung menanam singkong yang khusus dipetik daunnya. "Saya sudah 30 tahun menanam singkong yang hanya diambil daunnya sebagai usaha. Dan, Alhamdulillah dari menjual daun singkong itu saya bisa menyekolahkan tiga anak yang kini duduk di bangku SMP dan SMA," ujarnya.

Aning memiliki lahan seluas 3.200 meter persegi yang keseluruhan ditanam singkong daun. Hasil panen dijual langsung ke Pasar Palapa Pulo Brayan, Medan Barat. "Saat ini rata-rata pemetikan sebanyak 400 ikat per hari," katanya.

Setiap sore Aming dibantu istrinya memetik daun daun singkong di kebunnya, kemudian diikati dengan tali pisang. Selain ditolak ke pasar, ada juga beberapa pemilik rumah makan setiap pekan datang langsung ke kebun. Pantauan MedanBisnis di sejumlah pasar di kota Medan, harga eceran daun singkong per ikat kecil saat ini mencapai Rp 1.500. Sedangkan pedagang eceran membeli dalam satu ikat besar berisi 5 ikat kecil Rp 3.500.  (chairul anwar)   Sumber:http://medanbisnisdaily.com/news/read/2014/03/01/81962/daun_singkong_lebih_untung_dikembangkan/#.U43wL8qXqcI
 

Bercocok Tanam Ubi Kayu

Ubi kayu/singkong /ketela pohon merupakan salah satu tanaman pangan dan menjadi pangan pokok bagi beberapa daerah indonesia. Tanaman Ubi kayu merupakan tanaman yang sangat mudah tumbuh dan berkembang dan sangat mudah untuk di budidayakan serta mempunyai nilai ekonomi yang menjanjikan untuk dibudidayakan.Hal-hal dibawah ini perlu untuk di ketahui sebelum kita bercocok tanam ubi kayu.

A.     SYARAT TUMBUH
Iklim
  1. Curah hujan yang sesuai untuk tanaman ketela pohon / singkong antara 1.000 – 2.500 mm / tahun.
  2. Suhu udara minimal bagi tumbuhnya ketela pohon/singkong sekitar 10 derajat C.
  3. Bila suhunya dibawah 10 derajat C menyebabkan pertumbuhan tanaman sedikit terhambat, menjadi kerdil karena pertumbuhan bunga yang kurang sempurna.
  4. Kelembaban udara optimal untuk tanaman ketela pohon/singkong antara 60 – 65%.
  5. Sinar matahari yang dibutuhkan bagi tanaman ketela pohon / singkong sekitar 10 jam /hari terutama untuk kesuburan daun dan perkembangan umbinya.

Media Tanam
  1. Tanah yang paling sesuai untuk ketela pohon / singkong adalah tanah yang berstruktur remah, gembur, tidak terlalu liat dan tidak terlalu poros serta kaya bahan organik. Tanah dengan struktur remah mempunyai tata udara yang baik, unsur hara lebih mudah tersedia dan mudah diolah.
  2. Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman ketela pohon / singkong adalah jenis alluvial latosol, podsolik merah kuning, mediteran, grumosol dan andosol.
  3. Derajat keasaman (pH) tanah yang sesuai untuk budidaya ketela pohon berkisar antara 4,5 – 8,0 dengan pH ideal 5,8. pada umumnya tanah di Indonesia ber pH rendah (asam), yaitu berkisar 4,0 – 5,5, sehingga seringkali dikatakan cukup netral bagi suburnya tanaman ketela pohon.

B.     PEDOMAN BUDIDAYA
Pembibitan
Persyaratan bibit, bibit yang baik untuk bertanam ketela pohon harus memenuhi syarat sebagai berikut :
  1. Ketela pohon berasal dari tanaman induk yang cukup tua (10-12 bulan).
  2. Ketela pohon harus dengan pertumbuhannya yang normal dan sehat serta seragam.
  3. Batang telah berkayu dan berdiameter ± 2,5 cm lurus.
  4. Belum tumbuh tunas-tunas baru.
Penyiapan Bibit
Penyiapan bibit ketela pohon meliputi hal-hal sebagai berikut :
  1. Bibit berupa stek batang
  2. Sebagai stek pilih batang bagian bawah sampai setengah
  3. Setelah stek terpilih kemudian diikat, masing-masing ikatan berjumlah antara 25 – 30 batang stek.
  4. Semua ikatan stek yang dibutuhkan, kemudian diangkut kelokasi penanaman.

Pengolahan Media Tanam
Persiapan, kegiatan yang perlu dilakukan sebelum pengolahan lahan adalah :
  1. Pengukuran pH tanah dilakukan dengan menggunakan kertas lakmus, pH meter dan atau  cairan pH tester.
  2. Penganalisaan jenis tanah pada contoh atau sempel tanah yang akan ditanami untuk mengetahui ketersediaan unsur hara, kandungan bahan organik.
  3. Penetapan jadwal / waktu tanam berkaitan erat dengan saat panen. Hal ini perlu diperhitungkan dengan asumsi waktu tanam bersamaan dengan tanaman lainnya (tumpang sari), sehingga sekaligus dapat memproduksi beberapa variasi tanaman sejenis.
  4. Luas areal penanaman disesuaikan dengan modal dan kebutuhan setiap petani ketela pohon. Pengaturan volume produksi penting juga diperhitungkan karena berkaitan erat dengan perkiraan harga saat panen dan pasar.

Pembukaan dan Pembersihan Lahan
Pembukaan lahan pada intinya merupakan pembersihan lahan dari segala macam gulma (tumbuhan pengganggu) dan akar-akar tanaman sebelumnya. Tujuan pembersihan lahan untuk memudahkan perakaran tanaman berkembang dan menghilangkan tumbuhan inang bagi hama dan penyakit yang mungkin ada.

Pembentukan Bedengan
Bedengan dibuat pada saat lahan sudah 70% dari tahap penyelesaian. Bedengan atau pelarikan dilakukan untuk memudahkan penanaman, sesuai dengan ukuran yang dikehendaki. Pembentukan bedengan ditujukan untuk memudahkan dalam pemeliharaan tanaman, seperti permbersihan tanaman liar maupun sehatnya pertumbuhan tanaman.

Pengapuran
Untuk menaikan pH tanah, terutama pada lahan yang bersifat sangat asam / tanah gambut, perlu dilakukan pengapuran. Jenis kapur yang digunakan adalah kapur kalsit/kaptan (CaCO3). Dosis yang biasa digunakan adalah 1 – 2,5 ton / hektar. Pengapuran diberikan pada waktu pembajakan atau pada saat pembentukan bedengan kasar bersamaan dengan pemberian pupuk kandang ( bila diperlukan).

Penentuan Pola Tanam
Pola tanaman harus memperhatikan musim dan curah hujan. Pada lahan tegalan/kering, waktu tanam yang paling baik adalah awal musim hujan atau setelah penanaman padi. Jarak tanam yang digunakan pada pola monokultur adalah 100 x 150 cm.

Cara Penanaman
Cara penanaman dilakukan dengan meruncingkan ujung bawah stek ketela pohon, kemudian tanamkan sedalam 5-10 cm atau kurang lebih sepertiga bagian stek tertimbun tanah. Bila tanahnya keras/berat dan berair/lembab, stek ditanam dangkal saja. Sebelum bibit ditanam disarankan agar bibit direndam terlebih dahulu dengan pupuk hayati BIONIC Plus yang telah dicampur dengan air selama 3-4 jam. Setelah itu baru dilakukan penanaman dilahan hal ini sangat bagus untuk pertumbuhan dari bibit.

Pemeliharaan Tanaman
Penyulaman
Untuk bibit yang mati/abnormal segera dilakukan penyulaman, yakni dengan cara mencabut dan diganti dengan bibit yang baru/cadangan. Bibit atau tanaman muda yang mati harus diganti atau disulam. Penyulaman dilakukan pada pagi hari atau sore hari, saat cuaca tidak terlalu panas.

Penyiangan
Penyiangan bertujuan untuk membuang semua jenis rumput/tanaman liar./ pengganggu (gulma) yang hidup disekitar tanaman. Dalam satu musim penanaman minimal dilakukan 2 kali penyiangan.

Pembubunan
Cara pembubunan dilakukan dengan menggemburkan tanah disekitar tanaman dan setelah dibuat seperti gundukan. Waktu pembubunan bersamaan dengan waktu penyiangan, hal ini dapat menghemat biaya. Apabila tanah sekitar tanaman ketela pohon terkikis karena hujan atau terkena air siraman sehingga perlu dilakukan pembubunan /ditutup dengan tanah agar akan tidak kelihatan.

Perempelan / Pemangkasan
Pada tanaman ketela pohon perlu dilakukan pemangkasan/pembuangan tunas karena minimal setiap pohon harus mempunyai cabang 2 atau 3, hal ini agar batang pohon tersebut bisa digunakan sebagai bibit lagi dimusim tanam mendatang.

Pemupukan
Sistem pemupukan menggunakan teknologi BIONIC Plus , dapat mengurangi kebutuhan pupuk kimia/anorganik sampai dengan 50%, adapun cara pemupukannya adalah sebagai berikut :
  1. Berikan pupuk kandang/kompos pada lahan yang akan ditanami bibit kebutuhan untuk 1 hektar sebanyak 5 ton atau 5.000 kg dan kemudian semprot dengan menggunakan Decom Plus 2 Liter dan BIONIC Plus 2 Liter.
  2. Setelah tanam berikan 2 liter BIONIC Plus per hektar pada titik-titik penanaman dengan campuran setiap 1 liter BIONIC Plus dicampur/dilarutkan dengan air max 100 liter atau 1 tutup botol (10 ml) dicampur/dilarutkan dengan air sebanyak 1 liter disemprotkan pada titik penanaman secara merata.
  3. 1 bulan setelah tanam berikan campuran pupuk NPK dengan dosis Urea : 40 kg, TSP/SP36 : 64 kg dan KCL : 40 kg pada lahan 1 hektar, pemupukan diberikan dengan cara ditugalkan pada jarak 15 cm dari tanaman dengan kedalaman 10 cm.
  4. Pemberian BIONIC Plus selanjutnya pada saat tanaman singkong berumur 1 bulan setelah tanam : 2 liter, umur 2 bulan setelah tanam : 2 liter, umur 4 bulan setelah tanam : 4 liter.
  5. Pemberian pupuk kimia selanjutnya adalah pada saat umur tanaman 60-90 hari berupa campuran pupuk N:P:K dengan dosis Urea : 60 kg, dan KCL : 60 kg. Pupuk kimia diberikan dengan cara ditugalkan pada jarak 15 cm dari tanaman dengan kedalaman 10 cm.

Pengairan dan Penyiraman
Kondisi lahan ketela pohon dari awal tanam sampai umur ± 4-5 bulan hendaknya selalu dalam keadaan lembab, tidak terlalu becek. Pada tanah yang kering perlu dilakukan penyiraman dan pengairan dari sumber air yang terdekat. Pengairan dilakukan pada saat musim kering dengan cara menyiram langsung akan tetapi cara ini dapat merusak tanah. System yang baik digunakan adalah system genangan sehingga air dapat sampai kedaerah perakaran secara resapan. Pengairan dengan system genangan dapat dilakukan dua minggu sekali dan untuk seterusnya diberikan berdasarkan kebutuhan.

Waktu Penyemprotan Pestisida / Insektisida
Jenis dan dosis pestisida disesuaikan dengan jenis penyakitnya. Penyemprotan pestisida paling baik dilakukan pada pagi hari setelah embun hilang atau pada sore hari. Dosis pestisida disesuaikan dengan serangan hama/penyakit, baca dengan baik penggunaan dosis pada label merk obat yang digunakan. Apabila hama dan penyakit menyerang dengan ganas maka dosis pestisida harus lebih akan tetapi penggunaannya harus hati-hati karena serangga yang menguntungkan dapat ikut mati.


C.    HAMA DAN PENYAKIT
Hama Uret
Ciri : Berada dalam akar dari tanamam.
Gejala : Tanaman mati pada usia muda, karena akar batang dan umbi rusak.
Pengendalian : Bersihkan sisa-sisa bahan organik pada saat tanam dan atau    mencampur sevin pada saat pengolahan tanah.

Hama Tungau Merah
Ciri : Menyerang pada permukaan bawah daun dengan menghisap cairan daun.
Gejala : Daun akan menjadi kering.
Pengendalian : Menanam varietas toleran dan menyemprotkan  air yang   banyak.
Penyakit Bercak Dau Bakteri
Ciri : Menyerang pada permukaan atas daun.
Gejala : Bercak-bercak bersudut pada daun lalu bergerak dan mengakibatkan pada daun kering dan akhirnya mati.
Pengendalian : Menanam varietas yang tahan, memotong atau memusnakan bagian tanaman yang sakit, melakukan pergiliran tananan dan   sanitasi kebun.

Penyakit Layu Bakteri
Ciri : Hidup di daun, akar dan batang.
Gejala : Daun yang mendadak jadi layu seperti tersiram air panas,   akar, batang dan umbi  langsung membusuk.
Pengendalian : Melakukan pergiliran tanaman, menanam varietas yang tahan seperti Andira 1, Andira 2 dan Muara, melakukan pencabutan   dan pemusnahan tanaman yang sakit berat.
Penyakit Bercak Daun Coklat
Ciri : Cendawan yang hidup di dalam daun.
Gejala : Daun bercak-bercak coklat, mengering, lubang-lubang bulat kecil dan Jaringan daun mati.
Pengendalian : Melakukan pelebaran jarak tanam,  penanaman varietas yang tahan, pemangkasan pada daun yang sakit serta melakukan sanitasi kebun.
Penyakit Bercak Daun Konsentris
Ciri : Cendawan yang hidup di dalam daun.
Gejala : Adanya bercak kecil dan titik-titik, terutama pada daun muda.
Pengendalian : Memperlebar jarak tanam, mengadakan sanitasi kebun dan memangkas bagian tanaman yang sakit.


D.   PANEN
Ketela pohon / singkong dapat dipanen pada saat pertumbuhan daun bawah mulai berkurang. Warna daun mulai menguning dan banyak rontok. Umur panen tanaman ketela pohon telah mencapai 10 – 12 bulan untuk varietas mekarmanik. Ketela pohon/singkong dipanen dengan cara mencabut batangnya dan umbi yang tertinggal diambil dengan cangkul atau garpu tanah. 

Sumber:http://mitrapolimandiri.wordpress.com/budidaya-tanaman/tanaman-pangan/budidaya-tanaman-ubi-kayu/