Jumat, 19 September 2014

Kelebihan Bebek Peking


Bebek Peking mempunyai ciri-ciri yang khas yaitu bulu dominan putih dan paruh yang berwarna kuning. Berbeda dengan bebek tegal yang diternakan untuk kebutuhan telur, bebek peking ini diternak untuk diambil dagingnya. Bebek peking atau itik peking merupakan salah satu jenis itik pedaging yang paling banyak di budidayakan di dunia. Itik jenis ini berasal dari negeri China.
Bebek Peking ini memiliki kelebihan yaitu pertumbuhannya yang cepat. Untuk mencapai berat 2 kg, DOD bebek Peking cukup membutuhkan waktu pemeliharaan hingga 45 hari. Ini jauh berbeda dengan bebek biasa atau lokal yang membutuhkan waktu pemeliharaan 2 – 3 bulan hanya untuk mencapai berat 1,3 kg. Dengan semakin singkatnya waktu pemeliharaan, maka biaya untuk pakan akan semakin bekurang.
Selain laju pertumbuhannya yang cepat, bebek peking ini dikenal sebagai salah satu unggas yang tahan penyakit. Bebek Peking jauh lebih tahan terhadap penyakit dibanding bebek lokal. Ini membuat pemeliharaan bebek Peking relatif jauh lebih mudah dan juga rendah resiko kematiannya.
Sumber:http://peternakanhajiwawi.com/bebek-peking-kelebihan-dan-ciri-cirinya/

Beternak Bebek Peking

Bebek peking atau biasa disebut dengan itik peking adalah unggas yang berasal dari Negeri China. Ciri-ciri bebek peking ini adalah bulunya yang putih dan bentuk tubuh yang besar, beda dengan bebek lokal Indonesia yang rata-rata berbulu coklat dan bertubuh kecil. Pertumbuhan bebek jenis ini sangat cepat sehingga sangat ideal diternakkan secara intensif dan bisa mendatangkan keuntungkan yang besar.
Sebelum terjun ke usaha Beternak bebek peking, pastikan tersedianya pangsa pasar yang besar dan berkesinambungan. Artinya permintaan bebek jenis ini banyak dan terus menerus, karena tidak semua restoran atau pengusaha kuliner memerlukan daging atau telur peking. Dan disebagian wilayah Pulau Jawa permintaannya jauh lebih kecil bila dibandingkan bebek lokal.
Langkah yang selanjutnya adalah menentukan orientasi hasil dari peternakan peking, karena ada beberapa macam tujuan orang memelihara bebek peking. Antara lain adalah untuk bebek pedaging, petelor dan bebek hias. Namun di Indonesia rata-rata hanya untuk pedaging dan petelor saja.
Anda sudah menentukan tipe peternakan apa yang akan Anda pilih? Petelur atau Pedaging? Itu adalah langkah awal yang harus disiapkan agar tujuan kita beternak lebih fokus dan terencana. Di artikel selanjutkan akan dibahas bagaimana cara beternak yang benar untuk bebek peking ini. Salam wong tani
Sumber:http://peternakanhajiwawi.com/cara-beternak-bebek-peking-yang-benar/

Beternak Kambing Modern

Dalam Beternak kambing modern, diperlukan beberapa teknik dan kejelian dari para peternak kambing untuk mendapatkan hasil maksimal pada produksi beternak kambing modren berkualitas. Selain faktor-faktor seperti cara pemilihan bibit kambing, cara membuat kandang, manajemen ternak dan banyak lagi faktor yang menentukan atas keberhasilan dalam beternak, pengadaan pakan kambing berkualitas sangat penting perannya dalam beternak kambing modren pada umumnya. Salah satu bentuk inovasi yang menentukan dan paling dominan berpengaruh pada keberhasilan beternak kambing modern adalah pengadaan pakan ternak dengan memanfaatkan limbah seperti jerami dan pohon pisang (debog). Proses pembuatannya yang sangat mudah membuat para peternak kambing tanpa perlu berpikir panjang untuk memilih jenis pakan organik dan ampuh pada pertumbuhan kambing budidayanya.
Pemanfaatan limbah sebagai pakan ternak kambing atau disebut pakan fermentasi yang memanfaatkan bakteri pada Starbio maupun EM4 yang digabungkan dengan limbah jerami, gedebog, rumput kering ataupun ampas kacang sebagai bahan makanan utama. Cara membuat pakan ternak kambing fermentasi (jerami, batang pohon pisang) sebenarnya cukup mudah. Cara pembuatan ini memang dibuat dengan sesederhana mungkin, namun hasilnya sangat luar biasa dan terbukti bisa menaikan berat badan kambing sekitar 2–4 kg selama waktu 10 hari. Cara fermentasi pada pakan ini banyak dimanfaatkan peternak sebagai pakan alternatif di musim kemarau, karena pada saat itu untuk mendapatkan bahan makanan utama terutama hijauan sangat sulit. Sehingga para peternak sudah mengantisipasinya dengan membuat pakan kambing fermentasi saat masih musim penghujan dimana bahan pokok untuk pakan masih melimpah. 


 Panduan Membuat Fermentasi Limbah Jerami Untuk Pakan Ternak Kambing
Pakan alternatif ternak, hasil fermentasi jerami dan debog

Kelebihan pakan ternak fermentasi:

1. Memperbaiki sistem pencernaan kambing.
2. Meningkatkan produksi susu kambing (terutama pada susu kambing etawa)
3. Bobot ternak cepat bertambah secara alami, gemuk, dan sehat.
4. Meningkatkan nafsu makan kambing
5. Daging kambing lebih berisi serta rendah kolesterol.
6. Kambing ternak lebih kebal dan tahan terhadap penyakit.
7. Kotoran kambing tidak bau sehingga tidak mencemari udara lingkungan.
8. Kotoran dan urine kambing lebih sedikit dan bisa digunakan sebagai pupuk kandang/biogas alami.

Bahan dan tehnik pembuatan pakan fermentasi

1. Jerami/Pohon Pisang (debog, sebagai alternatif jerami) dipotong-potong/dicacah kecil-kecil. Lalu siapkan larutan dari gula dan parutan nanas dicampur dengan air untuk fermentasi basah (gedebog) 1 liter dan jumlah air untuk fermentasi kering (jerami) sebayak 10 liter.
2. Di sisi lain, campurkan bahan utama yaitu jerami/pohon pisang, Ampas tahu dan Katul ke dalam wadah yang besar.
3. Larutan yang berisi air, gula pasir dan parutan nanas 1 buah tadi aduk rata dan diamkan sejenak selama kurang lebih 15 menit. Kemudian masukan lagi larutan itu kedalam air ±10 liter lalu siramkan secara merata ke dalam campuran pakan dalam wadah besar, kemudian sebagai tambahan taburkan garam dan aduk lagi terus menerus hingga semuanya tercampur rata.
4. Masukan Pakan kedalam ember/drum plastik lalu tutup dengan terpal/plastik tujuannya agar kedap udara selama kurang lebih 1 hari jika menggunakan bahan jerami (Kering) dan jika menggunakan bahan batang pohon pisang/debog (Basah) cukup 1-3 jam.
5. Pakan fermentasi siap untuk diberikan pada ternak kambing atau sapi setiap pagi dan sore.
Demikianlah bahan dan tehnik pembuatan pakan fermentasi, bisa diterapkan untuk Beternak Kambing Modern, sapi, atau mamalia sejenis. Semoga bermanfaat bagi sahabat wong tani.

Beternak Kambing Sebagai Solusi Bisnis Yang Menjanjikan

Halo sobat Wong Tani, kami posting tentang beternak kambing, kami mencoba menyuguhkan artikel tentang mamalia, yaitu kambing. Apa yang ada di pikiran anda sekalian tentang beternak kambing ? Ya, anda pasti berpikir itu kotor dan jorok. Namun dapatkah anda berfikir bahwa keuntungan bisnis ternak kambing sangat menggiurkan ?. Ya, memang belum banyak yang tahu bahwa kambing dapat mendatangkan untung yang lumayan. Mungkin hanya orang - orang pedesaan yang menjadikan kambing sebagai satu-satunya penopang kebutuhan hidup. Terutama menjelang hari raya idul adha dimana harga kambing berlipat ganda. Orang - orang perkotaan banyak yang lebih memilih bisnis property atau tanah daripada bisnis Beternak kambing. Jangan hanya berpikir tentang kotor dan jorok pada kambing, kali ini kami akan mengubah pandangan anda bahwa be ternak kambing itu sangat prospek.

 usaha ternak kambing bisnis kambing images | ternak kenari, ternak kambing, ternak bebek, ternak lele, budidaya ikan lele, ikan hias, gambar ikan | Ternak Pintar
Usaha ternak kambing banyak diminati masyarakat pedesaan
Sekarang mari kita lihat potensi dan analisa usaha beternak kambing. Kebanyakan dari anda sudah pasti doyan makan sate kambing. Coba anda hitung penjual sate dan gulai kambing di daerah anda. Bisa dipastikan tiap - tiap gang di kota anda pasti berjejer penjual sate kambing. Belum lagi restoran - restoran dan hotel yang secara kontinyu menggunakan kanbing sebagai menu andalannya. Jadi bisa dipastikan bahwa kambing pun tidak pernah kehilangan pasarnya walau tidak dalam suasana hari raya qurban. Tinggal bagaimana kita beternak kambing sebaik mungkin sehingga kualitas kambing kita diakui oleh para penampung.

Kelebihan lain dari beternak kambing adalah kita tidak perlu menunggu lama untuk kambing memasuki usia dewasa. Selain mudah dalam memeliharanya, modal yang dibutuhkan juga tergolong kecil. Dalam 2 tahun seekor kambing betina dapat beranak hingga tiga kali. Bayangkan profit yang bisa kita dapatkan. Usaha ternak kambing banyak ditekuni masyarakat pedesaan karena kambing adalah hewan yang tahan banting. Mereka dapat beradaptasi dengan segala iklim. Pun tidak mudah terserang penyakit. Bandingkan dengan sapi yang sedikit - sedikit mudah terkena diare.

Untuk hari raya idul adha saja bisa dipastikan jutaan kambing laris diburu masyarakat. Pasar permintaan daging kambing juga masih terbuka lebar. Selain itu susu dan kotoran kambing juga dapat dipasarkan dalam bentuk susu kambing dan pupuk kandang. Bahkan banyak pula yang baru setahun menekuni usaha ternak kambing hasilnya sudah kentara. Seorang peternak besar bahkan berani berinvestasi sebesar 300 juta rupiah untuk membeli kambing unggulan. Diantaranya kambing etawa, boer dan kabing sanen. Tentunya tidak semua dipasarkan sebagai pedaging, hanya etawa jantan dan boer. Jenis etawa betina dan sanen dipasarkan dalam bentuk susu kambing. Selain itu kita juga dapat mencari untung dengan mengikutkan kambing pada kontes kambing, selain dapat mendongkrak nama kita dalam bisnis beternak kambing, harga kambing pun dapat terangkat dan diincar banyak orang.

Produksi kambing sangat singkat dan mudah. Dalam usia 8 bulan seekor kambing sudah dapat diperah susu nya dan diolah. Sedangkat untuk pedaging, usia satu tahun sudah dapat disembelih dan dipasarkan dagingnya. Rata - rata produksi susu kambing perah adalah 20 liter per ekor. Sedangkan daging masih harus menghitung umur kambing dahulu sebelum dipasarkan dagingnya. Seekor kambing etawa berusia 6 bulan lebih dengan tinggi 60cm dapat dijual dengan harga 1 juta rupiah. Pejantan super usia delapan bulan dapat dijual seharga 1,5 juta rupiah. Sedangkan etawa berusia diatas satu tahun dapat dipatok harga 2,5 juta rupiah. Puncaknya pada usia siap kawin, seekor kambing dengan tinggi 95 cm dapat menembus harga 5 juta rupiah per ekor. Menggiurkan bukan?.

Dengan perawatan yang baik dan pengawasan intensif dari dinas peternakan, kita dapat menjaga kualitas kambing kita. Jangan main - main dalam bisnis ternak kambing. Dalam hal pemberian pakan pun perlu kita jaga. Bukan sembarang daun dan tumbuhan bisa kita berikan. Kebanyakan para peternak kelas atas menggunakan daun mahoni dan ampas tahu sebagai pakan. Jika kita kesulitan kita bisa berkonsultasi dengan dinas peternakan setempat. Bila perlu kita panggil dokter hewan setiap bulan untuk mengecek kesehatan dan pertumbuhan kambing kita. Bisnis kambing memang gampang - gampang susah. Bagi pemula diperlukan ketelatenan dan kesabaran untuk dapat berhasil. Selain itu diperlukan juga hitung - hitungan yang matang sebelum menekuni bisnis ini. Dengan serius dalam ternak kambing, kita juga dapat berpartisipasi aktif dalam membentuk sentra peternakan kambing di tiap - tiap daerah dan nama kita akan semakin berkibar nantinya.

Demikian analisa Beternak kambing. Semoga dapat menginspirasi anda dalam berpikir matang mengenai bisnis kambing. Jangan buru - buru melihat keuntungan bisnis kambing yang kita dapat. Sesuaikan dengan modal dan lahan yang ada. Banyak-banyaklah bertanya dan konsultasi pada pakar yang lebih dahulu menekuni bisnis ini. Salam sukses ternak :)

Selasa, 03 Juni 2014

TIPS & TRIK BUDIDAYA LELE


Budidaya lele
  1. Usaha Pembenihan
  • Pastikan benih yang anda produksi ada pembelinya.
  • Pastikan indukan lele adalah jenis yang unggul dalam kwalitas maupun kwantitas dan akan memperoleh hasil yang maksimal apabila kita mengetahui bahwa indukan jantan adalah lebih tua usia nya minimal 1 minggu dari induk betina.
  • Jangan memijahkan indukan (jantan & betina) dari hasil indukan yang sama.
  • Kuasai tehnik pemijahan yang baik dan benar agar tidak gagal dalam memijah.
  • Kuasai tehnik pemeliharaan benih agar tidak gagal panen.
  • Kuasai tehnik perawatan indukan agar induk selalu siap memijah sesuai dengan kebiasaan dialam nya.
  • Pastikan  mudah memperoleh Cacing Sutera sebagai pakan awal benih, apabila mengalami kesulitan memperoleh cacing sutera dapat disiasati dengan menggunakan Fengli-0- yg diseduh dengan air hangat kemudian dibentuk bulat-bulat sebesar kelereng.
  • §  Jangan menjual benih yang pada sortir ke.1 berukuran dibawah 3-4 kepada pembudidaya pembesaran karena, benih ukuran tersebut akan sangat lambat pertumbuhannya sehingga membuat “kapok” untuk membeli benih  lagi kepada Anda. Agar tidak mubazir benih ukuran tersebut sebaiknya dijadikan pakan bagi ikan lele yang lebih besar (di-kanibal-kan) sehingga akan mengurangi biaya pakan. 

2. Usaha Pembesaran/Lele konsumsi
  • Pastikan Lele Konsumsi anda ada yang membeli/menampung hasil produksi.
  • Usaha pembesaran/lele Konsumsi sebaiknya dimulai dari lele ukuran 9-12  karena akan lebih cepat dipanen.
  • Ciri-ciri lele ukuran 9-12 yang cepat besar memiliki kepala dan perut yang besar sehingga terlihat buntet. Sedangkan ciri-ciri lele yang lambat pertumbuhannya akan terlihat ramping.
  • Disarankan segmen/usaha pembesaran memiliki indukan sendiri minimal 1 set (8jantan+8betina) agar dapat diketahui benih yg berkualitas (KW.1 & KW.2) yang dipelihara krn lebih cepat masa pertumbuhannya dan dapat dipanen dalam waktu 100-120 hari.
  • Cukup 1.000 s/d 3.000 (panen lele konsumsi 100 s/d 300 kg) ekor benih unggul yang dipelihara, sedangkan sisanya jadikan sebagai pakan tambahan untuk benih yang unggul (di-kanibal-kan).
  • Benih beri pakan yang murah harganya namun baik kwalitasnya, pakan tambahan seperti tumbuhan Azolla sangat diperlukan karena dapat membantu pertumbuhan benih, mengurangi biaya pakan dan meningkatkan keuntungan.
PANDUAN LENGKAP BUDIDAYA LELE
Sebelum melakukan usaha Budidaya Lele, perlu diperhatikan beberapa langkah/tindakan yang mungkin belum pernah dijelaskan oleh pengarang/penerbit buku maupun ditempat-tempat pelatihan Lele, dalam menunjang keberhasilan usaha budidaya lele, baik usaha skala kecil maupun skala besar.
Langkah/tindakan berikut ini adalah dimaksudkan selain keberhasilan secara maksimal namun dapat juga menekan biaya produksi yang cukup besar khususnya untuk usaha pembenihan.
Panduan yang dijelaskan dibawah ini adalah, uraian secara lengkap dengan kata lain dijelaskan dari A sampai Z atau urutan dari mulai persiapan awal, pemijahan, perawatan benih, perawatan induk, pemberian pakan, penyortiran sampai dengan panen benih/bibit ataupun panen lele pedaging/konsumsi. Selain itu disini dijelaskan pula secara singkat pengenalan beberapa jenis penyakit pada lele dan bagaimana cara penanganannya serta beberapa hewan dan tanaman yg menjadi penghambat bagi usaha budidaya lele.
Kami tidak menyarankan Pemijahan dengan cara lainnya selain pemijahan cara alami karena, pemijahan cara alami jauh lebih murah, mudah dan benih tidak terkontaminasi.
Adapun langkah-langkah tersebut sebagai berikut :
  1. PERSIAPAN KOLAM CACING SUTERA
Siapkan/buat lubang atau terpal untuk membuat Cacing Sutera berukuran panjang 5m, lebar 1m, tinggi 20cm. Untuk lubang yang langsung dibuat diatas tanah, batasi seluruh tepi nya dengan batako/bata merah dan dasarnya diberi “floor” semen pasir dengan maksud agar air tidak merembes kedalam tanah. Untuk lubang yang dilapisi terpal cukup dibuat serapih mungkin agar air tidak bocor. Setelah selesai pembuatan kolam cacing sutera, beri atap diatas nya sebagai penahan terik matahari. Kemudian siapkan pula saluran air masuk dan  keluar. Pembuatan kolam cacing sutera sangat diperlukan karena, dalam satu kali pemijahan diperlukan biaya tidak kurang dari Rp.300.000,- untuk membeli cacing sutera sebagai pakan awal benih/anak lele. Dengan tersedianya cacing sutera tersebut tentu dapat mengurangi biaya produksi.

  1. MEDIA CACING SUTERA
Siapkan kotoran kambing dan kotoran ayam petelur  masing-masing 5 karung untuk dimasukan kedalam lubang yang telah dibuat dan dicampur dengan Lumpur sebanyak 10 ember ukuran 20 liter yang diambil/diperoleh dari saluran air kotor  untuk membuat “Cacing Sutera”, kemudian aduk secara merata. Diamkan selama 2 hari lalu beri air yang mengalir secara terus menerus seukuran selang berdiameter 1 cm, dengan ketinggian air 2 cm dari permukaan kolam. Dalam kurun waktu 10 s/d 15 hari akan timbul cacing sutera yang pada waktunya akan sangat diperlukan sebagai makanan benih/anak Lele setelah berumur 6 sampai dengan 12 hari.
       3.   PRODUKSI KEONG MAS
Siapkan/buat kolam panjang 3 meter lebar 2 meter untuk memproduksi keong mas sebagai makanan tambahan bagi induk lele, dengan kedalaman kolam 1,5 meter dan diisi air setinggi 70 cm lalu masukan keong mas sebanyak 20 kg dan diberi pakan berupa daun talas, daun singkong (ketela batang), daun papaya, daun ubi (ketela rambat), daun dan batang pisang atau bangkai ikan. Jangan dipanen dahulu keong mas tersebut bila, belum terlihat 4 kali lipat banyak nya, biasanya akan sebanyak itu bila telah 1 bulan lamanya dipelihara.

  1. KOLAM PEMBENIHAN/PEMBESARAN
Siapkan/buat kolam untuk pembenihan ukuran panjang 4m, lebar 3 m dan tinggi 40 cm atau panjang 5 m, lebar 2 m dan tinggi 40cm, sedangkan kolam untuk pembesaran (konsumsi/pedaging) ukuran panjang dan lebar nya sama namun tinggi nya 1 m. Kolam dapat dibuat dengan cara sederhana misalnya, kolam terbuat dari terpal dan dinding nya  bambu/kayu. Apabila kolam terbuat dari tembok maka, seluruh permukaan kolam harus licin karena apabila permukaan kolam tidak licin, akan mengakibatkan luka pada perut ikan. Bagi yang telah memiliki kolam tembok sedangkan permukaan kolamnya tidak licin, dapat disiasati dengan cara, isi kolam tembok dengan tanah yang tidak keras dengan ketebalan tanah 5 cm. Adapun jumlah kolam tergantung pada kebutuhan yang disesuaikan dengan segmen usaha nya, apakah skala besar/kecil atau pembenihan/pembesaran saja.

  1. PERSIAPAN KOLAM PENDEDERAN
Isi air sampai dengan ketinggian antara 20 cm – 30cm kolam yang telah dibuat tersebut selama minimal 5 hari dengan maksud agar timbul lumut pada kolam tersebut kemudian air tersebut dibuang dan diganti dengan air yang baru. Khusus kolam yang terbuat dari tembok, jangan dibersihkan dengan cara disikat permukaannya, namun cukup disemprot air saja sampai bersih. Setelah itu isi air kembali kolam tersebut untuk menaruh kakaban yang ditelori setelah induk Lele memijah. Ketinggian permukaan air perlu diperhatikan dimana anda tinggal atau berada, apakah daerah pegunungan atau pesisir pantai.
Untuk daerah/tempat yang berada pada ketinggian dibawah 300 meter dari permukaan laut (dpl), ketinggian permukaan air kolam minimal 30 cm. Untuk daerah/tempat yang berada pada ketinggian 300 s/d 500 meter (dpl), ketinggian permukaan air kolam maksimal 25 cm. Untuk daerah/tempat yang berada pada ketinggian diatas 500 meter dpl, ketinggian permukaan air kolam 15-20 cm.
Jangan memberi cairan herbal atau sejenisnya kedalam kolam, karena cairan herbal menyebabkan cepat tumbuhnya cacing plankton yang berakibat akan mengganggu pertumbuhan bahkan dapat membunuh benih/anak lele yang baru menetas. Cairan herbal dapat diberikan setelah benih lele berumur 7 hari,sehingga apabila tumbuh cacing plankton akan menjadi makanan tambahan bagi benih/anak lele.
  1. KAKABAN DAN KOLAM PEMIJAHAN
Siapkan kakaban untuk memijah dengan ukuran  lebar 40 cm, panjang 150 cm dan banyak nya disesuaikan dengan kebutuhan. Untuk 1 kolam pemijahan dengan ukuran panjang 5 m dan lebar 2 m umum nya diperlukan sebanyak 14 kakaban. Tinggi kolam pemijahan minimal 1 meter.
  1. PERSIAPAN PEMIJAHAN
Pasang/susun kakaban kedalam kolam pemijahan dengan rapat (antar ujung ijuk/kakaban saling bertemu), kemudian beri/pasang bambu yang selanjutnya beri pemberat agar kakaban tidak mengambang. Jangan memberi pemberat yang tepi nya runcing karena akan melukai induk Lele ketika aktif untuk bertelur. Setelah itu isi air kolam tersebut sampai dengan ketinggian air antara 20-25 cm.

  1. INDUKAN SIAP MEMIJAH
Masukan dan cukup sepasang indukan Lele yang sudah gonad/siap memijah, bagi pembudidaya yang masih pemula tentu sangat riskan karena khawatir tidak terjadi pemijahan sehingga bisa dilakukan dengan 2 jantan dan 3 betina (kawin massal). Lele Betina bila siap pijah ditandai dengan, pada bagian perut dari mulai batok kepala belakang sampai dengan sirip + 10 cm terlihat membesar karena berisi telur, bila di usap akan terasa lembek, selain itu satu hal yg amat penting adalah warna lubang untuk mengeluarkan telur berwarna merah merekah.  Lele Jantan bila siap pijah ditandai dengan, bila di usap-usap pada bagian sirip atas dari depan ke belakang dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah, maka sirip bagian atas tersebut akan berdiri. Memasukan Lele yang akan dipijahkan, harus dilakukan antara  jam 3 – 4 sore. Pada malam harinya antara jam 8 malam sampai dengan jam 4 pagi, induk Lele akan bertelur.

  1. PEMINDAHAN KAKABAN
Pada keesokan hari nya antara jam 4 sore, pindahkan kakaban satu persatu ke kolam penetasan/pendederan dengan cara dibalik ( kakaban bagian atas berada dibawah ) Banyak nya kakaban per kolam penetasan maksimal 3 kakaban, Kemudian pindahkan induk Lele yang telah bertelur ke kolam khusus induk. Jangan memberi pakan kepada anak Lele dari mulai menetas sampai berumur 4 hari.
Disini adalah masa kritis antara 4-5hari bagi benih berhasil atau tidaknya dipanen dikemudian hari, Anda harus rajin setiap antara jam 7-8 pagi untuk mengontrol permukaan air kolam kalau-kalau ada induk ucrit yang bertelur, bila terlihat telurnya mengambang segera diangkat/serok agar tidak menetas.


10.  PENGANGKATAN KAKABAN
Setelah 4 hari telur menetas angkat kakaban antara jam 7-8 pagi, dengan maksud agar tidak dihinggapi oleh sejenis kumbang yang biasa bertelur diatas kakaban dan bila telur nya menetas akan menjadi “UCRIT” yaitu, binatang/hama yang biasa memakan/membunuh anak Lele yang berumur antara 1 – 7 hari. Telur Ucrit bila mengambang diatas air nampak seperti bintik-bintik hitam, apabila diangkat dari permukaan air nampak seperti jeli. Selain “Ucrit” ada satu jenis hama lagi yang tidak kalah dahsyat nya membunuh benih/anak lele yaitu “Kini-kini”, kini-kini adalah telur Capung yang menetas dikolam penetasan benih/anak lele sebelum ber-metamorfosa menjadi Capung. Selanjunya apabila mengangkat kakaban lebih dari 4 hari akan mengalami kendala, karena biasa nya anak Lele setelah berumur lebih dari 4 hari akan bermain didalam atau diatas kakaban, sehingga apabila diangkat akan banyak anak Lele yang ikut terangkat. Setelah kakaban diangkat masukan daun pisang kedalam kolam berikut pelepahnya sebanyak 2-3 tangkai dengan cara terbalik menyimpan daun pisang nya sebagai pengganti kakaban karena, anak Lele yang masih berumur antara 4-10 hari masih memerlukan tempat berteduh. Apabila pembudidaya memiliki modal yang cukup, sebaiknya diatas kolam pemijahan ditutup dengan jaring dengan ukuran lubang jaring 2 mm.


  1. PAKAN AWAL BENIH/ANAK LELE
Setelah benih/anak Lele berumur 4 hari, beri pakan berupa kuning telur ayam sampai dengan hari ke 5. Pemberian pakan berupa kuning telur dengan maksud selain benih/anak lele memperoleh vitamin awal, namun juga mulut anak lele masih sangat kecil sehingga dengan diberi kuning telur yang dihancurkan akan terbiasa rakus dengan pakan yang berbau amis.  Setelah itu beri pakan Cacing Sutera sampai dengan hari ke 12 yang diambil dari kolam pembuatan Cacing Sutera (Nomor urut 2 ) dengan cara, serok cacing sutera dari dalam kolam secukup nya kemudian bersihkan dengan menggunakan serokan tersebut dengan cara diayak diatas air agar kotoran yang ada menjadi larut kedalam air, setelah itu simpan cacing sutera yang telah dibersihkan kedalam ember lalu ditutup  dan jangan diberi air, dalam waktu 2-3 jam akan timbul/terpisah cacing sutera dengan kotoran yang berada didalam ember (cacing sutera murni). Angkat cacing sutera secara perlahan-lahan kedalam wadah/tempat khusus, untuk diberikan ke benih/anak lele. Jangan memberi makan cacing sutera yang telah mati karena akan menyebabkan kolam menjadi bau dan timbul bibit penyakit yang pada akhirnya bibit/anak lele akan mati. Pemberian pakan Cacing Sutera dapat dilakukan berulang-ulang apabila cacing sutera tersebut telah habis. Cacing Sutera cukup diberikan sampai dengan benih/anak lele berumur 12 hari.
Apabila dirasakan  sulit membuat media cacing sutera karena kendala tidak cukup lahan atau mengalami kendala karena pada waktu tertentu seperti musim hujan sulit memperoleh cacing sutera, maka benih dapat langsung diberikan pakan pellet bubuk (powder) dari semenjak hari ke 4 sampai dengan hari ke 15, seperti pada point 12 berikut ini.

12.  PAKAN PELET BUBUK (POWDER)
Pada hari ke 13 sampai dengan hari ke 15, bibit/anak lele diberi pakan pelet bubuk (Powder) dengan cara, seduh dan aduk secara merata pelet bubuk dengan air hangat secukup nya jangan sampai terlalu encer, kemudian buat/bentuk pelet tersebut bulat-bulat sebesar kelereng setelah itu masukan ke kolam benih/anak lele pada tempat-tempat dimana benih/anak lele biasa berkumpul. Untuk kolam berukuran 2 meter x 5 meter atau 3 meter x 4 meter cukup diberikan sebanyak 12 butir saja. Pakan tersebut perlu dibuat seperti tersebut diatas, karena benih/anak lele pada umur tersebut masih beraktifitas/mencari makan didasar kolam. Jangan memberi pakan terlalu banyak karena apabila dalam waktu 12 jam pakan tersebut tidak habis, akan menjadi amoniak yang menyebabkan air kolam menjadi bau dan dapat menghambat pertumbuhan benih/anak lele. Apabila hal tersebut terjadi maka langkah yang harus dilakukan adalah, keluarkan air dasar kolam sampai sisa 5 cm kemudian isi lagi dengan air jernih setinggi 20 cm. Pemberian pakan tersebut cukup satu hari satu kali kira-kira jam 8 – 9 pagi.

13.  PAKAN UKURAN CRUMBLE
Setelah selama 3 hari yaitu, dari hari ke 13 sampai dengan hari ke 15 diberi pakan seperti uraian diatas, pada hari ke 16 sampai dengan hari ke 20 benih/anak lele diberi pakan pelet bubuk namun lebih besar ukuranya (Crumble) dengan cara, taburi sedikit demi sedikit (menggunakan jari telunjuk,jari tengah dan ibu jari lengan) pellet bubuk (Crumble) tersebut pada permukaan air secara merata dan jangan berlebihan.

Pemberian pakan pelet bubuk (Crumble) pada awal pemberian sebaiknya dilakukan pada malam hari karena, benih/anak lele baru memulai aktifitasnya dipermukaan air ketika memasuki usia antara 10 – 12 hari, sehingga apabila diberi pakan pada malam hari akan langsung merespon/memakan pakan bubuk (Crumble) tersebut.
14.  CAMPURAN CRUMBLE DAN PELET 2:1
Pada hari ke 21 sampai dengan hari ke 25, benih/anak lele diberi pakan campuran antara pakan bubuk (Crumble) dengan pakan pellet FF.999 atau PF.1000. Perbandingan campuran pakan bubuk (Crumble) dengan Pelet adalah, 2 bagian pakan bubuk (Crumble) dan 1 bagian pakan pelet FF.999 atau PF.1000. (2:1).
15. SORTIR KE. 1
Hari ke 26 adalah sortir pertama yang bertujuan untuk memisahkan ataupun mendapatkan ukuran yang sama benih/anak lele dalam satu kolam. Waktu penyortiran yang baik adalah pada pukul 7-8 pagi hari. Dalam sortir pertama benih/anak lele memiliki ukuran beragam dari mulai ukuran lebih kecil dari 2-3 3-5 sampai dengan 4-6. Sebelum melakukan penyortiran, ada beberapa langkah atau perlu dipersiapkan yaitu, Surutkan air kolam sampai dengan sisa air didalam kolam 5 cm lalu siapkan baskom/drum plastic sebanyak yang diperlukan dan telah diisi air bersih berikut baskom sortir ukuran 4-6 dan serokan. Setelah air didalam kolam surut, serok bibit/anak lele dan jangan terlalu penuh isi serokan tersebut kemudian tuang bibit/anak lele kedalam baskom sortir yang diletakan didalam baskom/drum plastik. Jentikan jari telunjuk dan ibu jari lengan kedalam air agar benih/anak lele yang berukuran lebih kecil dari ukuran 4-6 cm segera keluar dari baskom sortir karena mendengar jentikan jari sedangkan benih/anak lele yang tertinggal di baskom sortir simpan di baskom/drum plastik lainnya. Lakukan berulang-ulang sampai benih/anak lele tidak ada yang tertinggal didalam kolam, kemudian kuras dan isi kolam-kolam tersebut dengan air bersih untuk dimasukan benih/anak lele sesuai dengan ukuran yang sama dalam satu kolam nya. Jangan menaruh benih/anak lele terlampau banyak dalam satu kolam, jumlah isi benih/anak lele yang disarankan dalam satu kolam baik itu kolam berukuran 2 m x 5 m ataupun 3 m x 4 m untuk ukuran benih 3-5 cm sebanyak 5.000 ekor, sedangkan untuk benih/anak lele berukuran 4-6 cm sebanyak 4.000 ekor. Hal tersebut dilakukan agar isi kolam tidak terlampu padat yang mengakibatkan pertumbuhannya kurang pesat.
Ukuran benih/anak lele dibawah 2-3 jangan dipelihara karena kalaupun dipelihara pertumbuhannya akan sangat lambat sehingga menghabiskan biaya produksi. Agar benih/anak lele tersebut tidak mubazir maka dapat dimanfaat sebagai pakan bagi benih/anak lele yang lebih besar karena sifat dari ikan lele yang kanibal. Sedangkan benih/anak lele ukuran 3-5 dan 4-6 dapat dipelihara sampai ukuran daging/konsumsi atau  dijual, karena banyak  pembudidaya yang membeli benih/anak lele ukuran 3-5 dipelihara selama 3 minggu sampai berukuran 6-8 kemudian dijual kembali kepada pembudidaya lainnya yang membutuhkan benih/anak lele ukuran tersebut.

16.  CAMPURAN PELET DAN CRUMBLE 2:1
Setelah tahapan penyortiran selesai dan benih/anak lele telah dimasukan kembali kedalam masing-masing kolam, pada sore hari sekitar jam 4 beri pakan seperti pada hari ke 21 sampai dengan hari ke 25 namun porsinya adalah 2 bagian pakan pellet FF.999 atau PF.1.000 dan 1 bagian pakan bubuk (Crumble) selama 3 hari.
  1. PAKAN TANPA CAMPURAN
Pada hari ke 29 sampai dengan hari ke 35 bibit/anak lele cukup diberi pakan FF.999 atau PF.1.000 dan tidak perlu dicampur lagi.
18.  SORTIR KE. 2
Hari ke 36 lakukan penyortiran ke 2, adapun tata cara penyortiran sama seperti penyortiran ke. 1 hanya baskom sortir yang berbeda, pada penyortiran ke 2 baskom sortir yang harus disediakan adalah ukuran 5-7,  6-8 dan 8-10cm karena akan banyak benih/anak lele ukuran 8-10 cm bahkan ada yang berukuran 15 cm. Setelah itu beri pakan ukuran Turbo Feed T.79-2 atau 781-2 sampai dengan hari ke 50. Jangan memisahkan benih/anak lele yang berukuran lebih besar dari pada yang lain (bongsor) untuk dijadikan calon indukan, karena syarat-syarat benih/anak lele yang dapat dijadikan indukan banyak klasifikasinya. Umumnya pembudidaya lele selalu memisahkan benih/anak lele yang “bongsor” untuk dijadikan induk, hal tersebut adalah salah besar, sehingga ketika induk tersebut memijah telur yang dihasilkan atau menetas tidak maksimal baik dalam jumlah maupun ukurannya. Demikian yang terjadi pada saat ini di kebanyakan tempat pembudidaya dan hal tersebut terjadi dikarenakan tidak berkualitas atau tidak memenuhi syarat-syarat bahan lele indukan, sehingga kwalitas dan kwantitasnya terus menurun.
Sampai dengan tahapan ini, pembudidaya sudah dapat dikatakan selesai apabila usaha yang dilakukan adalah penjualan benih/anak lele saja. Bagi pembaca/pembudidaya yang ingin memelihara benih/anak lele untuk ukuran pedaging/lele konsumsi dan dijual pada ukuran 1 kg 6-10 ekor, dapat mengikuti tahapan berikut dibawah ini. Apabila pembaca/pembudidaya yang mempunyai niat usaha pembesaran saja atau usaha lele pedaging/konsumsi, dapat memulai dari tahapan berikut, dan memulai usaha dari membeli benih lele ukuran 9-12.
19.  SORTIR KE. 3
Hari ke 51 lakukan penyortiran ke 3, adapun tata cara penyortiran sama seperti penyortiran ke. 2 namun baskom sortir yang harus dipersiapkan adalah ukuran 7-9 dan 9-12. Apabila ada benih/anak lele yang berukuran lebih kecil dari 7-9, sebaiknya jangan dilanjutkan untuk dipelihara karena pertumbuhannya sudah tentu akan lambat sehingga hanya menambah beban biaya produksi.
Setelah disortir benih/anak lele dimasukan ke kolam kembali untuk dilanjutkan pemeliharaannya kearah panen lele konsumsi.  Isi air kolam dengan tinggi air 40 cm dan jangan ditambah airnya selama 20 hari terkecuali surut karena penguapan. Benih yang ditanam untuk dipelihara kearah lele konsumsi sebaiknya berukuran 9-12, karena lebih cepat panen sehingga tidak terlalu lama memeliharanya dan maksimal 45 hari sudah bisa panen lele konsumsi ukuran 7 s/d 10 ekor/kg.
20. SORTIR KE. 4
Hari ke 75 lakukan peyortiran ke 4 atau terakhir, adapun tata cara peyortiran tidak sama seperti penyortiran sebelumnya karena ukuran ikan lele yang sudah mulai besar.Sarana yang harus dipersiapkan untuk sortir ke 4 yaitu, plastik terpal ukuran lebar 1 meter panjang 2 meter, papan atau balok 3 buah dengan panjang masing-masing 1 meter dan papan atau balok 2 buah dengan panjang masing-masing 2 meter, drum plastic 3 buah, slang air diameter 2 in, serokan khusus sortir lele konsumsi, bak plastic dan ember. Setelah semua peralatan tersedia, langkah selanjutnya adalah, surutkan air kolam dengan menggunakan selang hingga sisa ketinggian air didalam kolam 5 cm. Sambil menunggu air didalam kolam surut, atur/buat balok menjadi satu rangkaian dengan 2 ukuran segi empat, kemudian pasang terpal untuk meyimpan ikan lele yang telah diserok dari kolam.
Setelah air kolam surut, tangkap ikan dengan menggunakan serokan lalu simpan kedalam bak plasik, setelah bak plastic terisi ikan lele lalu tuangkan ikan tersebut ke atas rangkaian papan/balok yang telah dilapisi terpal untuk disortir (pisahkan) sesuai dengan ukuran besarnya lalu simpan kedalam drum plastic.
Setelah seluruh ikan didalam kolam ditangkap dan tidak ada yang tersisa, isi kembali kolam terbut sampai ketinggian air mencapai 40 cm, 5 s/d 10 cm merupakan air lama (sudah berwarna hijau), lalu masukan ikan sesuai dengan ukuran yang seragam ke masing-masing kolam.
Dengan telah selesainya tahapan ini maka sudah dapat diketahui kolam dan ikan yang mana yang akan dipanen terlebih dahulu karena telah diketahui besar  ukuran ikan masing-masing kolam.
21.  PANEN LELE KONSUMSI
Hari ke 95 adalah hari pertama panen lele konsumsi.
Tata cara panen lele konsumsi sama seperti tahapan sortir ke 4 namun pada tahapan ini bukan untuk memisahkan ukuran lele akan tetapi untuk langsung ditimbang hasilnya.
      22. PEMELIHARAAN INDUK
Pemeliharaan induk atau  perawatan induk amatlah penting, karena dengan induk yang sehat akan meningkatkan kwalitas maupun kwantitas dari benih lele yang dihasilkan. Agar induk lele sehat dan selalu siap memijah sesuai jadwal dari kebiasaannya di alam liar/alam aslinya, Penulis memberikan tip dan trik kepada pembudidaya ikan lele yang sangat mudah dan sederhana namun hasilnya maksimal yaitu :
a.   Usahakan dasar kolam baik itu kolam tembok maupun kolam terpal tempat menyimpan induk lele, diberi tanah yang gembur setinggi 5-10 cm dari dasar kolam. Disarankan kolam tempat menyimpan induk lele adalah  kolam tanah berukuran minimal 4 meter x 4 meter dan diisi sebanyak 8 pasang induk jantan dan betina.
b.   Tinggi kolam antara 100-120 cm dan ketinggian air antara 50-60 cm. Tidak perlu sirkulasi keluar masuk air, cukup disiapkan saluran pembuangan dan saluran pengisian air ke kolam bila saat nya diperlukan. Beri pakan tambahan selain pakan  pelet yang biasa diberikan, berupa keong mas dengan cara dicungkil/dikeluarkan daging nya atau dipecahkan cangkangnya dan daun pohon pepaya kering dari pohon pepaya yang tidak menghasilkan buah (pohon pepaya yang hanya berbunga saja). Daun pohon papaya kering yang dimakan oleh induk lele betina, selain induk lele sehat dan membuat subur dalam produktifitas telur namun dapat juga memberikan kekebalan terhadap penyakit dari anak/benih lele yang dihasilkan. Pemberian daun pepaya kering dari pohon pepaya yang tidak berbuah kami menyarankan wajib untuk dilakukan 1 minggu 1 kali sebanyak 2 -3 lembar, karena hal ini terbukti ampuh dapat membuat benih/lele kebal terhadap penyakit.

http://www.facebook.com/groups/kliniktani/doc/314489341916787/

ULAT MERUPAKAN MOMOK PADA JABON


Jabon yang berada di tempat terbuka dan monokultur relatif lebih rentan terhadap serangan ulat, namun tetap akan bisa pulih kembali setelah beberapa waktu
Ulat bisa dianggap sebagai hama atau bukan bagi jabon tergantung cara pandang dan perlakuan kita terhadap pohon

Hingga sekarang ini, Jabon memang relatif tahan terhadap penyakit. Seperti pada umumnya, tanaman spesies (bukan hasil rekayasa “pemuliaan”) memang lebih adaptif terhadap lingkungan. Tanaman yang mudah terkena penyakit secara massal biasanya merupakan hasil rekayasa. Namun tidak pada jabon.
Hanya saja soal hama, jabon memang mempunyai “musuh” yang selama ini cukup dianggap mengganggu, yakni ulat. Mulai dari ulat yang kecil sampai yang besar, setidaknya minimal ada 4 jenis ulat yang gemar melahap daun jabon, yang tadinya lebar-lebar kalau dimakan bisa habis.
Agak berbeda dengan umumnya, kami berpendapat dalam batas-batas tertentu ulat ini bukanlah hama. Jika didefinisikan hama sebagai hewan yang mengganggu tumbuhan dan sebagai pembudidaya tanaman kita tidak mengharapkannya, tinggal mengubah jalan berpikir kita sedikit   ulat-sekali lagi, dalam batas-batas tertentu-bukanlah hama, melainkan kawan.
Kok, bisa? Begini, berdasarkan pengalaman kami mensurvei jabon, hampir semua pohon dewasa, daunnya pasti dimakan ulat. Bedanya, daun itu dimakan banyak atau sedikit. Artinya, ulat ini adalah bagian dari mekanisme keseimbangan alam jabon, karena toh dimakan ulat jabon tersebut tetap hidup dan tumbuh dengan baik.
Kedua, setelah dimakan habis daunnya, asalkan masih hidup, daun jabon akan tumbuh secara serentak dan lebih lebat. Ini artinya, ada mekanisme pertahanan yang sudah dikembangkan dari generasi ke generasi.
Inti Manajemen Hama: Penyeimbangan Mekanisme Ekologis
Sebagai pembudidaya, kita memang ingin selalu untung. Maka tidak heran kita sering dilanda kepanikan yang luar biasa jika ada serangan ulat terhadap jabon kita. Namun kepanikan ini jangan sampai membuat kita gegabah mengambil langkah. Salah-salah tindakan kita akan menjadi awal pemborosan biaya.
Meskipun merupakan bagian mekanisme keseimbangan alamnya, kita harus tetap mengelola keberadaan ulat di jabon ini. Tindakan eradikasi, yakni dengan cara memusnahkan semua ulat yang ada di lahan bukanlah tindakan bijaksana. Side eksesnya sangat besar, karena dimana ada habitat ulat biasanya akan mengundang datangnya banyak jenis burung. Keberadaan pestisida yang berlebih di pohon jabon yang memang tumbuh tinggi sangat mengancam habitat burung ini. Anda tahu, burung adalah kawan kita untuk mengurangi hama ulat dan sejenisnya ini. Dalam jangka panjang, semakin menipisnya burung di habitat tersebut tentu akan merugikan kita.
Lalu tindakan arif seperti apakah yang harus kita lakukan? Beberapa tips yang bisa kita lakukan dalam manajemen hama ulat di jabon ini sebagai berikut:
-          Nutrisi tanah yang melimpah sejak penanaman
Ulat tidak selalu menjadi sebab, namun seringkali keberadaan hama dan penyakit di sebuah kebun yang berlebihan merupakan sebuah akibat itu sendiri. Cara mengelola tanah dan cara menanam kita yang “asal”, tidak memperhatikan aspek-aspek ekologis tentu akan sangat berpengaruh secara ekologis. Cepat atau lambat.
Tanaman yang ditaman dengan pengolahan tanah yang hanya mengandalkan bahan kimia mempunyai daya tahan yang lebih rendah jika dibandingkan dengan tanaman yang tumbuh di tanah yang kaya bahan organik dan biologis.
Memberi bahan kimia berlebihan pada tanah memang menyuburkan dalam tempo yang sangat cepat bagi tanaman. “Pupuk  kimia memang makanan buat tanaman, tapi bukan makanan buat tanah,” pendapat Romo Utomo, seorang pasto penganjur pertanian organik pada kami beberapa tahun lalu. Tanah yang diberi bahan organik akan lebih mempunyai kehidupan. “Tanah yang hidup akan bisa memberikan kehidupan yang lebih.”
Berdasarkan pengalaman lapangan, jabon yang tumbuh di lahan dengan bahan organik yang melimpah dan juga tentu bahan biologis seperti berbagai makhluk hidup mikroskopik di tanahnya, lebih mempunyai daya tahan terhadap ulat. Meskipun daunnya dimakan ulat, dia akan cepat memulihkan diri, daun tidak akan hilang semua. Daun lama masih ada dan diikuti dengan kemunculan daun baru secara terus menerus.
Jabon yang kurang subur, jika terkena ulat tentu akan semakin menyulitkan hidupnya. Ibaratnya, bertahan hidup saja susah ditambah lagi dengan beban serangan ulat.
-          Pembiaran daun jabon, hindari peranggasan
Anjuran menyesatkan yang masih banyak dilakukan oleh masyarakat adalah pemotongan cabang, atau peranggasan secara sengaja. Pada awal dulu, anjuran ini tidak hanya datang dari kalangan pembudidaya namun juga dari para ilmuan bidang kehutanan. Kami masih ingat betul anjuran ini datang dari banyak pihak. Tapi, berdasarkan pengalaman kami dan beberapa rekan kami, peranggasan ini tidak lebih bermanfaat dibandingkan dengan membiarkannya utuh.
Ketersediaan daun yang melimpah membantu menyediakan makanan bagi ulat dan hama lain yang menyukai daun ini. Semakin banyak cabang berarti semakin banyak daun yang masih tersedia. Jika ada ulat yang makan, makan akan ada yang tersisa, tidak cepat rusak semua. Membahayakan, jika daun terlalu sedikit dan ulat makan daun hingga ke ujung tunas primer.
Membiarkan cabang-cabang ini juga membantu memperbesar volume diameter batang primer. Daun berfungsi sebagai dapur makanan jabon, sehingga semakin banyak daun semakin banyak makanan yang bisa disalurkan ke seluruh batang.
Sifat Jabon yang mampu melakukan proses absisi, atau lebih dikenal dengan Self Pruning, yakni meranggaskan cabangnya sendiri secara alami dan batang utama tetap lurus dalam kondisi soliter, merupakan sinyal bagi kita untuk membiarkan cabang-cabang ini tetap tumbu sampai alami hingga saatnya rontok sendiri.
-          Hindari monokultur, Multikultur lebih ideal
Coba pelajari teori pertanian di dunia ini, seluruh bangsa dan dari zaman ke zaman, maka tidak akan pernah ditemukan bahwa monokultur lebih baik dibandingkan tumpangsari/Polykultur.
Keseimbangan ekologis yang berarti adalah merupakan modal keamanan tumbuh bagi makhluk hidup, terbentuk jika dan hanya jika ada ko-eksistensi, kemampuan hidup bersama, makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup yang lain.
Hukum dasarnya, semakin variatif makhluk hidup di sebuah habitat semakin seimbang dan semakin aman. Coba perhatikan jabon yang tumbuh di kawasan dekat hutan, kemungkinan terkena serangan ulat secara massal lebih kecil dibandingkan dengan jabon yang tumbuh di kawasan sawah. Jabon yang ditumpangsari dengan pohon lain pun relatif lebih aman dari serangan ulat dibandingkan dengan yang monokultur. Kodrat alam memang mengharuskan terjadi proses interaksi yang saling mempengaruhi antara makhluk hidup satu dengan lainnya.
Syukur, jika kita bisa mengelola kebun jabon yang dikombinasikan dengan peternakan. Kotoran padat dan cairnya akan menjadi sumber nutirisi yang berlimpah secara terus menerus, lahan menjadi gembur karena kaya akan bahan organik dan makhluk biologis mikroskopik, rumputpun bisa selalu diregenerasi oleh ternak. Kelihatannya sepele memang, tapi alam tidak pernah menyepelekan posisi sebuah makhluk hidup dalam siklusnya.
-          Tanaman pestisida nabati
Ada banyak tumbuhan yang secara alami membawa sifat sebagai bio-pestisida. Bahkan sebelum diramu sekalipun, keberadaan beberapa tanaman sudah merupakan “kontrol” bagi makhluk hidup lain.
Coba perhatikan mahoni, daunnya rimbun tidak disukai ulat. Begitu juga dengan mimba yang sangat pahit, kodratnya mampu menjadi berbagai macam obat bagi makhluk hidup lain. Termasuk mampu mencegah serangan beberapa jenis hama.
Dalam khasanah dunia pertanian organik yang pernah kami tekuni, pohon-pohon tersebut menjadi plasma nutfaf yang bisa digunakan sebagai bio-pestisida yang ampuh untuk beberapa jenis ulat.
Pada perkebunan jabon, beberapa pohon juga sangat membantu meminimalkan serangan ulat. Ada banyak jenis pohon lain yang mampu berperan sama, anda tinggal menggalinya sesuai dengan potensi lokal masing-masing.
-          Pembiaran musuh alami
Satu hal, ketika kita berniat mengebunkan jabon, berniatlah juga sebagai ibadah untuk menyediakan makan bagi berbagai macam jenis burung pemakan serangga. Keberadaan ulat di kebun jabon justru akan menjadi salah satu mata rantai makanan bagi berbagai macam jenis burung tersebut. Niat anda pasti akan dipahami alami ini, dan pada gilirannya alam berkonspirasi untuk mensukseskan investasi hijau anda.
Jangan pernah berpikir untuk membasmi hama dengan pestisida pemusnah massal secara membabi buta, bukan hanya ulat saja yang hilang, melainkan beberapa jenis burung dan makhluk hidup lain. Cara ini tidak menjadikan kebun jabon kita lebih aman, namun lebih membuka peluang bahaya lebih besar di depan.
Bagi kami, berkebun adalah memahami alam, dan kita adalah bagian dari alam itu sendiri yang harus mampu bersinergi. Menyakiti alam akan mendapatkan balasan yang sejajar. Kami percaya, memberkati alam maka alam akan memberkati kita.

Sumber:http://indoagrow.wordpress.com/2011/07/20/ulat-pada-jabon-momok/

Terobosan baru Teknologi Mesin Panen Padi Mini

Seiring dengan perkembangan teknologi, kini telah lahir mesin panen padi mini yang sangat cocok untuk dimiliki petani mandiri, sehingga pada saat panen padi petani bisa mengurangi biaya panen yang tinggi, dengan terciptanya mesin panen padi mini diharapkan masyarakat petani dapat lebih sejahtera.
Image
Mesin Panen Padi (Mini Combine Harvester) Futata terbaru dengan seri HH-5E untuk petani padi. Mesin ini memiliki dua fungsi yaitu sebagai mesin panen padi dan alat pengolah tanah (bajak). Mesin ini mampu memanen 1 hektar sawah dalam waktu 6-8 jam dengan hasil berupa gabah (GKP) yang langsung masuk kedalam karung. Di bandingkan dengan mesin pemanen yang sudah beredar di pasaran, mesin ini lebih banyak dicari oleh para petani, selain dapat berjalan pada sawah yang berair, mesin ini lebih tangguh jika berjalan pada tanah yang berlumpur, beratnya yang sangat ringan memungkinkan mesin ini untuk bermanufer dengan cepat pada segala medan, pengoperasiannya yang sederhana sehingga siapapun bisa untuk menjalankan mesin ini, sangat cocok pada lahan yang luas, sempit, miring, maupun pada lahan yang tak berbentuk. Berbeda dari generasi sebelumnya, kini mesin Futata HH-5E dilengkapi dengan double starterradiator danaccu. Futata HH5-E selain menggunakan ban karet juga menggunakan roda crawler karet untuk memperudah pengoperasian di lahan sawah.Adapun spesifikasi mesin ini adalah sebagai berikut :
Spesifikasi :
Mesin                     : Diesel engine 12.8 PK
Pendingin               : Radiator
Tangki                    : 6 liter
Bahan Bakar          : 0,9 liter/jam
Transmisi               : 3 kecepatan maju, 1 kecepatan mundur
Kapasitas              : 6 – 8 jam/hektar
Berat Mesin           : + 700 kg

Dimensi :
Panjang                 : 3650 mm
Lebar                     : 1605 mm
Tinggi                    : 1620 mm

Sumber: http://mitrapolimandiri.wordpress.com/2013/12/24/mesin-panen-padi-futata-hh-5e/

KENALI PENYAKIT PATAH LEHER (Pyricularia oryzae) PADA TANAMAN PADI

TANAMAN PADI MERUPAKAN TANAMAN YANG MENGHASILKAN BERAS DAN MERUPAKAN BAHAN PANGAN POKOK BAGI MASYARAKAT LUAS, DAN SEIRING AKAN KEBUTUHAN POKOK YANG SEMAKIN MENINGKAT MAKA KITA SANGAT PERLU MENGETAHUI LEBIH BANYAK TENTANG HAMA PENGGANGGU DAN CARA PENANGGULANGANNYA. BERIKUT INI MERUPAKAN SALAH SATU HAMA PENGGANGGU PADA TANAMAN PADI DAN PENANGGULANGANNYA.


Image
PENYEBAB :
Penyakit Patah Leher (Neck Root) merupakan penyakit yang disebabkan oleh meluasnya serangan jamur Pyricularia oryzae (P. grisea). Jamur ini menyerang tanaman padi pada masa vegetatif menimbulkan gejala Blas Daun (leaf blast) dengan ditandai adanya bintik-bintik kecil pada daun berwarna ungu kekuningan. Semakin lama bercak menjadi besar, berbentuk seperti belah ketupat dengan bagian tengahnya berupa titik berwarna putih atau kelabu dengan bagian tepi kecoklatan. Serangan pada fase generatif menyebabkan pangkal malai membusuk, berwarna kehitaman dan mudah patah (busuk leher/patah leher). Apabila serangan jamur Pyricularia oryzae terjadi sebelum pengisian biji mengakibatkan bulir gabah hampa/tidak berisi dan apabila serangan terjadi pada saat setelah pengisian biji mengakibatkan kualitas biji rendah dan pengisian bulir tidak sempurna. Selain menyerang bagian malai dan daun, jamur ini dapat menyerang batang sehingga batang padi menjadi busuk dan rebah.
 
FAKTOR-FAKTOR YANG  MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN :
Padi merupakan inang utama sebagai tempat berkembangnya jamur Pyricularia oryzae sehingga apabila tanaman padi tumbuh serempak di suatu hamparan dan sudah pernah ada gejala serangan sebelumnya maka besar kemungkinan blas ini akan segera menyebar apabila didukung oleh kelembapan dan suhu optimum yaitu antara 24º C – 28º C.
Pyricularia oryzae  menyerap  nutrisi tanaman padi untuk memperbanyak diri dan mempertahankan hidup. Bila menyerang pada daun muda, menyebabkan proses pertumbuhan tidak normal, beberapa daun menjadi kering dan mati.  Blas pada daun banyak menyebabkan kerusakan antara fase pertumbuhan hingga fase anakan maksimum. Infeksi pada daun setelah fase anakan maksimum biasanya tidak menyebabkan kehilangan hasil yang terlalu besar, namun infeksi pada awal pertumbuhan sering menyebabkan puso terutama varietas yang rentan. Penggunaan fungisida pada fase vegetatif sangat dianjurkan apabila guna menekan tingkat intensitas serangan blas daun dan juga dapat mengurangi infeksi pada tangkai malai (blas leher).
Pemupukan unsur Nitrogen dimusim penghujan yang tinggi juga akan memicu pertumbuhan Pyricularia oryzae. Pemupukan nitrogen yang tinggi menyebabkan ketersediaan nutrisi yang ideal dan lemahnya jaringan daun, sehingga spora blas pada awal pertumbuhan dapat menginfeksi optimal dan menyebabkan kerusakan serius pada tanaman padi.
Penanaman padi terutama pada musim tanam rendengan/hujan haruslah ekstra hati-hati. Dengan curah hujan yang tinggi serta adanya faktor angin memicu perkembangan blas dapat meluas dengan cepat. Pengelolaan jarak tanam yang terlalu rapat juga akan mempengaruhi kecepatan perluasan penyakit ini.
Penyebaran penyakit bisa melalui benih, angin sisa tanaman padi dilapangan dan inang lainnya terutaman tanaman dari golongan graminae/ rerumputan.

Pengendalian yang dianjurkan :
  1. Lakukan proses fermentasi pada sisa jerami setelah panen dengan Decom Plus untuk membunuh miselia Blas sehingga tidak berpotensi untuk berkembang dan sebagai pupuk organik untuk menjaga kesuburan tanah.
  2. Pemupukan yang seimbang dan penggunaan urea yang tidak berlebihan.
  3. Penggunaan Pupuk Organik Bionic Plus dalam budidaya sangat dianjurkan karena dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia, meningkatkan kesuburan tanah, menyehatkan tanaman dan meningkatkan kualitas serta kuantitas hasil panen secara bertahap.
  4. Perhatikan jarak tanam yang digunakan jangan sampai terlalu rapat, karena dapat mengakibatkan kelembaban yang tinggi di sekitar tanaman.
  5. Gunakan sistem tanam jajar legowo dalam budidaya padi.
  6. Kebersihan lahan harus dijaga terutama dari sisa tanaman dan inang yang sakit.
  7. Gunakan benih yang bebas penyakit.
  8. Gunakan fungisida nabati Bio INTas untuk mencegah dan mengendalikan penyakit blas dan patah leher.  
Sumber:http://mitrapolimandiri.wordpress.com/2013/04/12/penyakit-tanaman-padi-patah-leher-pyricularia-oryzae/

BUDIDAYA DAUN SINGKONG YANG MENGUNTUNGKAN


Daun singkong atau disebut Daun ubi ternyata lebih menguntungkan dikembangkan daripada mengharapkan umbi atau ubinya. Pasalnya, Daun singkong yang merupakan salah satu sayuran yang paling banyak digemari masyarakat lebih cepat dipanen dan dapat berulang kali dilakukan.
"Pasarannya sudah jelas, selain rumah makan ibu rumah tangga juga banyak yang suka mengonsumsi daun ubi," kata Ramlah AR warga Dusun III Desa Klambir yang kini mengembangkan tanaman daun singkong kepada MedanBisnis, Jumat (28/2).

Saat ini Ramlah menanam singkong spesial diambil daunnya di atas lahan seluas 1.600 meter persegi. "Daun singkong bisa di panen secara berkesinambungan selama 20 hari sekali selama 5 hingga 6 tahun. Sedangkan kalau kita panen ubi hanya bisa dilakukan sekali dalam setahun," jelasnya.

Ibu lima anak itu menyebutkan, mengembangkan tanaman daun singkong relatif mudah dan murah. Dari lahan seluas 1.600 meter persegi dia menananam 4. 000 stek batang singkong. Harga bibit per batang dibelinya Rp 1.000 dan dapat dipotong menjadi 10 bagian dengan ukuran masing-masing 15 cm. Dari 4.000 batang tersebut, Ramlah bisa berpenghasilan Rp 100 ribu perhari dengan harga jual daun singkong antara Rp 500 hingga Rp 800 per ikat.

"Agar daun tumbuh subur, hijau dan lembut, tanaman harus tetap diberi pupuk. Pemupukan dilakukan setahun setelah tanam dan pada usia tananam dua tahun dilakukan pemangkasan guna meremajakan pohon agar tunas muda kembali tumbuh," terangnya.

Aning, warga Desa Klambir Lima Kampung yang juga menekuni penanaman daun singkong mengaku lebih untung menanam singkong yang khusus dipetik daunnya. "Saya sudah 30 tahun menanam singkong yang hanya diambil daunnya sebagai usaha. Dan, Alhamdulillah dari menjual daun singkong itu saya bisa menyekolahkan tiga anak yang kini duduk di bangku SMP dan SMA," ujarnya.

Aning memiliki lahan seluas 3.200 meter persegi yang keseluruhan ditanam singkong daun. Hasil panen dijual langsung ke Pasar Palapa Pulo Brayan, Medan Barat. "Saat ini rata-rata pemetikan sebanyak 400 ikat per hari," katanya.

Setiap sore Aming dibantu istrinya memetik daun daun singkong di kebunnya, kemudian diikati dengan tali pisang. Selain ditolak ke pasar, ada juga beberapa pemilik rumah makan setiap pekan datang langsung ke kebun. Pantauan MedanBisnis di sejumlah pasar di kota Medan, harga eceran daun singkong per ikat kecil saat ini mencapai Rp 1.500. Sedangkan pedagang eceran membeli dalam satu ikat besar berisi 5 ikat kecil Rp 3.500.  (chairul anwar)   Sumber:http://medanbisnisdaily.com/news/read/2014/03/01/81962/daun_singkong_lebih_untung_dikembangkan/#.U43wL8qXqcI
 

Bercocok Tanam Ubi Kayu

Ubi kayu/singkong /ketela pohon merupakan salah satu tanaman pangan dan menjadi pangan pokok bagi beberapa daerah indonesia. Tanaman Ubi kayu merupakan tanaman yang sangat mudah tumbuh dan berkembang dan sangat mudah untuk di budidayakan serta mempunyai nilai ekonomi yang menjanjikan untuk dibudidayakan.Hal-hal dibawah ini perlu untuk di ketahui sebelum kita bercocok tanam ubi kayu.

A.     SYARAT TUMBUH
Iklim
  1. Curah hujan yang sesuai untuk tanaman ketela pohon / singkong antara 1.000 – 2.500 mm / tahun.
  2. Suhu udara minimal bagi tumbuhnya ketela pohon/singkong sekitar 10 derajat C.
  3. Bila suhunya dibawah 10 derajat C menyebabkan pertumbuhan tanaman sedikit terhambat, menjadi kerdil karena pertumbuhan bunga yang kurang sempurna.
  4. Kelembaban udara optimal untuk tanaman ketela pohon/singkong antara 60 – 65%.
  5. Sinar matahari yang dibutuhkan bagi tanaman ketela pohon / singkong sekitar 10 jam /hari terutama untuk kesuburan daun dan perkembangan umbinya.

Media Tanam
  1. Tanah yang paling sesuai untuk ketela pohon / singkong adalah tanah yang berstruktur remah, gembur, tidak terlalu liat dan tidak terlalu poros serta kaya bahan organik. Tanah dengan struktur remah mempunyai tata udara yang baik, unsur hara lebih mudah tersedia dan mudah diolah.
  2. Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman ketela pohon / singkong adalah jenis alluvial latosol, podsolik merah kuning, mediteran, grumosol dan andosol.
  3. Derajat keasaman (pH) tanah yang sesuai untuk budidaya ketela pohon berkisar antara 4,5 – 8,0 dengan pH ideal 5,8. pada umumnya tanah di Indonesia ber pH rendah (asam), yaitu berkisar 4,0 – 5,5, sehingga seringkali dikatakan cukup netral bagi suburnya tanaman ketela pohon.

B.     PEDOMAN BUDIDAYA
Pembibitan
Persyaratan bibit, bibit yang baik untuk bertanam ketela pohon harus memenuhi syarat sebagai berikut :
  1. Ketela pohon berasal dari tanaman induk yang cukup tua (10-12 bulan).
  2. Ketela pohon harus dengan pertumbuhannya yang normal dan sehat serta seragam.
  3. Batang telah berkayu dan berdiameter ± 2,5 cm lurus.
  4. Belum tumbuh tunas-tunas baru.
Penyiapan Bibit
Penyiapan bibit ketela pohon meliputi hal-hal sebagai berikut :
  1. Bibit berupa stek batang
  2. Sebagai stek pilih batang bagian bawah sampai setengah
  3. Setelah stek terpilih kemudian diikat, masing-masing ikatan berjumlah antara 25 – 30 batang stek.
  4. Semua ikatan stek yang dibutuhkan, kemudian diangkut kelokasi penanaman.

Pengolahan Media Tanam
Persiapan, kegiatan yang perlu dilakukan sebelum pengolahan lahan adalah :
  1. Pengukuran pH tanah dilakukan dengan menggunakan kertas lakmus, pH meter dan atau  cairan pH tester.
  2. Penganalisaan jenis tanah pada contoh atau sempel tanah yang akan ditanami untuk mengetahui ketersediaan unsur hara, kandungan bahan organik.
  3. Penetapan jadwal / waktu tanam berkaitan erat dengan saat panen. Hal ini perlu diperhitungkan dengan asumsi waktu tanam bersamaan dengan tanaman lainnya (tumpang sari), sehingga sekaligus dapat memproduksi beberapa variasi tanaman sejenis.
  4. Luas areal penanaman disesuaikan dengan modal dan kebutuhan setiap petani ketela pohon. Pengaturan volume produksi penting juga diperhitungkan karena berkaitan erat dengan perkiraan harga saat panen dan pasar.

Pembukaan dan Pembersihan Lahan
Pembukaan lahan pada intinya merupakan pembersihan lahan dari segala macam gulma (tumbuhan pengganggu) dan akar-akar tanaman sebelumnya. Tujuan pembersihan lahan untuk memudahkan perakaran tanaman berkembang dan menghilangkan tumbuhan inang bagi hama dan penyakit yang mungkin ada.

Pembentukan Bedengan
Bedengan dibuat pada saat lahan sudah 70% dari tahap penyelesaian. Bedengan atau pelarikan dilakukan untuk memudahkan penanaman, sesuai dengan ukuran yang dikehendaki. Pembentukan bedengan ditujukan untuk memudahkan dalam pemeliharaan tanaman, seperti permbersihan tanaman liar maupun sehatnya pertumbuhan tanaman.

Pengapuran
Untuk menaikan pH tanah, terutama pada lahan yang bersifat sangat asam / tanah gambut, perlu dilakukan pengapuran. Jenis kapur yang digunakan adalah kapur kalsit/kaptan (CaCO3). Dosis yang biasa digunakan adalah 1 – 2,5 ton / hektar. Pengapuran diberikan pada waktu pembajakan atau pada saat pembentukan bedengan kasar bersamaan dengan pemberian pupuk kandang ( bila diperlukan).

Penentuan Pola Tanam
Pola tanaman harus memperhatikan musim dan curah hujan. Pada lahan tegalan/kering, waktu tanam yang paling baik adalah awal musim hujan atau setelah penanaman padi. Jarak tanam yang digunakan pada pola monokultur adalah 100 x 150 cm.

Cara Penanaman
Cara penanaman dilakukan dengan meruncingkan ujung bawah stek ketela pohon, kemudian tanamkan sedalam 5-10 cm atau kurang lebih sepertiga bagian stek tertimbun tanah. Bila tanahnya keras/berat dan berair/lembab, stek ditanam dangkal saja. Sebelum bibit ditanam disarankan agar bibit direndam terlebih dahulu dengan pupuk hayati BIONIC Plus yang telah dicampur dengan air selama 3-4 jam. Setelah itu baru dilakukan penanaman dilahan hal ini sangat bagus untuk pertumbuhan dari bibit.

Pemeliharaan Tanaman
Penyulaman
Untuk bibit yang mati/abnormal segera dilakukan penyulaman, yakni dengan cara mencabut dan diganti dengan bibit yang baru/cadangan. Bibit atau tanaman muda yang mati harus diganti atau disulam. Penyulaman dilakukan pada pagi hari atau sore hari, saat cuaca tidak terlalu panas.

Penyiangan
Penyiangan bertujuan untuk membuang semua jenis rumput/tanaman liar./ pengganggu (gulma) yang hidup disekitar tanaman. Dalam satu musim penanaman minimal dilakukan 2 kali penyiangan.

Pembubunan
Cara pembubunan dilakukan dengan menggemburkan tanah disekitar tanaman dan setelah dibuat seperti gundukan. Waktu pembubunan bersamaan dengan waktu penyiangan, hal ini dapat menghemat biaya. Apabila tanah sekitar tanaman ketela pohon terkikis karena hujan atau terkena air siraman sehingga perlu dilakukan pembubunan /ditutup dengan tanah agar akan tidak kelihatan.

Perempelan / Pemangkasan
Pada tanaman ketela pohon perlu dilakukan pemangkasan/pembuangan tunas karena minimal setiap pohon harus mempunyai cabang 2 atau 3, hal ini agar batang pohon tersebut bisa digunakan sebagai bibit lagi dimusim tanam mendatang.

Pemupukan
Sistem pemupukan menggunakan teknologi BIONIC Plus , dapat mengurangi kebutuhan pupuk kimia/anorganik sampai dengan 50%, adapun cara pemupukannya adalah sebagai berikut :
  1. Berikan pupuk kandang/kompos pada lahan yang akan ditanami bibit kebutuhan untuk 1 hektar sebanyak 5 ton atau 5.000 kg dan kemudian semprot dengan menggunakan Decom Plus 2 Liter dan BIONIC Plus 2 Liter.
  2. Setelah tanam berikan 2 liter BIONIC Plus per hektar pada titik-titik penanaman dengan campuran setiap 1 liter BIONIC Plus dicampur/dilarutkan dengan air max 100 liter atau 1 tutup botol (10 ml) dicampur/dilarutkan dengan air sebanyak 1 liter disemprotkan pada titik penanaman secara merata.
  3. 1 bulan setelah tanam berikan campuran pupuk NPK dengan dosis Urea : 40 kg, TSP/SP36 : 64 kg dan KCL : 40 kg pada lahan 1 hektar, pemupukan diberikan dengan cara ditugalkan pada jarak 15 cm dari tanaman dengan kedalaman 10 cm.
  4. Pemberian BIONIC Plus selanjutnya pada saat tanaman singkong berumur 1 bulan setelah tanam : 2 liter, umur 2 bulan setelah tanam : 2 liter, umur 4 bulan setelah tanam : 4 liter.
  5. Pemberian pupuk kimia selanjutnya adalah pada saat umur tanaman 60-90 hari berupa campuran pupuk N:P:K dengan dosis Urea : 60 kg, dan KCL : 60 kg. Pupuk kimia diberikan dengan cara ditugalkan pada jarak 15 cm dari tanaman dengan kedalaman 10 cm.

Pengairan dan Penyiraman
Kondisi lahan ketela pohon dari awal tanam sampai umur ± 4-5 bulan hendaknya selalu dalam keadaan lembab, tidak terlalu becek. Pada tanah yang kering perlu dilakukan penyiraman dan pengairan dari sumber air yang terdekat. Pengairan dilakukan pada saat musim kering dengan cara menyiram langsung akan tetapi cara ini dapat merusak tanah. System yang baik digunakan adalah system genangan sehingga air dapat sampai kedaerah perakaran secara resapan. Pengairan dengan system genangan dapat dilakukan dua minggu sekali dan untuk seterusnya diberikan berdasarkan kebutuhan.

Waktu Penyemprotan Pestisida / Insektisida
Jenis dan dosis pestisida disesuaikan dengan jenis penyakitnya. Penyemprotan pestisida paling baik dilakukan pada pagi hari setelah embun hilang atau pada sore hari. Dosis pestisida disesuaikan dengan serangan hama/penyakit, baca dengan baik penggunaan dosis pada label merk obat yang digunakan. Apabila hama dan penyakit menyerang dengan ganas maka dosis pestisida harus lebih akan tetapi penggunaannya harus hati-hati karena serangga yang menguntungkan dapat ikut mati.


C.    HAMA DAN PENYAKIT
Hama Uret
Ciri : Berada dalam akar dari tanamam.
Gejala : Tanaman mati pada usia muda, karena akar batang dan umbi rusak.
Pengendalian : Bersihkan sisa-sisa bahan organik pada saat tanam dan atau    mencampur sevin pada saat pengolahan tanah.

Hama Tungau Merah
Ciri : Menyerang pada permukaan bawah daun dengan menghisap cairan daun.
Gejala : Daun akan menjadi kering.
Pengendalian : Menanam varietas toleran dan menyemprotkan  air yang   banyak.
Penyakit Bercak Dau Bakteri
Ciri : Menyerang pada permukaan atas daun.
Gejala : Bercak-bercak bersudut pada daun lalu bergerak dan mengakibatkan pada daun kering dan akhirnya mati.
Pengendalian : Menanam varietas yang tahan, memotong atau memusnakan bagian tanaman yang sakit, melakukan pergiliran tananan dan   sanitasi kebun.

Penyakit Layu Bakteri
Ciri : Hidup di daun, akar dan batang.
Gejala : Daun yang mendadak jadi layu seperti tersiram air panas,   akar, batang dan umbi  langsung membusuk.
Pengendalian : Melakukan pergiliran tanaman, menanam varietas yang tahan seperti Andira 1, Andira 2 dan Muara, melakukan pencabutan   dan pemusnahan tanaman yang sakit berat.
Penyakit Bercak Daun Coklat
Ciri : Cendawan yang hidup di dalam daun.
Gejala : Daun bercak-bercak coklat, mengering, lubang-lubang bulat kecil dan Jaringan daun mati.
Pengendalian : Melakukan pelebaran jarak tanam,  penanaman varietas yang tahan, pemangkasan pada daun yang sakit serta melakukan sanitasi kebun.
Penyakit Bercak Daun Konsentris
Ciri : Cendawan yang hidup di dalam daun.
Gejala : Adanya bercak kecil dan titik-titik, terutama pada daun muda.
Pengendalian : Memperlebar jarak tanam, mengadakan sanitasi kebun dan memangkas bagian tanaman yang sakit.


D.   PANEN
Ketela pohon / singkong dapat dipanen pada saat pertumbuhan daun bawah mulai berkurang. Warna daun mulai menguning dan banyak rontok. Umur panen tanaman ketela pohon telah mencapai 10 – 12 bulan untuk varietas mekarmanik. Ketela pohon/singkong dipanen dengan cara mencabut batangnya dan umbi yang tertinggal diambil dengan cangkul atau garpu tanah. 

Sumber:http://mitrapolimandiri.wordpress.com/budidaya-tanaman/tanaman-pangan/budidaya-tanaman-ubi-kayu/

Senin, 26 Mei 2014

BONSAI NAN INDAH

Born in East Java Indonesia 1967, Rudi Julianto Graduated from the "Indonesia Institute of Art" in 1990.
He started growing bonsai as a hobby in 1987, he is self-thought and considers nature as his best teacher. The satisfaction he gains from collecting from the wild, nursing the collected tree, and then creating a different natural form is unlike anything else he has experienced.
Rudi has over 100 bonsai of various tropical species, all created by himself, displayed in his garden. Semi cascade is his favorite of all styles, but he derives inspiration from viewing bonsai as well as Mother Nature.
When asked how important is drawing in bonsai styling, he replies, "The planing of styling a wild tree to become an artful creation includes extensive drawing to begin the process. Following the drawing as a guideline and putting an ample amount of time into care and love for the tree will ultimately give us the result that we are looking for.
Bonsai Gallery of Rudi Julianto
Wrigthia religiosa 33 cm
Bonsai Gallery of Rudi Julianto
Carmona mycrophylla 58 cm
Bonsai Gallery of Rudi Julianto
Premna nauseose 41 cm
Bonsai Gallery of Rudi Julianto
Carmona mycrophylla 138 cm
Bonsai Gallery of Rudi Julianto
Celitc chinensis 60 cm
Bonsai Gallery of Rudi Julianto
Malphigia coccigera 120 cm
Bonsai Gallery of Rudi Julianto
Ficus retusa 36 cm
Bonsai Gallery of Rudi Julianto
Premna mycrophyla 25 cm
Bonsai Gallery of Rudi Julianto
Serrisa foetisa 18 cm
Bonsai Gallery of Rudi Julianto
Psidium Guava 14 cm
Bonsai Gallery of Rudi Julianto
Serrisa foetisa 10 cm
Bonsai Gallery of Rudi Julianto
Phempis acidula 62 cm
Bonsai Gallery of Rudi Julianto
Phempis acidula 60 cm
Bonsai Gallery of Rudi Julianto
Phempis acidula 33 cm
Bonsai Gallery of Rudi Julianto
Phempis acidula 120 cm
Bonsai Gallery of Rudi Julianto
Sabiena sp. 93 cm
Bonsai Gallery of Rudi Julianto
WFerronia lucida 44 cm
Bonsai Gallery of Rudi Julianto
Rudi in his garden
Bonsai Gallery of Rudi Julianto
Rudi in his garden 
Sumber:http://artofbonsai.org/galleries/julianto.php

BONSAI INDAH UNIK DAN MEMILIKI NILAI EKONOMI YANG MENGGIURKAN

Bonsai merupakan salah satu tanaman yang sangat di gemari banyak orang, sebab selain keindahannya juga mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, hingga saat ini banyak masyarakat mulai melirik usaha membuat bonsai, yang memang mempunyai keindahan dan keunikan tersendiri, ini adalah contoh kecil bonsai asal indonesia .

 Tanaman Bonsai Arsia B
Tanaman Bonsai Mirten
Tanaman Bonsai Arsia A  



BONSAI INDAH ALA BUDI SULISTYO


Menjelajahi Alam Bonsai Budi Sulistyo

Share
SH / Str Agung Natanael
MAESTRO BONSAI - Budi Sulistyo, salah seorang maestro dan penbonsai senior di Indonesia, di kediamannya di kawasan Puri Kembangan, Jakarta Barat, Jumat (7/2).
Budi Sulistyo adalah salah satu maestro bonsai Indonesia yang dikenal di dunia.
Maestro bonsai Indonesia, Budi Sulistyo, tak hanya nama saja. Di kediaman yang luasnya sekitar 450 meter, tepat di belakangnya ada taman dengan lanskap bonsai dan kolam ikan.
Di dak rumahnya, ada taman dua tingkat yang luasnya separuh rumah. Isinya bermacam bonsai, hampir semuanya sudah jadi, tampak sempurna akar, batang utama, cabang, hingga ranting.
Budi Sulistyo tak hanya dikenal pebonsai di Indonesia, tetapi juga di dunia. Ia bahkan kerap melawat ke mancanegara dan berbagai daerah di Indonesia.
Ia mulai membonsai sejak remaja. "Ini bonsai beringin, saya memeliharanya sejak 1979. Usianya hampir sama dengan Anda," katanya saat berbincang di taman lantai tiga rumahnya, Jumat (7/2).
Ia berkisah, sejak muda ia memelihara beringin yang didapatkan di jalan-jalan. Semasa menyelesaikan kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM) dan IKIP Sanata Dharma, ia getol memelihara tanaman untuk mengisi kekosongan waktu.
"Beringin kecil taruh di pot, tiba-tiba teman datang dan menegur, kamu pelihara bonsai ya. Dulu saya yang berpikir spiritual tentang dunia beringin, tiba-tiba berpikir, wah ini bonsai," ujar lelaki kelahiran 25 Februari 1952 tersebut .
Dari situlah, Budi bersama seorang kawannya mengenal seorang perempuan tua pencinta bonsai di Yogyakarta, yang memelihara bonsai ukuran besar. Kendati bentuknya masih sederhana. di masa itu sudah termasuk bagus. Saat itulah ia semakin menyukai bonsai.
Budi kemudian sempat bekerja sebagai konsultan di Bandung. dan Di kontrakannya dia pun memelihara bonsai. Sementara itu, bonsainya tetap terpelihara di rumah orang tuanya. Barulah ketika menikah dan menetap pada 1981, bonsainya dikumpulkan dan semakin banyak.
Pada sekitar 1980, dalam sebuah pameran ia sempat melihat karya Sugito Sigit, pendiri Perkumpulan Penggemar Bonsai I(PPBI) ndonesia yang memiliki bonsai beringin dengan akar-akar gantung.
"Di sana saya melihat dunia bonsai di Jakarta sudah maju. Saya cari alamat beliau (Sugito Sigit). Tahun 1982, saya menjadi anggota dan ketika itu ada perpecahan sehingga anggotanya hanya tujuh orang," ujar Budi.
Budi mengaku mempelajari bonsai otodidak. Dari kecil, ia sudah menyukai tanaman bahkan memelihara tanaman yang disukai ibunya, seperti pohon pisang hingga anggur.
Pada usia 30-an, dia mulai aktif. Pada masa itu, dia dan kawan-kawan memulai pameran di Pusat Kebudayaan Jepang sehingga anggotanya mencapai 50 orang. Dia bersama kawan-kawan pada masa itu pun membuka kursus.
Pada masa itulah, Ismail Saleh yang menjabat menteri kehakiman pada pemerintahan Presiden Soeharto ikut menjadi Penasihat PPBI. Ketika itu, gairah bonsai di Indonesia meningkat dinamis.
Pada 1988, Budi mengirimkan foto bonsai dalam sebuah perlombaan bonsai internasional di Osaka, Jepang, Ia menang. Budi juga mengisi acara pengetahuan bonsai di TVRI.
Acara yang berisi delapan hingga sepuluh episode itu disiarkan berulang hingga sepuluh tahun. Semua kegiatan yang dilakukan setiap pencinta bonsai membuat bonsai ketika itu memiliki banyak pencinta.
Rencana menggelar bonsai di Bali dalam momen Asia-Pacific Bonsai Suiseki Convention and Exhibition (ASPAC) pada 1991 pun disiapkan. Budi dan kawan-kawan bahkan sudah mempromosikan acara itu dalam acara Bonsai Clubs International yang dilakukan di Hawaii pada 1990.
“Di Nusa Dua, Bali, itula pertama kali diadakan pameran bonsai internasional di Indonesia. Kendati masyarakat Indonesia yang datang hanya kalangan tertentu, penbonsai dari 15 negara datang. Kami membuat sejarah di sana karena di Asia, kecuali Jepang, itulah pertama kali ada convention bonsai,” ujar lelaki yang bekerja di bidang properti ini.
Diundang Melatih
Budi pertama kali diundang melatih bonsai di Bombay, India, 1992. Mereka mengundangnya setelah kegiatan bonsai internasional di Bali. Pengajar bonsai dari Indonesia dibutuhkan karena ketika itu India membutuhkan pengajar bonsai dari negara yang sama-sama beriklim tropis, yang jenis pepohonannya hampir sama.
Impian Budi adalah memasyarakatkan bonsai. Tanaman indah dan mungil ini dapat membuang pikiran yang suntuk seusai bekerja. Indah dan tenang ketika menikmati bonsai. “Bonsai bagi saya itu bukan urusan duit, tapi membuang stres. Ilmu selalu saya sebarkan kepada siapa saja yang ingin belajar, siapa pun orangnya," ujarnya.
Menurutnya, seni tanaman indah ini berbeda dengan yang lain. Pohon itu hidup dan berkembang. Karena itu, ego, pikiran, dan kehendak estetik kita dapat dimasukkan ke dalam bonsai. “Bila menyukai bonsai, kita akan detail memperhatikan batang dan cabang. Kita juga mencari gerak dasar pohon, termasuk memperhatikan pertumbuhan dan kesehatan pohon,” ujarnya.
Alasan lain dia menyukai bonsai karena seni bertanam yang satu ini menyalurkan rasa cintanya kepada lingkungan. “Dengan bermain bonsai, saya memiliki banyak teman. Bonsai juga dapat menjadi teman yang setia dan tak pernah meninggalkan saya. Saya akan mencintai bonsai sampai mati,” ujar suami Titik Megawati dan ayah dari Christine (32) dan Monique (30) ini sambil terkekeh.
Berbagi Lewat Buku
Budi Sulistyo mengaku ingin membagikan ilmunya lewat buku. Orang dapat mengetahui dunia bonsai dengan membaca buku. "Karena itu, saya menerbitkan buku pertama saya berjudul Bonsai pada 1988," ujar lelaki yang kemudian menerbitkan buku lain yang berjudul Estetika Bonsai dan yang terakhir berjudul Galeri Bonsai. “Itu terbit dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia,” ujarnya.
Maestro bonsai yang juga suka mengoleksi karya seni dan menyukai traveling ini bahkan sedang menyiapkan buku keempatnya. Dia melihat ada perbedaan fenomena besar antara negeri tropis dan subtropis sehingga buku untuk negeri tropis pun dibutuhkan.
Indonesia, misalnya, sebagai negeri tropis memiliki banyak kekayaan alam, termasuk pepohonan sehingga trennya kerap bergeser. Indonesia tak hanya mengikuti Jepang dan China yang memiliki pinus, namun juga memiliki cemara udang dan santigi. Karakter kedua pohon ini hampir sama dengan pinus. “Namun, perkembangan pohon pinus lebih lambat dari cemara udang,” ujarnya.
Untuk orang awam, Budi berharap, pengenalan pada dunia bonsai membuat masyarakat makin mencintai lingkungan. Selain itu, para penbonsai selama ini nyatanya kerap menciptakan ekonomi kreatif untuk masyarakat di sekelilingnya.
Selain menyerap lapangan kerja untuk para pegawai lapak bonsai, ini mendukung pekerjaan lain, seperti untuk menyediakan pupuk, menyiapkan pot, juga membuka kesempatan para penjual lapak tanaman. “Jadi, bonsai tak hanya berguna untuk diri sendiri, tetapi juga berguna bagi masyarakat,” tutur Budi.

Sumber : Sinar Harapan 
                http://sinarharapan.co/news/read/32145/menjelajahi-alam-bonsai-budi-sulistyo

Selasa, 20 Mei 2014

BETERNAK SAPI PEDAGING

1. SEJARAH SINGKAT
Sapi yang ada sekarang ini berasal dari Homacodontidae yang dijumpai pada babak Palaeoceen. Jenis-jenis primitifnya ditemukan pada babak Plioceen di India. Sapi Bali yang banyak dijadikan komoditi daging/sapi potong pada awalnya dikembangkan di Bali dan kemudian menyebar ke beberapa wilayah seperti: Nusa Tenggara Barat (NTB), Sulawesi.
2. SENTRA PETERNAKAN
Sapi Bali, sapi Ongole, sapi PO (peranakan ongole) dan sapi Madura banyak terdapat di wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB), Sulawesi. Sapi jenis Aberdeen angus banyak terdapat di Skotlandia.
Sapi Simental banyak terdapat di Swiss. Sapi Brahman berasal dari India dan banyak dikembangkan di Amerika.
3. J E N I S
Jenis-jenis sapi potong yang terdapat di Indonesia saat ini adalah sapi asli Indonesia dan sapi yang diimpor. Dari jenis-jenis sapi potong itu, masing-masing mempunyai sifat-sifat yang khas, baik ditinjau dari bentuk luarnya (ukuran tubuh, warna bulu) maupun dari genetiknya (laju pertumbuhan).
Sapi-sapi Indonesia yang dijadikan sumber daging adalah sapi Bali, sapi Ongole, sapi PO (peranakan ongole) dan sapi Madura. Selain itu juga sapi
Aceh yang banyak diekspor ke Malaysia (Pinang). Dari populasi sapi potong yang ada, yang penyebarannya dianggap merata masing-masing adalah: sapi Bali, sapi PO, Madura dan Brahman.
Sapi Bali berat badan mencapai 300-400 kg. dan persentase karkasnya 56,9%. Sapi Aberdeen angus (Skotlandia) bulu berwarna hitam, tidak bertanduk, bentuk tubuh rata seperti papan dan dagingnya padat, berat badan umur 1,5 tahun dapat mencapai 650 kg, sehingga lebih cocok untuk dipelihara sebagai sapi potong. Sapi Simental (Swiss) bertanduk kecil, bulu berwarna coklat muda atau kekuning-kuningan. Pada bagian muka, lutut kebawah dan jenis gelambir, ujung ekor berwarna putih.
Sapi Brahman (dari India), banyak dikembangkan di Amerika. Persentase karkasnya 45%. Keistimewaan sapi ini tidak terlalu selektif terhadap pakan yang diberikan, jenis pakan (rumput dan pakan tambahan) apapun akan dimakannya, termasuk pakan yang jelek sekalipun. Sapi potong ini juga lebih kebal terhadap gigitan caplak dan nyamuk serta tahan panas.
4. MANFAAT
Memelihara sapi potong sangat menguntungkan, karena tidak hanya menghasilkan daging dan susu, tetapi juga menghasilkan pupuk kandang dan
sebagai tenaga kerja. Sapi juga dapat digunakan meranih gerobak, kotoran sapi juga mempunyai nilai ekonomis, karena termasuk pupuk organik yang dibutuhkan oleh semua jenis tumbuhan. Kotoran sapi dapat menjadi sumber hara yang dapat memperbaiki struktur tanah sehingga menjadi lebih gembur dan subur.
Semua organ tubuh sapi dapat dimanfaatkan antara lain:
1) Kulit, sebagai bahan industri tas, sepatu, ikat pinggang, topi, jaket.
2) Tulang, dapat diolah menjadi bahan bahan perekat/lem, tepung tulang dan barang kerajinan
3) Tanduk, digunakan sebagai bahan kerajinan seperti: sisir, hiasan dinding dan masih banyak manfaat sapi bagi kepentingan manusia.
5. PERSYARATAN LOKASI
Lokasi yang ideal untuk membangun kandang adalah daerah yang letaknya cukup jauh dari pemukiman penduduk tetapi mudah dicapai oleh kendaraan. Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang serta dekat dengan lahan pertanian. Pembuatannya dapat dilakukan secara berkelompok di tengah sawah atau ladang.
6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal, tergantung dari jumlah sapi yang dimiliki. Pada kandang tipe tunggal, penempatan sapi dilakukan pada satu baris atau satu jajaran, sementara kandang yang bertipe ganda penempatannya dilakukan pada dua jajaran yang saling berhadapan atau saling bertolak belakang. Diantara kedua jajaran tersebut biasanya dibuat jalur untuk jalan.
Pembuatan kandang untuk tujuan penggemukan (kereman) biasanya berbentuk tunggal apabila kapasitas ternak yang dipelihara hanya sedikit. Namun, apabila kegiatan penggemukan sapi ditujukan untuk komersial, ukuran kandang harus lebih luas dan lebih besar sehingga dapat menampung jumlah sapi yang lebih banyak.
Lantai kandang harus diusahakan tetap bersih guna mencegah timbulnya berbagai penyakit. Lantai terbuat dari tanah padat atau semen, dan mudah dibersihkan dari kotoran sapi. Lantai tanah dialasi dengan jerami kering sebagai alas kandang yang hangat.
Seluruh bagian kandang dan peralatan yang pernah dipakai harus disuci hamakan terlebih dahulu dengan desinfektan, seperti creolin, lysol, dan bahanbahan lainnya.
Ukuran kandang yang dibuat untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5×2 m atau 2,5×2 m, sedangkan untuk sapi betina dewasa adalah 1,8×2 m dan untuk anak sapi cukup 1,5×1 m per ekor, dengan tinggi atas + 2-2,5 m dari tanah. Temperatur di sekitar kandang 25-40 derajat C (rata-rata 33 derajat C) dan kelembaban 75%. Lokasi pemeliharaan dapat dilakukan pada dataran rendah (100-500 m) hingga dataran tinggi (> 500 m).
Kandang untuk pemeliharaan sapi harus bersih dan tidak lembab. Pembuatan kandang harus memperhatikan beberapa persyaratan pokok yang meliputi konstruksi, letak, ukuran dan perlengkapan kandang.
1) Konstruksi dan letak kandang
Konstruksi kandang sapi seperti rumah kayu. Atap kandang berbentuk kuncup dan salah satu/kedua sisinya miring. Lantai kandang dibuat padat, lebih tinggi dari pada tanah sekelilingnya dan agak miring kearah selokan di luar kandang.
Maksudnya adalah agar air yang tampak, termasuk kencing
sapi mudah mengalir ke luar lantai kandang tetap kering.
Bahan konstruksi kandang adalah kayu gelondongan/papan yang berasal
dari kayu yang kuat. Kandang sapi tidak boleh tertutup rapat, tetapi agak
terbuka agar sirkulasi udara didalamnya lancar.
Termasuk dalam rangkaian penyediaan pakan sapi adalah air minum yang
bersih. Air minum diberikan secara ad libitum, artinya harus tersedia dan
tidak boleh kehabisan setiap saat.
Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter
dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang. Pembuatan
kandang sapi dapat dilakukan secara berkelompok di tengah sawah/ladang.
2) Ukuran Kandang
Sebelum membuat kandang sebaiknya diperhitungkan lebih dulu jumlah sapi yang akan dipelihara. Ukuran kandang untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5 x 2 m. Sedangkan untuk seekor sapi betina dewasa adalah 1,8 x 2 m dan untuk seekor anak sapi cukup 1,5×1 m.
3) Perlengkapan Kandang
Termasuk dalam perlengkapan kandang adalah tempat pakan dan minum, yang sebaiknya dibuat di luar kandang, tetapi masih dibawah atap. Tempat pakan dibuat agak lebih tinggi agar pakan yang diberikan tidak diinjak-injak/ tercampur kotoran. Tempat air minum sebaiknya dibuat permanen berupa bak semen dan sedikit lebih tinggi dari pada permukaan lantai.
Dengan demikian kotoran dan air kencing tidak tercampur didalamnya. Perlengkapan lain yang perlu disediakan adalah sapu, sikat, sekop, sabit, dan tempat untuk memandikan sapi. Semua peralatan tersebut adalah untuk membersihkan kandang agar sapi terhindar dari gangguan penyakit sekaligus bisa dipakai untuk memandikan sapi.
7. Pembibitan
Syarat ternak yang harus diperhatikan adalah:
1) Mempunyai tanda telinga, artinya pedet tersebut telah terdaftar dan lengkap silsilahnya.
2) Matanya tampak cerah dan bersih.
3) Tidak terdapat tanda-tanda sering butuh, terganggu pernafasannya serta dari hidung tidak keluar lendir.
4) Kukunya tidak terasa panas bila diraba.
5) Tidak terlihat adanya eksternal parasit pada kulit dan bulunya.
6) Tidak terdapat adanya tanda-tanda mencret pada bagian ekor dan dubur.
7) Tidak ada tanda-tanda kerusakan kulit dan kerontokan bulu.
8) Pusarnya bersih dan kering, bila masih lunak dan tidak berbulu menandakan bahwa pedet masih berumur kurang lebih dua hari.
Untuk menghasilkan daging, pilihlah tipe sapi yang cocok yaitu jenis sapi Bali, sapi Brahman, sapi PO, dan sapi yang cocok serta banyak dijumpai di daerah setempat. Ciri-ciri sapi potong tipe pedaging adalah sebagai berikut:
1) tubuh dalam, besar, berbentuk persegi empat/bola.
2) kualitas dagingnya maksimum dan mudah dipasarkan.
3) laju pertumbuhannya relatif cepat.
4) efisiensi bahannya tinggi.
6.3. Pemeliharaan
Pemeliharaan sapi potong mencakup penyediaan pakan (ransum) dan pengelolaan kandang. Fungsi kandang dalam pemeliharaan sapi adalah :
a) Melindungi sapi dari hujan dan panas matahari.
b) Mempermudah perawatan dan pemantauan.
c) Menjaga keamanan dan kesehatan sapi.
Pakan merupakan sumber energi utama untuk pertumbuhan dan pembangkit tenaga. Makin baik mutu dan jumlah pakan yang diberikan, makin besar tenaga yang ditimbulkan dan masih besar pula energi yang tersimpan dalam bentuk daging.
  1. Sanitasi dan Tindakan Preventif
    Pada pemeliharaan secara intensif sapi-sapi dikandangkan sehingga peternak mudah mengawasinya, sementara pemeliharaan secara ekstensif pengawasannya sulit dilakukan karena sapi-sapi yang dipelihara dibiarkan hidup bebas.
  2. Pemberian Pakan
Pada umumnya, setiap sapi membutuhkan makanan berupa hijauan. Sapi dalam masa pertumbuhan, sedang menyusui, dan supaya tidak jenuh memerlukan pakan yang memadai dari segi kualitas maupun kuantitasnya.
Pemberian pakan dapat dilakukan dengan 3 cara: yaitu penggembalaan (Pasture fattening), kereman (dry lot faatening) dan kombinasi cara pertama dan kedua.
Penggembalaan dilakukan dengan melepas sapi-sapi di padang rumput, yang biasanya dilakukan di daerah yang mempunyai tempat penggembalaan cukup luas, dan memerlukan waktu sekitar 5-7 jam per hari. Dengan cara ini, maka tidak memerlukan ransum tambahan pakan penguat karena sapi telah memakan bermacam-macam jenis rumput.
Pakan dapat diberikan dengan cara dijatah/disuguhkan yang yang dikenal dengan istilah kereman. Sapi yang dikandangkan dan pakan diperoleh dari ladang, sawah/tempat lain. Setiap hari sapi memerlukan pakan kira-kira sebanyak 10% dari berat badannya dan juga pakan tambahan 1% – 2% dari berat badan. Ransum tambahan berupa dedak halus atau bekatul, bungkil kelapa, gaplek, ampas tahu. yang diberikan dengan cara dicampurkan dalam rumput ditempat pakan. Selain itu, dapat ditambah mineral sebagai penguat berupa garam dapur, kapus. Pakan sapi dalam bentuk campuran dengan jumlah dan perbandingan tertentu ini dikenal dengan istilah ransum.
Pemberian pakan sapi yang terbaik adalah kombinasi antara penggembalaan dan keraman. Menurut keadaannya, jenis hijauan dibagi
menjadi 3 katagori, yaitu hijauan segar, hijauan kering, dan silase. Macam hijauan segar adalah rumput-rumputan, kacang-kacangan (legu minosa) dan tanaman hijau lainnya. Rumput yang baik untuk pakan sapi adalah rumput gajah, rumput raja (king grass), daun turi, daun lamtoro.
Hijauan kering berasal dari hijauan segar yang sengaja dikeringkan dengan tujuan agar tahan disimpan lebih lama. Termasuk dalam hijauan kering adalah jerami padi, jerami kacang tanah, jerami jagung, dsb. yang biasa digunakan pada musim kemarau. Hijauan ini tergolong jenis pakan yang banyak mengandung serat kasar.
Hijauan segar dapat diawetkan menjadi silase. Secara singkat pembuatan silase ini dapat dijelaskan sebagai berikut: hijauan yang akan dibuat silase ditutup rapat, sehingga terjadi proses fermentasi. Hasil dari proses inilah yang disebut silase. Contoh-contoh silase yang telah memasyarakat antara lain silase jagung, silase rumput, silase jerami padi, dll.
  1. Pemeliharaan Kandang
Kotoran ditimbun di tempat lain agar mengalami proses fermentasi (+1-2 minggu) dan berubah menjadi pupuk kandang yang sudah matang dan baik. Kandang sapi tidak boleh tertutup rapat (agak terbuka) agar sirkulasi udara didalamnya berjalan lancar.
Air minum yang bersih harus tersedia setiap saat. Tempat pakan dan minum sebaiknya dibuat di luar kandang tetapi masih di bawah atap. Tempat pakan dibuat agak lebih tinggi agar pakan yang diberikan tidak diinjak-injak atau tercampur dengan kotoran. Sementara tempat air minum sebaiknya dibuat permanen berupa bak semen dan sedikit lebih tinggi daripada permukaan lantai. Sediakan pula peralatan untuk memandikan sapi.
7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Penyakit
1. Penyakit antraks
Penyebab: Bacillus anthracis yang menular melalui kontak langsung, makanan/minuman atau pernafasan.
Gejala: (1) demam tinggi, badan lemah dan gemetar; (2) gangguan pernafasan; (3) pembengkakan pada kelenjar dada, leher, alat kelamin dan badan penuh bisul; (4) kadang-kadang darah berwarna merah hitam yang keluar melalui hidung, telinga, mulut, anus dan vagina; (5) kotoran ternak cair dan sering bercampur darah; (6) limpa bengkak dan berwarna kehitaman.
Pengendalian: vaksinasi, pengobatan antibiotika, mengisolasi sapi yang terinfeksi serta mengubur/membakar sapi yang mati.
2. Penyakit mulut dan kuku (PMK) atau penyakit Apthae epizootica (AE)
Penyebab: virus ini menular melalui kontak langsung melalui air kencing, air susu, air liur dan benda lain yang tercemar kuman AE.
Gejala: (1) rongga mulut, lidah, dan telapak kaki atau tracak melepuh serta terdapat tonjolan bulat berisi cairan yang bening; (2) demam atau panas, suhu badan menurun drastis; (3) nafsu makan menurun bahkan tidak mau makan sama sekali; (4) air liur keluar berlebihan.
Pengendalian: vaksinasi dan sapi yang sakit diasingkan dan diobati secara terpisah.
3. Penyakit ngorok/mendekur atau penyakit Septichaema epizootica (SE)
Penyebab: bakteri Pasturella multocida. Penularannya melalui makanan dan minuman yang tercemar bakteri.
Gejala: (1) kulit kepala dan selaput lendir lidah membengkak, berwarna merah dan kebiruan; (2) leher, anus, dan vulva membengkak; (3) paru-paru meradang, selaput lendir usus dan perut masam dan berwarna merah tua; (4) demam dan sulit bernafas sehingga mirip orang yang ngorok. Dalam keadaan sangat parah, sapi akan mati dalam waktu antara 12-36 jam.
Pengendalian: vaksinasi anti SE dan diberi antibiotika atau sulfa.
4. Penyakit radang kuku atau kuku busuk (foot rot)
Penyakit ini menyerang sapi yang dipelihara dalam kandang yang basah dan kotor.
Gejala: (1) mula-mula sekitar celah kuku bengkak dan mengeluarkan cairan putih keruh; (2) kulit kuku mengelupas; (3) tumbuh benjolan yang menimbulkan rasa sakit; (4) sapi pincang dan akhirnya bisa lumpuh.
7.2. Pengendalian
Pengendalian penyakit sapi yang paling baik menjaga kesehatan sapi dengan tindakan pencegahan. Tindakan pencegahan untuk menjaga kesehatan sapi adalah:
1. Menjaga kebersihan kandang beserta peralatannya, termasuk memandikan sapi.
2. Sapi yang sakit dipisahkan dengan sapi sehat dan segera dilakukan pengobatan.
3. Mengusakan lantai kandang selalu kering.
4. Memeriksa kesehatan sapi secara teratur dan dilakukan vaksinasi sesuai petunjuk.
8. P A N E N
8.1. Hasil Utama
Hasil utama dari budidaya sapi potong adalah dagingnya
8.2. Hasil Tambahan
Selain daging yang menjadi hasil budidaya, kulit dan kotorannya juga sebagai hasil tambahan dari budidaya sapi potong.
9. PASCA PANEN
9.1. Stoving
Ada beberapa prinsip teknis yang harus diperhatikan dalam pemotongan sapi agar diperoleh hasil pemotongan yang baik, yaitu:
1. Ternak sapi harus diistirahatkan sebelum pemotongan
2. Ternak sapi harus bersih, bebas dari tanah dan kotoran lain yang dapat mencemari daging.
3. Pemotongan ternak harus dilakukan secepat mungkin, dan rasa sakit yang diderita ternak diusahakan sekecil mungkin dan darah harus keluar secara tuntas.
4. Semua proses yang digunakan harus dirancang untuk mengurangi jumlah dan jenis mikroorganisme pencemar seminimal mungkin.
9.2. Pengulitan
Pengulitan pada sapi yang telah disembelih dapat dilakukan dengan menggunakan pisau tumpul atau kikir agar kulit tidak rusak. Kulit sapi dibersihkan dari daging, lemak, noda darah atau kotoran yang menempel. Jika sudah bersih, dengan alat perentang yang dibuat dari kayu, kulit sapi dijemur dalam keadaan terbentang. Posisi yang paling baik untuk penjemuran dengan sinar matahari adalah dalam posisi sudut 45 derajat.
9.3. Pengeluaran Jeroan
Setelah sapi dikuliti, isi perut (visceral) atau yang sering disebut dengan jeroan dikeluarkan dengan cara menyayat karkas (daging) pada bagian perut sapi.
9.4. Pemotongan Karkas
Akhir dari suatu peternakan sapi potong adalah menghasilkan karkas berkualitas dan berkuantitas tinggi sehingga recahan daging yang dapat dikonsumsipun tinggi. Seekor ternak sapi dianggap baik apabila dapat menghasilkan karkas sebesar 59% dari bobot tubuh sapi tersebut dan akhirnya akan diperoleh 46,50% recahan daging yang dapat dikonsumsi. Sehingga dapat dikatakan bahwa dari seekor sapi yang dipotong tidak akan seluruhnya menjadi karkas dan dari seluruh karkas tidak akan seluruhnya menghasilkan daging yang dapat dikonsumsi manusia. Oleh karena itu, untuk menduga hasil karkas dan daging yang akan diperoleh, dilakukan penilaian dahulu sebelum ternak sapi potong. Di negara maju terdapat spesifikasi untuk pengkelasan (grading) terhadap steer, heifer dan cow yang akan dipotong.
Karkas dibelah menjadi dua bagian yaitu karkas tubuh bagian kiri dan karkas tubuh bagian kanan. Karkas dipotong-potong menjadi sub-bagian leher, paha depan, paha belakang, rusuk dan punggung. Potongan tersebut dipisahkan menjadi komponen daging, lemak, tulang dan tendon. Pemotongan karkas harus mendapat penanganan yang baik supaya tidak cepat menjadi rusak, terutama kualitas dan hygienitasnya. Sebab kondisi karkas dipengaruhi oleh peran mikroorganisme selama proses pemotongan dan pengeluaran jeroan.
Daging dari karkas mempunyai beberapa golongan kualitas kelas sesuai dengan lokasinya pada rangka tubuh. Daging kualitas pertama adalah daging di daerah paha (round) kurang lebih 20%, nomor dua adalah daging daerah pinggang (loin), lebih kurang 17%, nomor tiga adalah daging daerah punggung dan tulang rusuk (rib) kurang lebih 9%, nomor empat adalah daging daerah bahu (chuck) lebih kurang 26%, nomor lima adalah daging daerah dada (brisk) lebih kurang 5%, nomor enam daging daerah perut (frank) lebih kurang 4%, nomor tujuh adalah daging daerah rusuk bagian bawah sampai perut bagian bawah (plate & suet) lebih kurang 11%, dan nomor delapan adalah daging bagian kaki depan (foreshank) lebih kurang 2,1%. Persentase bagian-bagian dari karkas tersebut di atas dihitung dari berat karkas (100%).
Persentase recahan karkas dihitung sebagai berikut:
Persentase recahan karkas = Jumlah berat recahan / berat karkas x 100 %
Istilah untuk sisa karkas yang dapat dimakan disebut edible offal, sedangkan yang tidak dapat dimakan disebut inedible offal (misalnya: tanduk, bulu, saluran kemih, dan bagian lain yang tidak dapat dimakan).
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
10.1. Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya sapi potong kereman setahun di Bangli skala 25 ekor pada tahun 1999 adalah sebagai berikut:
1) Biaya Produksi
a. Pembelian 25 ekor bakalan : 25 x 250 kg x Rp. 7.800,- Rp. 48.750.000,-
b. Kandang Rp. 1.000.000,-
c. Pakan
- Hijauan: 25 x 35 kg x Rp.37,50 x 365 hari Rp. 12.000.000,-
- Konsentrat: 25 x 2kg x Rp. 410,- x 365 hari Rp. 7.482.500,-
d. Retribusi kesehatan ternak: 25 x Rp. 3.000,- Rp. 75.000,-
Jumlah biaya produksi Rp. 69.307.500,-
2) Pendapatan
a. Penjualan sapi kereman
Tambahan berat badan: 25 x 365 x 0,8 kg = 7.300 kg
Berat sapi setelah setahun: (25 x 250 kg) + 7.300 kg = 13.550 kg
Harga jual sapi hidup: Rp. 8.200,-/kg x 13.550 kg Rp. 111.110.000,-
b. Penjualan kotoran basah: 25 x 365 x 10 kg x Rp. 12,- Rp. 1.095.000,-
Jumlah pendapatan Rp. 112.205.000,-
3) Keuntungan
a. Tanpa memperhitungkan biaya tenaga internal keuntungan Penggemukan 25 ekor sapi selama setahun. Rp. 42.897.500,-
4) Parameter kelayakan usaha
a. B/C ratio = 1,61
10.2. Gambaran Peluang Agribisnis
Sapi potong mempunyai potensi ekonomi yang tinggi baik sebagai ternak potong maupun ternak bibit. Selama ini sapi potong dapat mempunyai kebutuhan daging untuk lokal seperti rumah tangga, hotel, restoran, industri pengolahan, perdagangan antar pulau. Pasaran utamanya adalah kota-kota besar seperti kota metropolitan Jakarta.
Konsumen untuk daging di Indonesia dapat digolongkan ke dalam beberapa segmen yaitu :
a) Konsumen Akhir
Konsumen akhir, atau disebut konsumen rumah tangga adalah pembeli-pembeli yang membeli untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan individunya. Golongan ini mencakup porsi yang paling besar dalam konsumsi daging, diperkirakan mencapai 98% dari konsumsi total.
Mereka ini dapat dikelompokkan lagi ke dalam ova sub segmen yaitu :
1. Konsumen dalam negeri ( Golongan menengah keatas )
Segmen ini merupakan segmen terbesar yang kebutuhan dagingnya kebanyakan dipenuhi dari pasokan dalam negeri yang masih belum memperhatikan kualitas tertentu sebagai persyaratan kesehatan maupun selera.
2. Konsumen asing
Konsumen asing yang mencakup keluarga-keluarga diplomat, karyawan perusahaan dan sebagian pelancong ini porsinya relatif kecil dan tidak signifikan. Di samping itu juga kemungkinan terdapat konsumen manca negara yang selama ini belum terjangkau oleh pemasok dalam negeri, artinya ekspor belum dilakukan/jika dilakukan porsinya tidak signifikan.
b) Konsumen Industri
Konsumen industri merupakan pembeli-pembeli yang menggunakan daging untuk diolah kembali menjadi produk lain dan dijual lagi guna mendapatkan laba. Konsumen ini terutama meliputi: hotel dan restauran dan yang jumlahnya semakin meningkat
Adapun mengenai tata niaga daging di negara kita diatur dalam inpres nomor 4 tahun 1985 mengenai kebijakansanakan kelancaran arus barang untuk menunjang kegiatan ekonomi. Di Indonesia terdapat 3 organisasi yang bertindak seperti pemasok daging yaitu :
a) KOPPHI (Koperasi Pemotongan Hewan Indonesia), yang mewakili pemasok produksi peternakan rakyat.
b) APFINDO (Asosiasi Peternak Feedlot (penggemukan) Indonesia), yang mewakili peternak penggemukan
c) ASPIDI (Asosiasi Pengusaha Importir Daging Indonesia).
11. DAFTAR PUSTAKA
· Abbas Siregar Djarijah. 1996, Usaha Ternak Sapi, Kanisius, Yogyakarta.
· Yusni Bandini. 1997, Sapi Bali, Penebar Swadaya, Jakarta.
· Teuku Nusyirwan Jacoeb dan Sayid Munandar. 1991, Petunjuk Teknis Pemeliharaan Sapi Potong, Direktorat Bina Produksi Peternaka
· Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian, Jakarta Undang Santosa. 1995, Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi, Penebar Swadaya, Jakarta.
· Lokakarya Nasional Manajemen Industri Peternakan. 24 Januari 1994,Program Magister Manajemen UGM, Yogyakarta.
· Kohl, RL. and J.N. Uhl. 1986, Marketing of Agricultural Products, 5 th ed, Macmillan Publishing Co, New York.
12. KONTAK HUBUNGAN
1. Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS
Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829
2. Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, Deputi Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Iptek, Gedung II BPPT Lantai 6, Jl. M.H.Thamrin No. 8, Jakarta 10340, Indonesia, Tel. +62 21 316 9166~69, Fax. +62 21 310 1952, Situs Web:
Sumber :
Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas 

http://sutanmuda.wordpress.com/2008/07/22/budidaya-ternak-sapi-potong/